Just try to help

@Ryuha: gw gotong di sini ^^

Di sebuah kamar, sesosok dokter yang sedikit berkerut namun rambutnya yang pirang masih ada membuatnya sedikit muda sedang duduk membaca sebuah dokumen.

Lalu sebuah ketukan terdengar membuat pria itu melirik kepada pintu yang kemudian terbuka lebar. Wajah dokter itu langsung kaget, atau lebih tepatnya panik karena yang dikunjunginya adalah pasien tetapnya, Ayuri yang membawa seseorang yang sekarat.

"Ayuri!" sentaknya yang kemudian menggantikan Ayuri mengangkut Ryuha ke tempat tidur.

"...dokter Jiro. Lakukan sesuatu terhadapnya..." ujar Ayuri mengatur nafasnya karena dari tadi mengangkut tubuh Ryuha dari jarak yang bisa dibilang sangat jauh.

"..." Jiro hanya mengangguk lalu mulai memeriksa Ryuha. Ayuri hanya terduduk di sudut tembok untuk mengatur nafasnya.

Beberapa jam kemudian, Jiro menghampiri wanita berkacamata ini. "...dia sudah tidak apa2. Sekarang yang dibutuhkannya hanyalah istirahat." ujarnya.

Ayuri hanya berdiam diri, menundukkan kepalanya. "..."

"...aku tinggal dulu. Kalau ada apa2, panggil saja aku." ujar Jiro lembut yang kemudian meninggalkan tempat.

Wanita ini kemudian berdiri dan berjalan menuju ke Ryuha yang pingsan itu. Dia sepertinya menunggu lelaki itu terbangun dari tidurnya.

Ryuha masih dalam keadaan tidak sadar, tiba2 dia berbicara sesuatu tapi tidak jelas (hampir tidak terdengar).

"...af... ma... af... kak..." gumam Ryuha. Setelah itu tiba2 air mata keluar dari mata Ryuha.

Ayuri menatap sebentar kepada Ryuha yang meneteskan air mata. Tampaknya pria itu mimpi buruk. Dia tidak begitu peduli dengan lelaki yang cengeng karena baginya semua itu sama dan ia juga pernah melihatnya...

"...Ayuri, biarkan aku seperti ini..." sebuah gambaran sesosok anak lelaki memeluk dirinya yang masih kecil. Sebuah air mata terlinang jatuh ke kacamatanya, ia melihat mata anak itu yang penuh dengan kepedihan. Sebuah kesedihan yang tidak bisa terlukiskan dengan alasan apapun. Dia tidak begitu ingat kenapa anak laki2 itu menangis, atau lebih tepatnya takut untuk tahu. Sungguh menyebalkan mengetahui apa yang sudah tahu...

"..." wanita berkacamata itu kemudian menghapus air mata Ryuha dan masih berdiri untuk menunggu pria itu terbangun.

Pada waktu disentuh, Ryuha menggerakkan kepalanya. Setelah itu perlahan dia membuka matanya. Ryuha masihlah setengah sadar, dia melihat sesosok ce di depannya, lalu terlihatlah Sakura.

"Kak? Itu kau?" tanya Ryuha sambil mengusap matanya.

"..." Ayuri hanya diam memperhatikan Ryuha memanggilnya sebagai kakak. Entah kenapa mendengar kata2 itu membuatnya dia juga merindukan dengan kakaknya yang tiada.

"...istirahatlah..." ujarnya kecil.

Ryuha menggoyang kepalanya bertanda dia tdak maw.

"Kak, knp kau bisa di sini?" tanya Ryuha. "Bukanya kau sudah.. ah... sudahlah, lagipula aku ingin bercerita banyak padamu."

"Yang pasti aku rindu kau..." lanjut Ryuha.

"..." wanita berambut merah itu lagi2 diam. Entah mau berkata apa dengan Ryuha yang masih menganggapnya sebagai kakak.

Dia kemudian mengambil kursi terdekat dan duduk di samping ranjang tempat tidur di mana Ryuha berada. "...ceritakanlah...aku ingin tahu lebih banyak apa yang kau lakukan selama ini..." ujarnya dengan suara halus. Tampaknya ia mencoba untuk mendengar curhatan Ryuha.

"Aku kira kau bakalan ninggalin aku sendirian..." kata Ryuha. "Sudah berapa lama kita tidak bertemu yah... sudah sangat lama."

"Well... di sini aku bertemu dengan orang2 yang banyak. Ayuri, Kazu, Hime, Nauka, Azure, Amon, Byakuran, dan banyak lagi. Mereka sangat baik...."

"Tetapi entah kenapa mereka sepertinya tidak mengetahui keberadaanku, aku kesepian... makanya waktu itu aku mengunjugi kuburan kakak. Tidak tahunya... kau masih hidup.."

Ayuri terdiam sebentar, tidak disangka pria yang selama ini dia pikir baik2 saja mempunyai perasaan yang tidak beda jauh dengan wanita ini; rasa kesepian dan tidak mengetahui keberadaannya.

Ia kemudian menyentuh pundak Ryuha. "...kuatkanlah dirimu. Memang sangat sulit tetapi...aku tahu teman2mu menyayangi seperti keluarga..." ucap Ayuri kepada Ryuha.

"...ingat, kau tidak sendirian..."

