Resting

Sesosok wanita muda berambut merah tua berjalan menyelusuri hutan. Entah nyasar atau tidak, dia mengemban sebagai guru pengawas murid2 di Akademi yang memasuki hutan ini terutama kepada anak2 Elementary. Dia sama sekali tidak mengikuti acara pembukaan karena tidak begitu menyukai keramaian. Tapi seperti biasanya, dia tidak begitu peduli dengan pekerjaannya dan sebagainya. Wanita itu terus membawa buku, memang inilah hobinya dan tentunya perlu ketenangan.

Setelah mendapat tempat yang menurutnya tenang dan sejuk, dia kemudian duduk, tepatnya di salah satu pohon rindang dekat danau kecil lalu membaca buku tersebut. Tidak berapa lama kemudian ada beberapa burung kecil datang dan mendarat ke pundak wanita berambut merah itu namun sama sekali tidak terganggu dan meneruskan membaca.

@Ayuri: Join ya!! XD
==================================================

Ryuha memutuskan untuk berlari pagi di daerah hutan2. Dari rumahnya lari menuju ke hutan tanpa berhenti itu juga merupakan tantangan karena jaraknya lumayan jauh dari Central Town.

Ryuha akhirnya berhenti juga, dia bersandar di bawah pohon.

"Huff... huff... cape-nya..." kata Ryuha sambil menghirup napasnya. Setelah itu dia mengambil botol air minum dan meminumnya.

Setelah itu dia mulai jalan lagi untuk melihat sekeliling.

"Hm... sudah 7 tahun rupanya... tp ga jauh beda..." batin Ryuha.

Seketika itu, dia melihat seorang wanita di daerah sana. Wanita tersebut mempunyai rambut berwarna merah dan memakai kacamata.

"Hm? Org itu... err... rasanya aku pernah tau." gumam Ryuha. Ryuha mendekati wanita tersebut.

"Hey! Halo, met pagi. Anda dari sini kah?" tanya Ryuha pada wanita tersebut.

Entah karena alasan apa Hime memutuskan untuk tidak kembali ke ruangannya, tempat dimana para guru berada. Sambil sesekali menggosok-gosokkan tangannya agar terasa lebih hangat, mata hijau miliknya memandang sekeliling. Hutan yang luas, gelap, dan dingin. Hime yang sekarang tidak terlalu takut berjalan sendirian di kegelapan seperti ini dengan kata lain; sudah terbiasa, maklum. Tujuh tahun berada di sekolah yang menurutnya menyimpan banyak kenangan ini mengisi hari-harinya hingga diusianya yang sudah kepala dua.

"...." kedua telinganya mendengar suara nafas seseorang yang tengah berlari kecil, sedikit menakutkan, tapi sekarang ia adalah seorang guru, tidak bisa lagi berlindung di belakang teman-temannya hanya karena rasa takut seperti dulu.

"Seingatku.. Tree House itu ada disekitar sini?" pikir gadis berambut pink-panjang itu. Tak lama berjalan, Hime tersenyum tipis, mengetahui Tree House yang dicarinya mulai tampak. Mata hijaunya hanya memandang dari jauh, gadis itu tidak melanjutkan langkah kakinya dan malah memutar ke arah lain.

GUBRAK!

Alih-alih Hime malah terjatuh tersandung akar pohon yang besar. "Waduh.." ujarnya pelan dan swt kemudian berdiri dari jatuhnya. Lagi-lagi sebuah senyum mengambang diwajahnya, dan dengan segera guru kesehatan itu menghampiri objek yang sangat dirindukannya.

"Ayu!! Ryu!!" otomatis, Hime memeluk kedua sahabatnya secara spontan, membuat burung kecil yang bertengger di pundak gadis berkacamata di hadapannya kembali terbang. "Senang melihat kalian." gumamnya dengan suara pelan, rasanya seperti diberi kotak kejutan bertubi-tubi dengan isi yang sudah lama kita inginkan.

