Under The Moonlite

((OOC: Open =3 timeline-nya tengah malem di jalan setapak Central Town))

---

Dingin~

Angin malam sangat menusuk, dan memungkinkan bisa membuat Aoi masuk angin. Yeah-- insomnia, tidak tahu harus apa-- gadis pirang ini keluar asrama untuk cari angin. Gadis itu melipat tangannya di dada, kemudian menyandang jaketnya yang melorot karena kebesaran.

Yeah-- cahaya bulan. Indah-- namun sifatnya seperti mistik kalau dipandang sendirian. Er-- gimana gitu... ketakutan-- angker. Entahlah. Terlebih lagi ini tengah malam. Bulu kuduknya merinding. Angin kencang menerpa tubuh mungilnya dan nyaris roboh. Terlalu lelah berjalan, Aoi duduk di depan salah satu toko-- memandangi sinar bulan yang lembut. Aoi sedikit mengantuk, namun ia terlanjur jauh dari asrama. Berharap ada teman ngobrol-- manusia asli dan makhluk hidup. Sedikit takut karena Central Town gelap dan sepi. Aoi keluar sendirian dengan modal nekat, jaket, dan lampu senter.

Berlari lari di malam hari itu bukan ciri anak yang baik. Well, sejak kecil Haruka diajari untuk sering sering patroli demi keselamatan di sekitar, so ia mengangkat pistol airnya dan berlaku layaknya detektif.

SYAT. Sorotan lampu senter itu silau, dan Haruka malah curiga, jangan jangan ada seseorang yang ingin melakukan tindakan anarkis di malam hari. Gadis itu melompat kearah gadis itu, tepatnya sih seperti menangkap pelaku dengan memeluknya.

"hyaaaat!!"

Sepi~ dingin~ merinding~ Harus diakui-- Aoi benar-benar tersesat. Dan-- sampai ada sesuatu menempel dan memeluk gadis pirang ini.

"NOES! ZOMBIE!!" Teriaknya sambil berlari kesana-kemari dan meronta-ronta agar sesuatu yang memeluk Aoi lepas. Benar-benar zombie 'kah? Padahal sedari tadi tidak ada orang. Berarti benar-benar zombie. Aoi masih berlari-lari dengan panik-- dan sesuatu yang memeluknya jadi seperti mengekori Aoi.

NOES! Tidak mungkin ada yang bisa menyelamatkannya di tempat sepi begini. Tamatlah Aoi.

"eh?! ada apa, ada hantu kah?!" seru Haruka yang tidak paham situasi, tidak mengira dirinyalah yang menakut nakuti gadis yang keliling malam malam itu.

Dalam situasi itu, Haruka makin erat memeluk gadis itu, takut di lepas.

"eh?! ada apa, ada hantu kah?!"

Aoi menghentikan langkahnya. Mencari sumber suara-- err-- sepertinya di belakangnya. Gadis pirang itu hanya berbalik-balik seperti seekor anjing yang berusaha menggigit ekornya.

"Siapapun-kau-- pergi dariku!" Teriaknya kencang. Yeah-- bisa dibilang kencang karena tempat itu sangat sepi.

"Siapapun-kau-- pergi dariku!"

"aku Nakari Haru--"

Ah, karena tubuhnya kecil, Haruka terlempar ke belakang sehingga bandonya lepas. Sialnya saat itu ia masih mekaian rok sekolah, dan tubuhnya berubah menjadi cowok... ah beruntung ia masih anak kecil. Haruki berdiri.

"Nakari Haruki, maaf menakut nakuti! Aku mengira ada apa-apa, tapi malah kau yang teriak.." ucap Haruki sambil menggaruk leher belakangnya dan memalingkan wajahnya.

Oh sh*t! Sesuatu-entah-apa-itu lepas dan terlempar dari badan Aoi. Oh, well tadi suara anak perempuan, eh? Aoi berbalik dan melangkah menuju sesuatu-- atau apa yang terlempar tadi.

"Nakari Haruki, maaf menakut nakuti! Aku mengira ada apa-apa, tapi malah kau yang teriak.."

Aoi berdiri sambil berkecak pinggang di depan orang yang terlempar tadi. Kemudian ia menyorot senternya pada orang itu. "Oh my-- kau diam-diam berkeliaran memakai rok di malam hari, eh? Eniwei, Aoi Misuzu," Ucapnya pada orang yang di depannya-- ternyata anak laki-laki yang memakai rok. Aoi mengendus geli dan masih menyorotkan sinar senter pada anak itu.

((OOC: ikutan yak Ini chara udah di-APP kok))

---

Dingin.