"Aku tidak sendirian?" tanya Ryuha. "Tetapi memang itu yang aku alami sekarang, entah kenapa akhir2 ini seperti itu..."

"Apa yang aku harus lakukan untuk menguatkan diriku?" tanya Ryuha. "Berikan aku jawaban, kak!"

"...banyak yang kehilangan juga. Tidak harta, nyawapun juga terlepas..." lanjut Ayuri.

"...jawaban itu hanya ada di dalam dirimu... Jadilah dirimu sendiri, membaurlah dengan mereka dan kau pasti menemukan jawabannya..."

Ryuha tidak mengatakan apa2 lagi, kepalanya secara tiba2 menjadi pusing. Dia menutup matanya lagi sambil memegang kepalanya. Pada waktu dia bergoyang, kepalanya terbentur kasur.

"Augh..." rintih Ryuha. Setelah itu, Ryuha mulai membuka matanya kembali.

"Aku... di mana ini?" tanya Ryuha sambil menggosok kepalanya.

"Kak, aku di..." kata2 Ryuha terpotong. Tiba2 Sakura berubah menjadi sesosok ce berkacamata dan berambut merah.

"Ayuri?" tanya Ryuha. "Kau? Knp kau tiba2 di sini?"

"...akhirnya kau sadar juga..." komentar Ayuri sambil menyilangkan kedua tangannya.

"Sejak kapan kau di sini?" tanya Ryuha. "Nauka mana?" tanya Ryuha.

"...sejak aku membawamu dari pemakaman setelah aku berpisah dengannya dari toko..." ujar Ayuri menjawab kedua pertanyaannya Ryuha sekaligus.

"Ah... i c..." kata Ryuha.

"Thx." kata Ryuha sambil tersenyum. "Dan... Nauka ga khawatir cari u? Mendingan u cari Nauka dulu, ok?" kata Ryuha memberi saran.

"...dia tiba2 saja menghilang. Tapi aku tahu dia pasti kembali..." ujar Ayuri kepada Ryuha dengan nada datar.

"...bagaimana perasaanmu sekarang?" tanyanya.

"Baguslah... aku harap dia tidak marah.." kata Ryuha.

"Hm.. aku agak tenang sedikit, tadi aku liat kakakku." jelas Ryuha. "Aku tidak apa koq, aku hanya ingin beristirahat sebentar saja.. tenang, ok?" kata Ryuha.

Ryuha kembali menidurkan badannya.

"...perlu aku ingatkan satu hal: kau tidak sendirian..." ujar Ayuri sambil menyenderkan badannya di tembok.

"...kalau ada yang perlu kau bicarakan, kau bisa datang kepadaku..." lanjutnya. Baru kali ini wanita berambut merah itu berkata demikian. Apakah karena kehadiran Nauka yang membuatnya berubah total?

Ryuha hanya melihat ke arah Ayuri.

"Nauka telah mengubah sifatnya... bagus!" batin Ryuha. Ryuha hanya tersenyum dan mengangguk.

"Thx..."

"..." Ayuri masih bersender di tembok dan melihat ke arah jendela. Hari sekarang sudah mulai malam.

"...jika kau sudah baikan, kembalilah ke rumahmu. Kau butuh istirahat lebih daripada di sini..." ujar wanita berkacamata itu kepada Ryuha.

"Sure..." kata Ryuha. Ryuha mulai menutup matanya.

"Aku istirahat dulu..."

Selang menit kemudian, Ryuha tertidur. Wanita berambut merah itu kemudian berjalan ke arah saklar lampu untuk menyalakan cahaya di ruangan karena hari sudah malam.

CTAK!

Sewaktu ia menyalakan lampu, tiba2 saja ada orang di belakangnya. Dia mau membalikkan badannya namun tidak bisa, badannya kaku. Namun ia tetap tenang. Orang itu kemudian memberikan sebuah surat ke tangan Ayuri dan mematikan lampunya kembali. Dinyalakan kembali, orangnya sudah menghilang. Siapakah gerangan?

Ayuri merosot sebentar, mengatur nafasnya. Rasa takutkah yang ada padanya? Siapa yang tahu...

Dia kemudian membuka amplopnya dan membaca isi suratnya. Sekian menit kemudian, Ayuri menggenggam kertas tersebut dan...

BWOOSH!

Kertas tersebut tiba2 terlalap oleh api kecil yang sepertinya diciptakan oleh Alice wanita ini. "..." dia hanya terdiam menatap kepada Ryuha yang tertidur. Semoga saja lelaki itu tidak melihat apa yang terjadi tadi.

Pagi telah datang, karena suara burung Ryuha terbangun.

"Uhm... dah pagi ya?" kata Ryuha sambil mengusap matanya yg masih ngantuk.

Pintu terbuka, menampakkan sesosok wanita berambut merah yang tidak lain Ayuri. Tapi kali ini tubuhnya dililiti perban di lengan, kaki, dan perutnya. Pipi kananpun juga diplester. Seperti dia habis bertarung atau berkelahi dengan seseorang. Wajahnya juga memucat, tanda dia tidak tidur semalaman.

"...pulanglah..." tanya Ayuri sambil memegang bagian perutnya yang diperban. Diapun menutup kembali pintunya dan meninggalkan tempat.

(out)