May I treat you?

Timeline: Setelah dari Lay Down....Yuki
Setting: di ruangan rumah sakit jam 08.30 malam tanggal 17 April
OOC: Invited Only

Reiyu bergegas berjalan di antara koridor rumah sakit dengan gadis yang tadi pingsan di dalam gendongannya. Sebenarnya apa yang terjadi beberapa saat yang lalu? Kalau tentang itu liat aja sendiri di tret Lay Down Yuki, di Woods *ditimpuk*.

Reiyu melihat belum ada dokter di ruangan itu. Oi, oi yang benar saja? Masa seorang dokter ga da di tempatnya ketika ada pasien yang sedang memerlukan pengobatan? *dihajar*. Reiyu pun menghela nafas..

"Apa boleh buat" pikirnya yang lalu meletakkan tubuh gadis itu di salah satu tempat tidur yang ada. Sementara menunggu gadis itu terbangun, Reiyu mengamati rungan Hospital itu sebentar....

"Tidak berubah banyak ya..masih sama seperti 4 tahun yang lalu" batinnya mengamati ruangan itu, pandangannya menerawang, mengingat kembali kejadian 4 tahun yang lalu, yang membuatnya tidak dapat atau lebih tepatnya tidak berani untuk melihatnya kembali karena suatu peristiwa yang membuatnya takut jika bertemu dengan Seira nanti malah akan membuatnya truma saja melihatnya.

Masih dengan termenung seperti itu, Reiyu teringat sesuatu lalu merogoh sakunya. Mengambil sebuah harmonika tua yang pernah suka dimainkannya kepada Seira beberapa tahun yang lalu. Masa2 yang masih penuh dengan kebahagiaan. Reflek Reiyu pun kemudian memainkan harmonika di tangannya itu. Mengalunkan nada2 lembut dari harmonika, dia sendiri juga sekarang duduk di ambang jendela ruangan klinik itu, memperhatikan hembusan angin malam sesaat setelah kemudian memjamkan matanya untuk lebih menghayati permainan harmonika tuanya itu.

^ : sempatnya mainn

=============================================================

Mendengar alunan harmonika...

Yuki sangat suka mendengarkan orang yang bermain harmonika.

Tapi sayang,dia tak bisa memainkannya,tetapi..lagu yang dimainkannya,membuatnya ingat akan kejadian di masa lalunya,ya..kematian seseorang yang begitu disayanginya.

Airmata pun,jatuh perlahan dari mata gadis yang tertutup rapat itu...

Tanpa suara...

Setelah beberapa lama kemudian, Reiyu pun selesai memainkan sebuah lagu pada harmonika tua itu, iseng2 dia melihat gadis yang pingsan tadi dan...

"WTH! Kenapa ada airmata di pipinya? Apa penyakitnya makin parah?" batin Reiyu panik sekarang mendekati gadis itu, bingung mau berbuat apa, takut kalaub penyakit gadis itu makin parah.

"Ka-kalo gadis ini nanti.." batin Reiyu lagi sekarang membayangkan imajinasi yang tidak2, kalau gadis itu tiba2 penyakitnya parah lalu, lau...*dihajar*

"Arrgghh!!! Bisa2 nanti aku dicap sebagai tersangka karena dikira membunuh seorang gadis!!" teriaknya di dalam hati. (PM ketawa ngakak)

"Woi! Bangun! Entah siapa namamulah, bangun! Jangan bilang kalau penyakitmu tambah parah!" kata Reiyu berusaha membangunkan gadis yang masih tertidur lelap pingsan itu.

"Kumohon bangun dong! Jangan membuatku deg2an seperti ini dong?!" kata Reiyu meringis membayangkan hukuman yang akan diterimanya nanti.

"Seperti mimpi.." gumamnya yang akhirnya disusul oleh matanya yang mulai terbuka dan mencoba meraba-raba di sekitarnya. Ia bingung...

"Kenapa..kenapa aku ada di Hospital?" Tanyanya pada dirinya sendiri

"Seperti mimpi.." gumamnya

"Hah? Seperti mimpi? Hei, kamu lagi ngigau ya?" tanya Reiyu heran mendengar gumaman gadis itu.

"Kenapa..kenapa aku ada di Hospital?" Tanyanya pada dirinya sendiri

"Hah? tadi kan kamu pingsan, terus kubawa kesini karena kukira sakitmu sudah parah, memangnya kamu kenapa tadi? Sakit?" tanya Reiyu lagi pada gadis yang baru sadar dari pingsannya.