"Huahm~"

Sesosok tubuh yang memakai jubah hitam panjang seperti ninja dengan masker di wajah yang senada dengan warna bajunya berjalan dengan tenang menyusuri hutan. Rambutnya yang perak sedikit teracak-acak oleh angin. Walaupun wajahnya tidak sepenuhnya terlihat, tapi dengan memandang matanya saja, sudah jelas kalau guru Special Ability bernama Byakuran ini kebosanan setengah mati.

Let'see... sudah berapa tahun Ia pergi dari Alice academy karena misi-misi berbahaya di luar negeri yang mengharuskannya memakai Alicenya? sekitar 6 atau 7 tahun? ahh.. masa bodoh lah.

Ia terus berjalan seperti orang linglung di sekitar hutan, agak' kaget juga dengan perubahan yang terjadi di tempat ini. Seperti pohon-pohon yang semakin besar dan lebat sehingga sinar matahari sulit untuk menembus rimbun dedaunannya, suara-suara kicau burung yang semakin nyaring dan..

"...Ngg?"

Banyaknya orang-orang yang tidak ia kenal..

Ngg... kayaknya pernah lihat deh..

Batin Byakuran sambil menghentikan langkahnya ketika Ia melihat seorang gadis berambut pink memeluk gadis berambut merah tua dan seorang laki-laki yang terus menutup mata kirinya. Ia terdiam sebentar.. sebelum memutuskan untuk menanyakan asal-usul mereka. weqs.. kyk polisi ngerazia org x3

"Err... siapa kalian?"

Masih sibuk memeluk kedua sahabatnya itu, tampaknya Hime tidak sadar atas kehadiran mbah2 seorang guru lain dari divisi Special.

"Err... siapa kalian?"

Sebuah pertanyaan yang terdengar seperti sedang ragu-ragu ditelinga Hime. Mata hijaunya melirik sekilas. Lagi. Seperti diberi kotak kejutan untuk yang kesekian kalinya, "Ranran!!" ternyata ngga baik juga kebanyakan dikasi kejutan, Hime memeluk Byakuran, seorang kenalannya yang dulu pernah mengambil coklat miliknya tanpa ijin terlebih dahulu. Melihat penampilannya, sepertinya pria berambut perak ini juga seorang guru? Mau ketawa juga, ngga cocok, *digebuk* ekspresi yang Hime keluarkan cuma senyum, senyum, dan senyum. Bingung mesti apa

"Ranran!!"

Si nenek2 rambut pink langsung memeluknya kemudian mundur dan langsung senyam-senyum sendiri. Mencurigakan, pikir Byakuran yang sedikit heran juga mendengar nama panggilannya yang sudah lama sekali ia lupakan yaitu 'Ranran' diucapkan oleh gadis di depannya ini.

Umm.. perasaan yang memanggilnya dengan nama selain 'Byakuran' cuma 2 orang, yaitu Misaki yang memanggilnya dengan panggilan 'Byaku' dan Osaki Hime yang memanggilnya dengan 'Nana' dan 'Ranran'. Err... apa mungkin gadis berambut pink ini adalah Osaki Hime? Well.. ada baiknya bertanya padanya..

Byakuran mundur selangkah ke belakang,

"Apa saya mengenal anda?" tanyanya pada hime dengan sikap yang pura-pura tidak kenal. Kelihatan sangat angkuh, padahal Ia melakukannya untuk menjaga Imagenya yang 'Cool' sebagai seorang guru baru.

Hime berusaha untuk tidak tertawa, "Ah! Maaf, sepertinya salah orang ya? Atau mungkin Anda ini 'Nanashi'?" tanya Hime melihat pria yang berpakaian seperti ninja ini entah bingung atau pura-pura lupa?