Biasanya ia tidak kuat dingin, apalagi berjalan-jalan di luar waktu malam begini. Ibunya akan melarangnya dan kakak-kakaknya akan segera menahannya. Tch, ia merasa seperti seorang putri dari kastil di tengah hutan. Apalagi sekarang ia ada di tempat yang jauh, yang tidak ada obat-obatan bodoh itu sama sekali. Senang apa malah takut eh?

Anehnya, ia malah menaiki sepeda dan sengaja berkeliling kota di tengah malam begini. Oh boy, Ren memang memiliki jutaan hobi aneh. Termasuk hobi memasaknya itu. Hobi memasak yang ia gunakan untuk mengerjai orang. Ha ha ha.

Sepertinya mau kota di manapun, malam-malam pasti sepi ya? Apalagi di kota kecil seperti ini. Mata Ren berkeliling, mencari orang yang dapat ia tanya arah ke asramanya. Yeah, ia baru saja sampai, lalu langsung kabur dari asrama, dan tersasar.

Matanya menangkap sesuatu, dua kilatan cahaya di tengah kota. Ada orang di tengah kota sepi begini? Dan... bawa senter? Orang aneh. Padahal ada penerangan kota, dan dari bangunan-bangunan di sekitar. Ren mengayuh sepedanya mendekati mereka. Ternyata dua orang anak, satu laki-laki, satu perempuan.

"Hei..." Ucapnya pelan. "Tahu asrama di mana?

"Tahu asrama di mana?"

Oh, ternyata ada orang lagi. Tak disangka ada banyak orang begadang tengah malam begini. Aoi masih ragu, apakah berkeliaran tengah malam dilarang oleh sekolah. Kemudian Aoi berbalik pada orang yang menanyakan asrama tadi-- menyorotkan lampu senter pada wajah orang itu. "Asrama, eh? Mungkin dia tahu," Ucapnya santai sambil mengedikkan kepalanya pada anak yang bernama Haruki tadi.

Kemudian Aoi menatap orang yang baru datang tadi dari ujung kaki sampai kepala-- membawa sepeda. "Well, tuan-- terlalu awal kalau mau berolahraga di pagi hari, ini masih tengah malam," Ucapnya asal sembari mematikan lampu senternya, dan kembali berkecak pinggang.

"Asrama, eh? Mungkin dia tahu," Gadis yang membawa senter di sana menjawab padanya. Ren lalu berpaling ke arah orang yang ditunjuk. "Er... asrama di mana?" Tanyanya lagi, dengan senyum sekarang. Fake fake.

Anak perempuan itu lalu mematikan lampu senternya, "Well, tuan-- terlalu awal kalau mau berolahraga di pagi hari, ini masih tengah malam."

"Hm... ini hobiku," jawab Ren santai. "Daripada berjalan-jalan dengan senter di tengah kota yang terang ini? Seperti orang bodoh. Hm~" Tambahnya dengan senyuman. Lagi.

"Daripada berjalan-jalan dengan senter di tengah kota yang terang ini? Seperti orang bodoh. Hm~"

Aoi mengendus geli-- kembali menyalakan lampu senternya dan menyorotkan pada wajahnya dari bawah dada. "Ho~ ini? Koridor asrama gelap-- bohlam kamarku juga putus. Yah-- bawa lampu senter," Ucapnya panjang lebar-- seperti silat lidah pada pemuda yang baru datang itu. Err-- memang sih silat lidah bukan lah keahlian Aoi.

Gadis itu kembali mematikan lampu senternya-- menyandang jaketnya dan kembali menatap langit. Euh~ cahaya bulan tertutup awan. Oh, well. Nasib-- tengah malam gelap-- tanpa sinar bulan.

"Oh my-- kau diam-diam berkeliaran memakai rok di malam hari, eh? Eniwei, Aoi Misuzu," ucap si gadis itu. Ah, sudah mulai tenang, syukurlah. Tapi kata berkeliaran memakai rok itu cukup memalukan. Wajah Haruki memerah. "err... aku bukan cross dress ya!" ucapnya, kali ini sok tsundere. Dan rupanya bukan mereka saja orang bodoh yang berkeliling di akademi

"Hei... Tahu asrama di mana? tanya satu orang yang baru datang itu. Haruki diam dulu karena sudah terjawab, walaupun jawabannya tidak memuaskan. Haruki naik keatas tong sampah tertutup dan duduk dengan tenang. Dan, orang yang baru datang itu punya hobi yang sama. Haruki mengambil senter di tas pinggangnya. Hmm... ia memang selalu membawa tas pinggang dengan isi benda yang kurang masuk akal.