"BTW siapa namamu?" Reiyu sekarang duduk di tempat tidur yang ada di sebelah tempat tidur gadis itu, menatap dalam gadis yang belum dia tahu namanya itu.

"Hah? tadi kan kamu pingsan, terus kubawa kesini karena kukira sakitmu sudah parah, memangnya kamu kenapa tadi? Sakit?" cowok itu menanyakannya.

"Err..aku tadi..gak bisa bernapas sama sekali" Jawabnya,sambil memegang kepalanya.

"BTW siapa namamu?"

"Namaku,Riuren Yuki..hehe" jawabnya sambil tersenyum pada cowok itu.

"Err..aku tadi..gak bisa bernapas sama sekali" Jawabnya,sambil memegang kepalanya.

"Hah? ga bisa bernafas? Busyet dah! Penyakit-mu parah banget sih!" kata Reiyu kaget mendengar gadis itu ga bisa bernafas.

"Memangnya kamu punya asma tingkat akut? Bawaan dari lahir?" tanya reiyu lagi pada gadis itu.

"Namaku,Riuren Yuki..hehe" jawabnya sambil tersenyum pada cowok itu.

"Umurmu berapa? Lalu..kelas (tech, soma, denjer, dll...) apa?" tanya Reiyu lagi seakan-akan sedang menginterogasi ato menyelidiki profile gadis itu.

"Hah? ga bisa bernafas? Busyet dah! Penyakit-mu parah banget sih!" kedengarannya kasar..

Ia rasanya ingin pergi..

Tiba-tiba,hentakan keras dari kaki Yuki..

Ingin beranjak dari tempat tidur itu..

OOT: JOIN!!! Pokoknya Join! *digeplak*

Ryuu memasuki Hospital dan mendengar suara harmonika.Tiba-tiba suara itu berhenti dan Ryuu memasuki kamar itu dan melihat Reiyu dan gadis itu seakan pacaran, duduk di tempat tidur. Mii-chan telah kewalahan, jadi Ryuu tak menariknya lagi. Sepertinya tadi ia beristirahat di tengah perjalanan.

"Namaku,Riuren Yuki..hehe" jawabnya sambil tersenyum pada cowok itu.

"Shibara Ryuu," katanya memperkenalkan diri, dengan tersenyum moe. Dia tanpa disadari telah menyelinap di belakang Reiyu. Ia tak tahu reaksi 2 orang itu dan langsung menanyakan sesuatu yang harus ia tanyakan kepada Reiyu.

"Reiyu..kau tidak datang ke acara pembukaan, ya?" tanya Ryuu to-the-point. Dia menyerahkan sebuah suntikan ke Yuki. "Apa ini...'obat'mu? Kau sakit apa?"

"Oh ya, Riuren Yuki, technical, kan? Aku masih sering iseng membaca buku absen soalnya."

"Apa ini...'obat'mu? Kau sakit apa?" kata cowok yang satunya lagi pada Yuki (Ryuu)

Dengan terpaksa ia menerima suntikan itu.

"Itu suntikan pengendali adrenalinku. Terkadang membuatku kehilangan kendali penuh atas tubuhku sendiri dan membuatku tidak bisa bernapas sama sekali,seperti yang baru saja kalian lihat di Woods." Ujarnya lirih.

"Oh ya, Riuren Yuki, technical, kan? Aku masih sering iseng membaca buku absen soalnya."

"Ya,aku anak technical."

Itu suntikan pengendali adrenalinku. Terkadang membuatku kehilangan kendali penuh atas tubuhku sendiri dan membuatku tidak bisa bernapas sama sekali,seperti yang baru saja kalian lihat di Woods." Ujarnya lirih

"APA?!"

Ryuu terkejut. Lebih tepatnya shock. Dia tahu orang yang seperti Yuki. Sepupunya yang pertama punya Alice sebelum kakaknya. Akhirnya sepupunya malah meninggal. Astaga, dia memang emosional soal saudaranya.

"Errr, sori." jawabnya sambil menunduk. Kali ini dengan nada cool. Dia memandang Reiyu. "Sepupuku pernah mengalami yang seperti ini. Sepupuku pertama punya Alice sebelum kakakku. Tapi, karena sepupuku memang sudah sakit-sakitan..dia meninggal. Aku ingat, lagu terakhir yang ia minta untuk kunyanyikan. 'Broken Dream'. Dari Greenday. Sepupuku itu sudah kuanggap sebagai kakakku. Dia..adalah sahabat, keluarga sekaligus 'diary berjalan'ku. Aku..sekarang sudah..membenci lagu itu. Selalu mengingatkan ku dengannya."