Entah dari mana Hime mengeluarkan harisen kesayangannya, ngga berubah, cuma dibuat untuk geplak orang atau murid. Namun pikirannya mengatakan secara tidak langsung, 'Apa perlu pake benda ini biar dia ingat?'. Hime cuma tersenyum nyengir.

Quote :

"Hey! Halo, met pagi. Anda dari sini kah?" tanya Ryuha pada wanita tersebut.

Ayuri tetap terus membaca bukunya. Tampaknya ia masih merenungkan buku yang ia baca.

Quote :

"Ayu!! Ryu!!" otomatis, Hime memeluk kedua sahabatnya secara spontan, membuat burung kecil yang bertengger di pundak gadis berkacamata di hadapannya kembali terbang. "Senang melihat kalian." gumamnya dengan suara pelan, rasanya seperti diberi kotak kejutan bertubi-tubi dengan isi yang sudah lama kita inginkan

Quote :

"Err... siapa kalian?"

Ayuri kaget dengan reaksi Hime yang tiba2 saja memeluk dirinya. Burung2 yang bertenggerpun terbang. Yah, sepertinya waktu membacanya terpaksa harus ditunda. "Oh...kalian..." ujarnya membuka mulut kepada yang lainnya.

Mata hijaunya kini beralih pada Ayuri yang tampaknya merasa kegiatan membaca bukunya sedikit terganggu, namun seperti biasa, Hime tidak ambil pusing soal itu dan berjongkok di depan Ayu, sedikit mengintip sampul buku yang dipegangnya. "Baca buku lagi, eh?" buku teenllit *diinjeg* engga ding

"Baca buku ditempat seperti ini?" senyumnya.

OOT: Ikutan Yah :3
===========================
WTH sepertinya Tetsuya dihari pertamanya sudah melihat2x sekitar Sekolah barunya. Apakah saking inginnya dia melihat oranmg2x aneh yang dulu dikenal ayahnya ? Tidak ada yang tahu hanya saja Tetsu tetap menyimpan fenomena2x aneh (baca:foto aneh hasil jepretan si Roxas) sepertinya dia ingin sekali meneruskan jejak ayahnya mencari fenomena2x aneh lainnya, karena dari rumahnya dia membawa kamera yang sekarang tergantung ditangan kanannya. Yah sepertinya dia berpikir untuk memanjat pohon melihat sekitar dan memotretnya persis seperti dulu yang di lakukan ayahnya menjadi monyet. Uah setelah dia memanjat pohon ternata pemandangan diatas pohon sangat bagus, sehingga dia ada sedikit ketertarikan untuk menjepretnya

JEPRET . . JEPRET . .

"Ah . sepertinya ada sekumpulan guru disana ? Apa sebaiknya kudatang ? Untuk memperkenalkan diri tentunya . . "Tetsu membatin dengan segera dia loncat dari pohon itu dan . .

BRUAK . .

Ouh . . sepertinya loncatannya terlalu tinggi sehingga menduduki seorang guru laki2x disana

"Er .. maaf sensei . . sensei ngga apa2x ?" tanya Tetsu sambil menjepret model gurunya sekarang setelah menjadi landasan Tetsu untuk mendarat

===========
OOT: yang gw dudukin + gw jepret ajur :3

"Baca buku ditempat seperti ini?" senyumnya.

Ayuri yang mendengar pertanyaan wanita berambut pink ini terdiam sejenak dan membuka mulut. "Tidak ada kerjaan..." jawabnya singkat yang kemudian mengambil bukunya tadi terjatuh.

"Pergi ke acara pembukaankah?" tanya Ayuri kepada yang lain.

Hime tersenyum, Ayu yang sekarang lebih banyak bicara dari yang dulu meskipun menurut orang yang baru mengenalnya guru pengawas satu ini sangat irit bicara, lebih irit bicaranya dari Principal Student di divisi yang sama dengan Ayuri.