Haruki menyorot senternya di bawah wajahnya. Well, kau pasti tahu seperti apa hasilnya, kan? Ini salah satu dari 1001 keanehan/hobi Haruka dan Haruki.

"kalian sebenarnya sedang apa sih disini....?" ujarnya dengan suara yang pelan, niatnya menakut nakuti.

Gadis yang tadi Ren tanya menjawab, tetapi Ren tidak memperdulikannya. Buat apa buang-buang waktu? Sekarang ia hanya ingin kembali ke asrama. Titik.

"Kalian sebenarnya sedang apa sih disini....?" Perhatian Ren teralih dari perempuan tadi ke seorang anak laki-laki berambut biru yang mengenakan rok. Ternyata ia tersasar ke dunia aneh para freak, eh?

"Hm..." Ren berpikir sebentar sebelum menjawab pertanyaan anak itu. "Bukan urusanmu kan?" Ucapnya dengan senyuman 'polos'-nya yang biasa. "Yang jelas aku hanya ingin tahu ke mana arah asrama."

OOC=ikutan ya...

==================

Dingin.....

Angin malam berhembus menusuk tulang. Ai yang berniat menelurusi sekolah barunya, entah kenapa tiba-tiba kesasar disini. Ia tidak menggunakan alicenya sehingga merasa agak kedinginan. Mana ia nyasar didaerah yang belum dikenalnya. Nampak ada 3 orang sedng berbincang akrab. Ada yang menaiki sepeda, ada pula anak laki-laki yang menggunakan rok.

Eee.... anak cowok pake rok......
Ai agak terkejut juga melihat nya. Tapi juga geli. Karena cowok itu terlihat manis.

Dan satu lagi berambut pirang. Yang ini juga terlihat manis. Ai yang tak tahu dimana tempatnya berada saat ini, memutuskan bertanya pada mereka.

"Maaf mengganggu, tapi ini dimana ya..?", tanya Ai polos pada mereka.

"kalian sebenarnya sedang apa sih disini....?"

Aoi berbalik menatap anak lelaki yang ia ketahui bernama Nakari Haruki itu. Gadis pirang ini ikut-ikut menyorot senter dari bawah wajahnya. "Aku? Mau bertapa di bawah sinar bulan-- dan memanggil arwah penasaran," Ucapnya asal dengan senyum jahil mengembang di wajahnya.

"Maaf mengganggu, tapi ini dimana ya..?"

"Kau sudah memasuki komplek dimana arwah gentayangan berada," Ucapnya asal (lagi)-- sembari berbalik pada gadis yang baru saja datang-- masih menyorot senter dari bawah wajahnya.

"Percaya atau tidak, akulah salah satunya," Lanjutnya sambil menguyah beberapa butir permen M&M berwarna merah. Pewarna permen itu luntur di dalam mulutnya, kesannya jadi seperti darah saat Aoi sengaja melepehkannya sedikit.

"Kau sudah memasuki komplek dimana arwah gentayangan berada," gadis pirang itu menjawab pertanyaan Ai. "Percaya atau tidak, akulah salah satunya,", tambah gadis itu.


"A..... masa sih....", gumam Ai tidak terlalu terkejut. Entah kenapa ia tidak terlalu percaya hantu. Mungkin karena belum melihatnya.

Dilihatnya gadis itu membuang 'darah' dari mulutnya. "Akh.. kau berdarah...", Ai segera memberikan sapu tangannya pada gadis itu.

oot: mau ikuts ah -w-
================

Malam dingin. Angin kencang. Brrrrrr, so cold!! >A< Apa yang kau lakukan, Hibiki, malam-malam begini berjalan-jalan di kota? Memangnya sampai se-desperate itu kau mencari tempat yang tenang untuk membaca?

Hibiki mengusap kedua tangannya, lalu ia hangatkan dengan hembusan nafasnya. Kalau di tempat asalnya, ia pasti takkan berani keluar tengah malam begini. Tapi berada di lingkungan spektakuler macam Alice gakuen ini membuat Hibiki mulai berubah meski tak kentara.

Ia menghitung jumlah bata di jalan setapak, melompatinya kadang-kadang. Setelah bosan, ia menengadah menatap langit. Ah, bulannya hilang... pikir anak itu sedih. Bukunya yang tebal ia peluk erat saat ia menggigil kedinginan.