"Reiyu, aku ada cerita, mau mendengarkan? Kau juga boleh mendengarkan, Yuki."

"Aku pernah kehilangan seseorang karena penyakitnya.." Lirihnya tanpa sadar.

Tak ada seorangpun yang membiarkannya menangis,tak ada seorangpun yang membiarkannya tertawa lepas seperti anak-anak sebayanya,ah..itu seperti mimpi buruk jika dia mengingatnya kembali..ia seperti ingin mati.

"Reiyu, aku ada cerita, mau mendengarkan? Kau juga boleh mendengarkan, Yuki."


"Dengan senang,hati" jawabnya dengan seutas senyum di bibir mungilnya itu.

Dia memandang Yuki.

"Dengan senang,hati" jawabnya dengan seutas senyum di bibir mungilnya itu.


"Baguslah." Ryuu tersenyum tulus dan halus. Bukan senyum 'Angel Smile'-nya, ini berbeda. Senyum yang baru saja tercipta dari benaknya. Senyum yang belum pernah ia keluarkan selama ini. Rasanya, seluruh kekawatirannya, kecemasannya menghilang.

"Aku punya sahabat, namanya Nanase, dan seorang sepupu yang menyukai--lebih tepatnya, mencintai--Nanase, namanya Reiichi--dia sangat benci dipanggil Reechi--dan dia sangat cool, dan tidak childish. Pendendam, sensitif." Ryuu menarik nafas dan melanjutkan, "suatu hari, aku terpaksa meninggalkan Nanase karena aliceku ini. Untuk pergi ke sini. Aku masih berhubungan dengan kakakku waktu itu."

"Suatu hari--kalau tidak salah hari senin--Reii datang untuk mencariku, karena mendapat e-mail dari Nanase bahwa Nana kesepian. Reii lalu mendatangi kakakku. Reii mendengarkan cerita kakakku. Kakakku dapat merasakan kemarahan Reii dan segera membuat sms untukku--aku menyelundupkan HPku, serius--bahwa, Reii marah besar, dan Nana sangat terpukul karena kepergianku." Ryuu bertopang dagu, memandang Reiyu dengan mata yang redup dan sedih. "Suatu hari, diaryku yang bisa meramalkan masa depan, meramalkan bahwa Reii dan Nana telah mempunyai ALice dan aku percaya, kakakku akan memberitahukan bahwa sekolah ini khusus 'menampung' orang2 seperti kita. Tadi saat acara pembukaan, aku ditabrak oleh Reii, dan mendengar lagu Broken Dream yang ada di Ipod Reii. Aku langsung tak berdaya saat Reii memukulku."

Setelah ia memerhatikan dengan perhatian yang amat sangat..

"Di dunia ini,semua orang memang harus berani mengorbankan hal-hal yang dianggapnya begitu berarti baginya. Mungkin,kamu akan merasa bahwa jika kamu harus mengorbankan dia,kamu seperti kehilangan satu jiwa. Soal ramalan,aku tidak begitu percaya. Aku hanya percaya bahwa hidupku akan terus berubah,asalkan kamu tahu,kamu bisa merubah nasibmu. Sebelum itu terjadi,Ryuu" Ujarnya pada Ryuu

"Uhuk! Uhuk!" Yuki mulai batuk2..dan parahnya,,

"Da-darah.." Ketika melihat tangan yang dipakai untuk menutup mulutnya itu penuh dengan darah.

"Di dunia ini,semua orang memang harus berani mengorbankan hal-hal yang dianggapnya begitu berarti baginya. Mungkin,kamu akan merasa bahwa jika kamu harus mengorbankan dia,kamu seperti kehilangan satu jiwa. Soal ramalan,aku tidak begitu percaya. Aku hanya percaya bahwa hidupku akan terus berubah,asalkan kamu tahu,kamu bisa merubah nasibmu. Sebelum itu terjadi,Ryuu" Ujarnya pada Ryuu

"Terima kasih," katanya dengan senyum yang tadi.

Tapi senyumnya langsung pudar ketika Yuki batuk berdarah. Dia langsung panik.

"Tidak--tidak!!!" terbayang kejadian 'itu'. Kejadian sepupunya itu. Dia segera membersihkan darah itu dan memanggil buku kesehatan. Dia lalu menyerahkan suntikan itu

OOT:@Ryuu: Dasar=)) BTW kamu uda OUT dari Woods lom?
@All: Buset dah kalian berdua uda jauh banget!