Gadis berambut pink itu mengangguk pelan menjawab pertanyaan Ayuri, sampai Hime mendengar suara bedebam yang cukup keras. Ditolehkannya kepalanya, melihat seorang pemuda dengan seragam murid B Junior. Wajahnya yang khas dan sedikit deja vu melihatnya. "Mirip siapa yah?"

"...Bolos upacara, nak?" cuma pertanyaan itu yang dilontarkan Hime yang tampaknya ngga berniat menolong Ranran, padahal Ryuha, Ayuri, dan Ranran pun juga ngga datang ke acara itu.

"Ah! Maaf, sepertinya salah orang ya? Atau mungkin Anda ini 'Nanashi'?"

A..a... da-darimana dia tahu mengenai Nanashi? panggilan itu sudah menghilang sejak bertahun-tahun yang lalu. Well.. kalau begitu.. sudah sangat-sangat jelas kalau orang di depannya ini adalah Osaki Hime. Terlebih lagi ketika Ia dengan angkernya *dilempar* memamerkan Harisennya yang mengerikan.

"Ohh.. berarti anda ini si-"

Belum sempat Byakuran menyelesaikan kata-katanya, sebuah beban seberat.. err.. entah berapa kilogram menimpa tubuhnya dari atas pohon.


BRUAK!

Hening sesaat... sebelum sebuah gumaman (lebih tepat sih disebut erangan) keluar dari mulut byakuran disertai ucapan si murid yang entah muncul darimana.

"Er .. maaf sensei . . sensei ngga apa2x ?"

Byakuran masih terlentang di atas tanah, diam... dan tiba-tiba mengaktifkan alicenya dengan brutal.. ketika Cowok yang sepertinya bercita-cita menjadi Fotografer itu menyelesaikan kata-katanya.

"Manipulate Times..."

Waktu berhenti...

Byakuran melirik ke sebuah lubang yang cukup besar yang ada di pinggiran hutan, cukup tinggi juga kelihatannya. Ia tersenyum lebar di balik maskernya lalu, melirik si fotografer wannabe ke pinggir lubang tersebut dan Voila! Menjatuhkannya bagaikan batu kali ke dasar lubang.

"Khukhukhu..." Ia kembali ke tempatnya semula, berpura-pura tidak tahu menahu mengenai kejadian yang menimpa si cowok fotografer.

Waktu kembali bergerak...

"Pergi ke acara pembukaankah?

Byakuran menoleh pada Ayuri dengan santai, sambil sesekali mengusap-usap pundaknya yang pegel karena ditindih oleh si maniak foto yang bernama Tetsuya.

"Nggak...." jawab cowok berambut putih ini pelan.

Ayuri tahu betul mengenai Alice pria berambut silver tersebut, Manipulate Time. "Belum berubah juga..." ujarnya melihat Byakuran. Dia kemudian membersihkan bukunya dan kembali menentengnya kembali. Sepertinya dia tidak berniat untuk membaca lagi.

Melihat anak yang diganggu oleh Byakuran, Ayuri mengangkat anak itu dari lubang, dengan kata lain: menolong. "..."

Loh? Hime bengong. "Bocah itu mana?" gumamnya pelan. "...." mata hijaunya melirik Byakuran, mengingat soal Alicenya tidak mungkin Ryu atau Ayu yang melakukannya, tapi tak lama kemudian Ayu dengan sigap menolong bocah malang itu.

"Ah!" Hime ingat, "wajahmu seperti Elrick yah?"

"Bernasip sama pula. Dikerjain." Hime tersenyum. "Terluka, nak?"

Melihat aksi Ayuri, Byakuran yang sama sekali tidak mengira hal itu sedikit tersentak karena kaget.. tapi, kemudian Ia sadar, kalau manusia pasti berubah.. kecuali dirinya tentu saja.

Hoo... sudah berubah ya... batin Byakuran sambil melihat Ayuri yang sibuk menarik Tetsuya dari dalam lubang.

Tapi...

