Kaimono Suru

Nauka memasuki sebuah mini market dan melihat-lihat ke arah rak peralatan mandi. Dia mengambil secara asal sabun dan sampo dari bagian peralatan mandi laki-laki, tampak tidak begitu peduli dengan wanginya asalkan ia bisa berbau lain dari Ayuri.

Selanjutnya ia memasuki toko pakaian. Dan disinilah dia menatap Ayuri.

"Pilihkan untukku," ujarnya dengan senyum.

"..." Ayuri hanya mengangguk lalu mulai mencari baju laki2 yang cocok untuk Nauka. Sebenarnya wanita ini tidak begitu tahu soal fashion baju dan hanya asal saja memilihnya. Dia mencoba mengingat yang biasanya kakaknya ambil sewaktu membeli baju.

Dia mengambil pakaian yang menurutnya bagus untuk Nauka; sebuah polo shirt putih berlengan pendek, rompi berwarna merah, dan celana hitam panjang. "...Bagaimana dengan ini?" tanya Ayuri.

DOEEENG

Mako yang melihat semua itu, shock.

"A...ayuri-chan sudah punya pacar?"

Dia mengintip dari kejauhan.

Nauka mengamati baju yang dipilihkan oleh Ayuri, jidatnya sedikit mengkerut. Tampaknya ia belum pernah memakai baju lain selain kemeja simpelnya atau kaos yang tidak dianggap cocok oleh sekolah karena tidak sesuai dengan profesinya.

Tiba-tiba ia merasa ada sepasang mata yang memperhatikannya, tapi ia tidak tahu siapa dan dari arah mana.

"...Ayuri, kamu merasa ada yang memperhatikan tidak?"

"...ya..." angguk kecil Ayuri.

"...dan aku tahu siapa..." bisiknya kecil yang hanya bisa didengar oleh keduanya.

"...kalau kau tidak suka, aku coba cari yang lain lagi..." lanjutnya memperlihatkan baju yang dipilihnya kepada Nauka.

"Mmm... Yah, beberapa pilihan saja," saran Nauka. Ia berusaha tampak ikut melihat-lihat, tapi fokusnya buyar.

"...Siapa?" tanyanya penasaran.

Ayuri membalikkan badannya sambil mencari baju lain. Nauka bertanya karena penasaran siapa yang mengawasi mereka berdua, diapun menjawab:

"...seseorang yang dulunya perempuan sekarang menjadi laki2 karena Alice-nya..." jawabnya yang bisa dibilang masih teka-teki.

Sesaat ia menjawab, Ayuri menemukan beberapa baju lagi. Pertama; baju berlengan panjang hitam dan celana jeans biru tua. Kedua; kemeja putih, dasi hitam, dan celana hitam bergaris2 panjang. Ketiga; kemeja hitam yang bagian lengannya diputus-sambungkan ke lengan baju dan celana jeans panjang.

"...menurutmu yang mana?" tanya Ayuri.

Nauka melirik ke baju itu dan mengambil pilihan ketiga dan pertama. Ia memang memerlukan lebih dari dua baju untuk saat ini. Toh keduanya berbawahan jeans, jadi ia tidak perlu terlihat terlalu formal.

Tanpa banyak bicara ia membawa pakaian itu pada kasir dan membayarnya.

Setelah itu ia kembali berdiri di samping Ayuri.

"...Dia menyukaimu?"

Rupanya dia masih sangat penasaran.

Ayuri menemani Nauka hingga ke kasir dan setelah membayarnya, pria tersebut bertanya lagi jika orang yang tadi mengawasi mereka menyukainya.

"...7 tahun yang lalu ia terus mengikutiku ke manapun aku berada dan nyaris menciumku..." jawabnya dengan nada datar.

"Tunggu! Menciummu?" Nauka nyaris berteriak, seolah-olah tidak sadar diri 7 tahun yang lalu ia mencium Amon. Tapi ia benar-benar tidak menyangka ada yang segila dirinya untuk mendekati Ayuri. "...Dengan kata lain, dia menyukaimu, kan?"

"...mungkin bagi dia, iya. Tapi bagiku, tidak..." jawabnya kepada Nauka mengambil bungkusan baju yang dibeli tadi.

Nauka diam sebentar. Senyuman asimetris khasnya keluar. Matanya memercikan sorot mata isengnya. Ia memasukan satu tangan ke dalam saku celananya, lalu melingkarkan lengannya pada pundak Ayuri.

"...Hmm... Aku penasaran dengannya," komentar Nauka sambil berjalan keluar toko. "Seperti apa orangnya..."