Reiyu sempat kaget juga ketika melihat Ryuu sudah ada di belakangnya, tapi ternyata Ryuu membawakan suntikan gadis bernama Yuki yang sakit itu, untung juga sih, dengan begini Reiyu jadi ga bingung, walaupun sebenarnya kemampuannya tentang obat2an tidak buruk sekali juga...

"Reiyu..kau tidak datang ke acara pembukaan, ya?" tanya Ryuu to-the-point.

Reiyu kaget juga karena Ryuu langsung to the point begitu, terpaksa akhirnya dia berkata..

"I-iya, karena disana sudah pasti ada..uh..maksudku..kehadiran Dangerous kan pasti tidak terlalu diperlukan disana.." dengan agak gugup juga karena alasan sebenarnya kan tentu saja karena tidak ingin dirinya dilihat Seira.

Dari pembicaraan antara Ryuu dengan Yuki, Reiyu jadi mengetahui kalau Yuki ternyata adalah kelas Technical juga sama seperti Ryuu dan Seira...

"Kalau begitu otomatis kamu sekarang sekelas dengan Seira dong Ryuu? Sama halnya denganmu ya.." kata Reiyu menatap gadis yang bernama Ruiren Yuki itu.

"Reiyu, aku ada cerita, mau mendengarkan? Kau juga boleh mendengarkan, Yuki."

"Cerita saja, kau sudah kenal aku lama, ga usah sungkan2 begitu" kata Reiyu tersenyum nyengir pada Ryuu.

Ryuu pun kemudian mulai menceritakan kisahnya itu, Reiyu melihat gadis itu juga sedang mendengarkan cerita Ryuu dengan baik, akhirnya cerita dari Ryuu selesai dan gadis itu juga berkata sesuatu yang benar2 tepat sesuai dengan keadaan Reiyu sekarang...Reiyu hanya terdiam, tidak mampu berkomentar apa2 karena kedua orang yang ada di hadapannya juga sebenarnya mempunyai masalah yang tidak terlalu jauh berbeda dengan dia sendiri..

"Kenapa..setiap orang yang baik malah mati duluan ya.." gumam Reiyu dengan pandangan kosong, mengingat kembali kejadian 4 tahun yang lalu. Ketika seseorang yang berharga baginya juga meninggal karena alice-nya ini juga.

Tidak lama kemudian, Reiyu segera disadarkan oleh kepanikan Ryuu yang setelah dilihat ternyata gadis bernama Yuki itu batuk darah, Ryuu pun kelihatannya agak panik karena mungkin masih terbayang dengan kejadian dirinya juga...

"Ryuu, mana suntikannya, biar aku saja yang menyelesaikan ini, kau minggir dulu!" ujar Reiyu yang tidak meminta persetujuan dari Ryuu lagi langsung mengambil suntikan gadis itu dan dengan cepat langsung menyuntikkannya ke urat nadi di antara pergelangan tangan dengan akurat setelah meraba-raba untuk mencari urat nadi itu sebentar.

"Huhh..sudah..jangan bikin kaget dong, astaga.." ujar Reiyu langsung duduk di lantai, capek dan lumayan kaget juga dengan penyakit tiba2 gadis itu.

"Masih sakit? Tadi agak kasar ya? Maaf..maaf juga Ryuu aku agak mendorongmu tadi.." kata Reiyu pada mereka berdua, merasa bersalah karena sedikit mendorong Ryuu tadi dan melakukan tindakan cepat tadi dengan agak cepat namun agak sedikit kasar.

"Tak apa,sudah terbiasa.."sahutnya dengan cengengesan.

"Kenapa..setiap orang yang baik malah mati duluan ya.." ucap cowok pada dirinya sendiri (Reiyu).

"Tidak semuanya begitu,hanya saja..Tuhan meinginginkan mereka kembali." Jawabnya tanpa sadar.

OOT:@Yuki: Uda ga sakit lagi?

Sepertinya gadis yang sesaat batuk darah itu sudah tidak begitu sakit lagi melihat dia sudah bisa cengengesan berkata kalau dia sudah terbiasa dengan kondisi seperti ini..

"Haah..jangan bikin orang khawatir dong.." gumam Reiyu yang lalu beranjak berdiri dan duduk di kursi yang pastilah adalah kursi dokter ruangan klinik itu, memutar-mutar kursinya sehingga tubuhnya pun ikut berputar, iseng.

"Tidak semuanya begitu,hanya saja..Tuhan meinginginkan mereka kembali." Jawabnya tanpa sadar.

Reiyu terkejut karena gumamannya ternyata didengar oleh gadis itu. Tapi pernyataan yang dikatakan gadis itu juga lumayan membuatnya kaget.