Ia berjalan mendekati Ayuri, Hime, dan anak si Roxas.. err... betulkah anak bernama Tetsuya ini merupakan anak roxas? ahh.. masa bodoh. Yang penting dendamnya sekarang belum terbalaskan. Wajarlah... ditindih beban seberat puluhan kilo.. gimana nggak' dendam coba?

"Hei kamu.. " Ia melirik Tetsu dengan tatapan mata yang dingin,

"Sebutkan nama dan dari mana kamu berasal.... setelah itu belikan kami permen..."lanjutnya asal, entah kenapa kata 'permen' keluar begitu saja dari bibirnya, bahkan tanpa ia sadari.

Mendengar Ranran yang bilang 'mau permen' Hime malah menambahkan, "Ah, aku mau sekaleng susu dingin donk." senyumnya pada Tetsu. Tampaknya pertanyaan 'Terkuka, nak?' tiba-tiba saja tidak berlaku.

"Tidak berubah, tidak berubah. Masih suka permen? Haha.. Kangen Kappa dan Momon juga."

Quote :

"Hei kamu.. " Ia melirik Tetsu dengan tatapan mata yang dingin,

"Sebutkan nama dan dari mana kamu berasal.... setelah itu belikan kami permen..."lanjutnya asal, entah kenapa kata 'permen' keluar begitu saja dari bibirnya, bahkan tanpa ia sadari.

"..." Ayuri kemudian menurunkan Tetsu perlahan2. Apakah ini adalah kewajibannya sebagai seorang guru pengawas atau nalurinya untuk menolong? Yah, tidak ada yang tahu dari hatinya yang masih ber-es ini...

"Tindakanmu...tidak sopan..." tanggap Ayuri kepada Byakuran tanpa melirik lawan bicaranya.

"Eh . . apa tadi yang dilakukan laki2x itu ? seperti . . waktu dia kuasai. . Entahlah . . untungnya sensei ini menolongnya" batin Tetsuya yang sepertinya masih berpikir dan rada ngeri juga yah punya guru seperti itu . . tapi sepertinya dia pernah melihat tampang yang mirip orang itu .. tapi Tetsu sepertinya tidak ingat dimana dia pernah melihatnya.

Tetsu rada nyengir sedikit pada guru yang telah menolongnya mungkin sebagai ucapan terima kasihnya, lalu memeriksa kameranya apakah dalam keadaan baik ? atau malahan rusak ? Masih sibuk memeriksa kameranya seorang guru lain menyapanya

"...Bolos upacara, nak?"

tetsu berhenti memeriksa kameranya dan berpikir mencari alasan yang tepat karena kabur dari upacar yang bagi dirinya pasti membosankan

"Er .. em .. sensei sendiri ? kenapa bolos upacara ?" sepertinya tetsu memcoba memutar lidah dengan guru itu siapakah yang menang ? kita lihat nanti ! *trans jadi komentator sepak bola, diinjek*

"Ah!" Hime ingat, "wajahmu seperti Elrick yah?"

Eh ? Sepertinya dia kenal dengan roxas ayahnya yang penggemar kamera juga sama sepertinya.

"Sensei kenal ayahku ya ?" tanya Tetsu menghadap sensei yang sepertinya bernama hime itu.

"Terluka, nak?"

"ngga .. toh aku cuma terjun bebas. Meskipun seidkit lecet .. " sambil melihat dengkul kakinya yang sepertinya memang lecet itu

"Sebutkan nama dan dari mana kamu berasal....
setelah itu belikan kami permen..."lanjutnya asal, entah kenapa kata
'permen' keluar begitu saja dari bibirnya, bahkan tanpa ia sadari.

Eh ... dari belakang punggungnya sepertinya laki2x tadi menyapanya dengan spontan dan dengan nada menyuruh

"Em ... namaku Tetsuya Kaoru .. apa disini berlaku yang namanya pesuruh ya ? " kata tetsu rada menoleh kearah sumber suara sensei laki2x itu.