Di depannya, ia melihat samar-samar kumpulan...orang? Orang hidup? Di tengah malam begini?? Ah, memang, this school never sleeps...-w-

Hibiki menyapa semua orang dengan senyum saat ia berjalan mendekat. "Selamat malam, semuanya. Ah, Nakari-san! Selamat malam!" tambahnya ketika ada seseorang yang ia kenal dalam kumpulan orang itu. Ia mengangkat satu tangan sebagai salam.

Oot : ikut y =)
-------

".. Hh.. Sial.."

Udara malam hari ini sangat dingin. Seorang lelaki, yang bernama
Ryuu,
terlihat berjalan di tengah kota sambil memeluk kedua tangannya.

"Tak kusangka udara malam hari ini sangat dingin.. Seharusnya tadi aku langsung tidur saja.." batin Ryuu, "Dan sekarang aku juga tersesat! Tak kusangka sekolahan ini sangat besar.. Memang seharusnya siswa yang baru pertama kali datang di sini tidak langsung berjalan-jalan sendiri yah.." batinnya.

Lalu Ryuu berjalan, berusaha untuk mencari asramanya. Samar-samar ia melihat beberapa orang di dekat tempat ia berada saat ini.

"Orang? Malam-malam begini?" batinny tak percaya.

Ryuu mendekati bayangan-bayangan itu. Ternyata ada 4 orang. 2 anak kecil dan 2 orang yang tampak sebaya dengannya. Ryuu memutuskan untuk bertanya pada mereka. Ryuu berjalan mendekati keempat orang itu.

"Permisi.. Apa kalian tahu letak asrama?" tanya Ryuu.

Quote :

"Permisi..Apa kalian tahu letak asrama?"

Seorang pemuda berambut gelap muncul di belakang bocah itu. "Selamat malam," sapa Hibiki disertai senyuman. "Asrama apa yang kau tanyakan ya? SMP atau SMA?"

Hibiki mengulurkan tangan untuk berkenalan, "Ah, ngomong-ngomong, namaku Asakura Hibiki. Salam kenal."

"Akh.. kau berdarah..."

Oh crap, gadis ini sama sekali tidak bisa ditipu. Aoi menepis sapu tangan yang diberikan gadis itu. "Ho~ ingi kuma pewmeng*," Ucapnya sambil mengeluarkan sebungkus permen M&M yang dimakannya tadi.

Namun beberapa orang datang. Oh, ternyata banyak yang berkeliaran di tengah malam. Ada yang tidak beres dengan akademi ini. Dengan cepat Aoi menelan permen yang penuh di mulutnya. Masih ada sisa warna merah darahnya sedikit, pewarna permen itu sepertinya melekat di kulit bibirnya.

"Ho, anak baru ya?-- banyak ya yang kesulitan mencari asrama," Ucapnya sembari menyandang jaketnya yang kebesaran-- menatap anak-anak yang baru datang secara bergantian.

---

((OOC: *ini cuma permen ))

"Yang jelas aku hanya ingin tahu ke mana arah asrama."

"jalan keasrama itu..."
Ding~ datang orang lain menanyakan hal yang sama. Haruki diam, sesekali ia tidak cari ribut, lagipula ia sudah mengantuk. Maklum fisik anak kecil. Ia mulai panik saat gadis bernama Aoi itu mengeluarkan darah, dan ternyata cuma permen. Menakut nakuti saja.

Haruki dudul dengan santai diatas tong sampah yang tertutup. Err.. beberapa orang menanyakan jalan ke asrama, akhirnya Haruki buka mulut.

"ehm, ehm... Asrama, tergantung dari divisi mana. Kalau elementary, kearah utara dari sini, SMP ke barat utara, dan... err... kira kira begitu!" jawabnya. Senang sekali bisa bergaya sok polisi, padahal satpam yang bertugas seperti ini.

"Hmm...tidak ada satpam ya?" Hibiki celingak-celinguk. "Yang lebih pasti sih, tanya mereka saja, mereka lebih tahu arah kayak tukang ojek aja..."

Huh, angin semakin dingin. Hibiki tak kuat berlama-lama disini. "Maaf, aku pergi duluan. Kalau ada yang ingin ke asrama SMP, ikut aku saja. Aku menuju kesana kok. Permisi," gumamnya dalam gigilan sambil melangkah pergi.

[OUT]

Hibiki mengulurkan tangan untuk berkenalan, "Ah, ngomong-ngomong namaku Asakura Hibiki. Salam kenal."

Ryuu terlihat agak canggung. Memang ia pernah berkenalan sebelumnya, semua orang pernah. Tapi, baginya hal itu jarang sekali, karena biasanya ia lebih senang menyendiri.