"Yah...kalau memang Tuhan menginginkan mereka, yang pasti apakah tidak bisa lebih lama? Atau...kenapa tidak nyawa seseorang saja yang diambil menggantikan orang yang sudah pasti lebih baik darinya?" tanya Reiyu menerawang ke arah langit2 malam di luar jendela, tidak melihat Yuki dan Ryuu, seakan-akan berbicara pada dirinya sendiri.

"Yah...kalau memang Tuhan menginginkan mereka, yang pasti apakah tidak bisa lebih lama? Atau...kenapa tidak nyawa seseorang saja yang diambil menggantikan orang yang sudah pasti lebih baik darinya?"


"Tuhan itu..kesepian.." Lirihnya yang kemudian disusul oleh jatuhnya sebuah buku kecil dari jasnya.


"BRUUUUUKKKKK!!!!"

"Oh tuhan,jangan biarkan ini terjadi lagi!!!!" Paniknya.

Gadi itu mengatakan hal yang aneh..

"Tuhan? Kesepian? Haha! Tidak mungkin!" sahut Reiyu tertawa, tertawa terpaksa...dia juga ragu mengatakan hal itu, apa benar Tuhan memang kesepian? Dia ingin menyanggah, tidak ingin mempercayai pernyataan itu.

Tiba2 sebuah buku kecil jatuh dari tas gadis itu dan gadis itu entah kenapa tiba2 menjadi panik, aneh sekali pikir Reiyu. Dia pun beranjak berdiri untuk mengambilkan buku Yuki..

"Kamu kenapa? Kok tiba2 panik sih? Nih bukumu" tanya Reiyu heran menyerahkan buku itu pada pemiliknya lagi.

*webe..*

*natap webe*
========================================================


"Aku punya sesuatu yang mengerikan didalam buku itu,jangan buka kalau kamu masih ingin berbahagia,Reiyu." ujarnya dingin pada Reiyu.

Melepas kacamatanya,menatap dalam-dalam Reiyu.

OOT:@Yuki: Baru sadar kamu pake kacamata=))

"Aku punya sesuatu yang mengerikan didalam buku itu,jangan buka kalau kamu masih ingin berbahagia,Reiyu." ujarnya dingin pada Reiyu.

Reiyu terkejut mendengar gadis itu berkata sesuatu tentang buku kecil yang aneh itu...Yuki lalu melepas kcamatanya dan menatap Reiyu...

"Memangnya kenapa? Aku juga sudah tidak mungkin untuk berbahagia jika kau tahu itu Yuki..." ujar Reiyu membalas menatap Yuki.

Kali ini dia tidak menuruti perintah gadis itu dan tanpa mengembalikannya lagi dia langsung meloncat (baca: lompat dan berdiri) ke atas ambang jendela dengan buku Yuki masih di tangannya.

"Memangnya kenapa kalau aku membuka buku ini? Tidak akan merubah diriku selama ini juga..." ucap Reiyu memainkan buku kecil itu di tangannya, satu tangannya lagi dia masukkan ke kantongnya. Seakan-akan menantang reaksi gadis itu jika Reiyu melihat isi buku itu.

OOT:@Yuki: Sori ya, ntar ga diapa2in kok tuh buku

"Memangnya kenapa kalau aku membuka buku ini? Tidak akan merubah diriku selama ini juga..." Ujarnya.

Dan sekarang,Yuki sudah tak bisa berkata apapun lagi.

Ia hanya menatap Reiyu,dan menangis..
=========================================

Hah? Kok malah nangis sih?

Itulah yang dipikirkan Reiyu pertama kali ketika melihat eskpresi gadis itu, merasa bersalah? Sebenarnya iya juga, tapi pengalamannya sebagai seorang dangerous membuatnya tidak terlalu menganggap penting orang lain lagi...

Tapi kenapa dia malah menangis?

Reiyu yang masih berdiri di ambang jendela itu, sekarang berjongkok mengamati gadis itu...

"Apa aku harus mengambalikan buku ini....huuh..apa boleh buat.." batin Reiyu lalu melompat kembali dari jendela itu dan sekarang berdiri di samping gadis itu.

"Nih! Jangan nangis dong! Hapus airmatamu!" ujar Reiyu sdikit merasa bersalah juga.

OOT:@Yuki: Memanfaatkan airmata wanita!!

OOT : karena saya memang wanita


Setelah menerima buku kecil itu kembali,Yuki MALAH MEMBAKARNYA!!!

Wah,wah? Ada apa ini? Masi dengan tangisannya,tanpa disadarinya.

YUKI MEMELUK REIYU!!!

What?!