"Tindakanmu...tidak sopan..."

"Jika tindakan saya tidak wajar, bagaimana dengan tindakan dia?" tanyanya dingin pada Ayuri sambil menunjuk Tetsu, tentu saja ucapannya merujuk pada kejadian beberapa detik yang lalu, dimana Ia ditindih oleh Tetsu.

"Em ... namaku Tetsuya Kaoru .. apa disini berlaku yang namanya pesuruh ya ? " jawab Tetsu,

"Kami melakukannya sebagai Sanksi atas tindakanmu yang berbahaya beberapa saat yang lalu..." jawab Byakuran, tentu saja kata 'Kami' bisa diartikan sebagai dirinya dan Hime.

"Tidak usah protes... cepat belikan..." lanjutnya sok galak.

"?? sepertinya tadi ngga berbahaya ... bukannya tadi anda bisa menghindar ? toh rasanya anda punya sesuatu yang bisa mengendalikan waktu . ." Kata Tetsu seperti orang sedang berdebat dengan Senseinya yang ngotot juga rupanya . . Apakah yang akan terjadi dengan tetsu selanjutnya ? Kita lihat saja setla pariwara berikut !! *jadi komentator sungguan*

Quote :

"Jika tindakan saya tidak wajar, bagaimana dengan tindakan dia?" tanyanya dingin pada Ayuri sambil menunjuk Tetsu, tentu saja ucapannya merujuk pada kejadian beberapa detik yang lalu, dimana Ia ditindih oleh Tetsu.

"Dia tidak sengaja..." jawabnya singkat yang sepertinya membela murid ketimbang temannya sendiri ^^;

"Tapi terserahlah..." ujar Ayuri tiba2, menyerahkan semuanya kepada Byakuran.

"Tidak berbahaya eh?" Byakuran meneruskan,

"Berapa beratmu? dan berapa meter kira-kira pohon tersebut?" tanya Byakuran sambil menolehkan mata birunya pada pohon yang tadi diloncati oleh Tetsu.

"Dia tidak sengaja..." Ayuri terdiam lalu, mengeluarkan beberapa kata yang sepertinya meng-Approve tindakan Byakuran. "Tapi terserahlah.."

Byakuran mengangguk, kemudian tersenyum licik di balik maskernya, entah apa yang cowok manipulatif ini pikirkan sekarang.

Mata hijaunya melirik sekilas ke arah ketiga sahabatnya ini. "Sayangnya ngga ada yang bolos." senyum Hime ramah sebelum mendengar kata 'Ayah' yang meluncur dari bibir murid divisi Technical ini, sama seperti ayahnya.

"Tidak usah protes... cepat belikan..." lanjutnya sok galak.

Suara yang seperti perintah itu membangunkan Hime dari bengongnya, disusul dengan anggukan kecil. "Udah, belikan aja. Ayu dan Ryu? Ah, mungkin dua kaleng coklat dingin untukku dan Ryu." dipesenin aja, kan ngga Ol *diinjeg* masih dengan senyum tersungging dibibirnya.

"Ah... Ayuri!" kata Ryuha. "Kalian juga Byakuran dan Hime. Kita ketemu lagi eh"

Ryuha juga memeluk mereka

"Huff... memang, ternyata selama 7 tahun ini ga ada yg berubah sama sekali..." batin Ryuha.

Tidak lama kemudian, datanglah seorang yg tidak dikenalnya.

"Hm.. anda siapa yah?" tanya Ryuha sambil senyum.

Quote :

Suara yang seperti perintah itu membangunkan Hime dari bengongnya, disusul dengan anggukan kecil. "Udah, belikan aja. Ayu dan Ryu? Ah, mungkin dua kaleng coklat dingin untukku dan Ryu." dipesenin aja, kan ngga Ol *diinjeg* masih dengan senyum tersungging dibibirnya.

"Yep2..." kata Ryuha meski dia ga ada ide apa yg mereka katakan.