Ia membalas uluran tangan Hibiki dan menyalaminya, "Er... Ryuu. Kiyohara Ryuu. Salam kenal Hibiki-san," ujar Ryuu gugup.

"Asrama apa yang kau tanyakan ya? SMP atau SMA?"

"Ehm.. Aku mencari asrama SMP," ujar Ryuu.

"Kalau elementary, kearah utara dari sini, SMP ke barat utara, dan... err... kira kira begitu!" jawabnya.

Ryuu mengalihkan pandangannya ke arah seorang anak kecil. Laki-laki berambut biru, tetapi rasanya janggal karena anak itu menggunakan rok.

"Di arah barat utara?" tanya Ryuu agak bingung. "Arah mana itu?" tanyanya lagi. Ia benar-benar kehilangan arahnya.

"Maaf, aku pergi duluan. Kalau ada yang ingin ke asrama SMP, ikut aku saja. Aku menuju kesana kok. Permisi," gumamnya dalam gigilan sambil melangkah pergi.


Ryuu langsung menoleh ke arah Hibiki,"Ah.. Ikut saja! Daripada kau tersesat Ryuu!" batinnya pada dirinya sendiri.

"Ah, maaf. Kalau tidak keberatan aku ikut," ujar Ryuu, "Terima kasih.. Er.. Dik? Maaf aku belum tahu namamu, tapi aku pergi dulu!" ujarnya sambil berlari mengejar Hibiki dan menjajarinya.

[OUT with Hibiki]

"Selamat malam, semuanya. Ah, Nakari-san! Selamat malam!", seseorang datang dan menyapa mereka. Ai tidak mengenalnya. Well~ Lebih tepatnya ia belum mengenal siapapun. Jadi Ai hanya mengangguk. Orang itu menyapa lelaki manis yang memakai rok. "Ho~ Jadi namanya Nakari... Aku harus mengingatnya....", pikir Ai.

"Ho~ ingi kuma pewmeng*,"ucap gadis pirang manis itu sambil menepis sapu tangan pemberiannya. Ai kaget karena pemberiannya ditolak. Oh No!

Ai agak kecewa juga, namun cewek pirang manis itu juga mengeluarkan sebungkus permen M&M."Eeee~ Ma..maaf klo begitu. Aku salah sangka..", sahut Ai malu malu.

"Permisi.. Apa kalian tahu letak asrama?"Seseorang datang lagi. Kali ini seorang cowok berambut gelap.

Dan...

Cowok itu berbincang dgn orang yang datang sebelumnya yang namanya Hibiki, yang diketahuinya dari obrolan mereka. Dan cowok berambut gelap itu bernama Kiyohara Ryuu. "Hooo~ Klo yg ini namanya Hibiki ya... Hibiki... Dan yang itu Kiyohara Ryuu.. Harus inget...", pikirnya sambil berusaha mengingat-ingat nama-nama orang yang baru saja diketahuinya. Hheehhe~ Padahal ia tidak terlalu pandai mengingat nama orang... Dan akhirnya Hibiki dan Ryuu pergi menuju asrama SMP.

Ups~
Ai baru ingat kalau ia tersasar disini. Dilihatnya orang-orang yang tersisa disitu. "Ng~ jadi..... ini dimana ya...?", Tanyanya. "Akh maaf sebelumnya, saya Ai, Shinna Ai, Tapi saya benar-benar tak tahu ini dimana..." lanjutnya cemas. "Untung saj saya bertemu kalian...",gumamnya kecil.

Makin lama tempat ini makin ramai saja, seorang anak datang menghampiri mereka. Hm, apa sekolah ini tidak mempunyai peta? Banyak sekali anak yang nyasar. Ren tidak mendengarkan sama sekali apa yang dikatakan mereka, tetapi perhatiannya teralih saat salah satu dari mereka --gadis berambut pirang-- mengeluarkan darah dari mulutnya. Tubuhnya menjadi kaku sesaat, tetapi normal lagi. Darah.

"Ho~ ingi kuma pewmeng" Terdengar anak itu berkata. Hmh, ternyata bukan darah asli, toh.

"ehm, ehm... Asrama, tergantung dari divisi mana. Kalau elementary, kearah utara dari sini, SMP ke barat utara, dan... err... kira kira begitu!" Anak laki-laki aneh menjawab. Masih tidak jelas memang, tetapi lebih baik ia pergi sekarang. Kalau terlalu lama ia di sini.. bisa gawat nanti.

Ren mengayuh sepedanya, meninggalkan kumpulan tersebut dalam diam. Tidak perduli harus berpamitan dulu atau bagaimana.

[OUT]