Setelah itu Nauka mengecup pelan pipi Ayuri. Matanya tampak memburu--tapi bukan Ayuri buruannya.

"..." Ayuri hanya diam saja begitu Nauka mencium pipinya. Dia tahu niat iseng lelaki di sampingnya agar orang yang dari tadi memperhatikan mereka berdua bisa memperlihatkan dirinya.

"Eh? Benar benar! Ayuri-chan jahat ih, masa nggak bilang-bilang kalau uda punya cowok!"pikirnya.

Dia pun pura-pura lewat dan berkata dengan nistanya

"Hi, Ayuri-chan" cengirnya ga tau malu

Mata Nauka menatap lurus ke arah Makoto. Tatapannya tidak tajam, tapi cukup untuk membuat risih. Lengan panjangnya masih melingkar pada pundak Ayuri, mendekap Ayuri erat.

"Kenalanmu, Ayuri?" tanya Nauka santai.

"Hi, Ayuri-chan"

Ternyata pancingannya Nauka membuat orang itu, yang tidak lain Makoto keluar. Ayuri yang disapa hanya diam saja.

"Kenalanmu, Ayuri?" tanya Nauka santai.

"..." Ayuri hanya mengangguk iya dengan tenang sewaktu Nauka mendekap erat dirinya.

"Huwa! Ternyata benar kalian berdua pacaran! Selamat Ayuri-chan! Lain kali, kalau ada kejadian seperti ini, bilang dong!" senyum Mako.

"Kan, aku juga kenal Ayuricchi" ujar Mako lagi.

"aneh....rasanya sesak di dada..." pikir Mako.

"Huwa! Ternyata benar kalian berdua pacaran! Selamat Ayuri-chan! Lain kali, kalau ada kejadian seperti ini, bilang dong!" senyum Mako.

"...kenapa aku harus bilang?" tanya Ayuri yang benar2 tidak tahu apa2. Maklumlah, karena wanita ini sama sekali tidak pernah berkomunikasi dengan orang lain sebelumnya kecuali ke beberapa orang.

"Ayuricchi memang dingin ya~ Biasanya, orang akan heboh kalau sudah punya pacar, bahkan memberitahunya pada siapapun" senyum Mako.

Mako ingat sesuatu. Mereka kan sedang kencan!

"Ups, aku menggangu kencan kalian ya?" tanyanya.

Ayuri terdiam sebentar, memikirkan sesuatu. Dia menanyakan sesuatu yang...aneh.

"...berarti menikah sepertimu juga berlaku?" tanyanya lagi2 yang penasaran meski di wajah wanita berkacamata itu tidak menunjukkan ekspresi ingin tahu.

"Ups, aku menggangu kencan kalian ya?" tanyanya.

Kepala Ayuri melihat wajah Nauka yang didekapnya sebelum ia menoleh kepada Makoto kembali. "...menurutmu?" tanya wanita berambut merah dengan polos, tidak tahu apa2.

"Tidak sama sekali!" sambar Nauka tiba-tiba. Ia melepaskan dekapannya pada Ayuri dan mengulurkan tangan pada pria/wanita (?) itu.

"Aku Nauka, salam kenal."

"Maaf! Waktu itu kan aku nggak punya alamat Ayuricchi" Mako panik.


"Eh? Salam kenal, Nauka-san" senyum Mako.

"Alamat?" gumam Nauka. "Ada apa memangnya dengan rumah Ayuri?"

"Dan siapa namamu?"

"Maksudku, kalau ada, mungkin aku bisa mengundangnya ke pernikahanku...Ayuri tampaknya pernah mengenalku" ujar Mako.

"Namaku? Kozuki Makoto!" ujar Mako lagi.

"Maaf! Waktu itu kan aku nggak punya alamat Ayuricchi" Mako panik.

Tunggu dulu, tidak punya? Jelas2 dia waktu itu mengunjungi rumah wanita ini saat jatuh pingsan. Yah, bukan mengunjungi sih... kalau seandainya suara gonggongan Azure itu dihiraukan, entah apa yang akan terjadi dengan kondisi Ayuri jika Makoto tidak buru2 membawanya ke rumah sakit.

"...tentu aku mengenalmu, orang aneh..." tanggap Ayuri kepada Makoto.

"..." Ayuri melihat cahaya matahari yang akan terbenam, hari sudah mulai sore menjelang malam. Wanita ini kemudian berbalik, siap untuk meninggalkan tempat. "...aku mau balik...kau ikut?" tanya wanita berambut merah kepada Nauka.