Waiting for Rainbow

Quote :

"Tidak...hanya ingin merasakan hujan..." Ujarnya sambil merapatkan jas hujannya.

"Ohh.. tidak takut masuk angin? Masih minggu-minggu sekolah kan?" tanya Liz cuek, sok masa bodo dan egepe banget, sambul terus mencermati hasil karya Eyang Hitler.

Quote :

"Baca buku di bawah hujan begini ?" tanya Kazusa kepaad liz.

Liz masih terus membaca bukunya, dan kemudian menanggapinya dengan err.. singkat. "Ya, buat mencairkan otak. Terlalu banyak kehilangan darah, seminggu di klinik,"

Liz berpikir, Hmnn.. masih kecil sudah dingin begini..,

"Alam bukanlah untuk ditakuti. Aku juga bukan kutu buku yang diperbudak oleh nilai, sampai-sampai begitu khawatirnya akan ketinggalan kelas.." Tukasnya dengan ketus, tanpa menyadari bahwa kata-katanya benar-benar menusuk perasaan liz.

"Perban itu..." Ia ingin mengatakan sesuatu, tapi tak jadi.

OOT: Saii~ Liz ituh agak error prasaannyah.. kamu bilang apaan aja, dia ngga ngereken..

---

Quote :

Aku juga bukan kutu buku yang diperbudak oleh nilai, sampai-sampai begitu khawatirnya akan ketinggalan kelas.."

Liz tersenyum singkat sedikit ngga iklas atas ucapan Ijuuin, sambil terus menelusuri paragraf-paragraf retorika tertulis empunya NAZI itu. "Bukan diperbudak, ini demi 'cita-cita' saya saja. Jika ada jalan lain untuk itu, saya tidak akan melakukan hal ini. Selain itu, Hitler-san keren dalam retorika..," jawabnya.

Quote :

"Perban itu..." Ia ingin mengatakan sesuatu, tapi tak jadi.

"Hmnn..," kata Liz. "Ada yang salah sama perban saya?"

"Hitler ? Bukankah dia bangsat tua yang tega-teganya membantai ribuan nyawa ? begitu pun kau bilang dia keren ? Sunguh abnormal..." Ocehnya sambil menatap Liz dengan tatapan jijikyang teramat sangat.


"Perban itu....kena luka apa ?"

Reply post from Yugisaki Ryuu:

Quote :

"...??"

apa dia budek? baru saja aku bertanya..., batinya. ia merasa agak kesal karena dicuekin.
"yah, tidak apa kalau tidak mau jawab, tapi apa kalian tahu jalan keluar dari hutan ini?" tanyanya masih dengan nada yang sopan.

Quote :

"yah, tidak apa kalau tidak mau jawab, tapi apa kalian tahu jalan keluar dari hutan ini?" tanyanya masih dengan nada yang sopan.

"Ke sana, jalan terus..." Jawab kazusa sambil menunjuk tempat asalnya datang tadi.

"Ah, hujan...becek....udaranya segar sekali....." Gumamnya sambil menikmati tiap tetes air yang turun.

Reply Lizzy

Quote :

"Araki-san yakin akan hal itu?" ucap Liz kemudian, dengan ekspresi kembali datar. Sambil membetulkan posisi duduknya, Liz berkata lagi. "Bahkan saya sedikit ragu, apakah orang tua saya tahu bahwa saya sekarang ada di akademi ini,".

"Ya, tentu saja. Aku juga meyakinin hal itu. Jadi, sesungguhnya orangtuamu belum tahu apa-apa tentang keberadaanmu sekarang?"

nekat juga gadis ini, pikirnya dalam hati...

Quote :

"Araki-san, takdir ituu.. Araki-san percaya?"

"Ya....... Tentu sih.... Tak ada yang salah dengan mempercayai takdir kok. Takdir alam itu memang ada, tapi mungkin jangan sampai kita 'diperbudak' olehnya sampai tak ingin berusaha merubah keadaan karena sudah begitu yakinnya bahwa takdir akan merubah segalanya,"

"Huaa~~ini kata-kata yang dilontarkan seorang Araki Nakamura? Jenius! cAku sendiri juga heran..... Mungkin tak heran jika setelah ini orang-orang yang awalnya mencapku sebagai anak yang slebor---walaupun itu benar sih, akan merubah tanggapannya padaku... Nyiahaha....."

Quote :

"Hitler ? Bukankah dia bangsat tua yang tega-teganya membantai ribuan nyawa ? begitu pun kau bilang dia keren ? Sunguh abnormal..." Ocehnya sambil menatap Liz dengan tatapan jijik yang teramat sangat.

Sungguh, sesungguhnya Araki tak tahu banyak dengan seseorang bernama Hitler, kecuali fakta bahwa ia adalah seorang pria berkumis WN Jerman pelopor Nazi yang dianggap banyak orang tak punya hati nurani. Atau menurut Liz, punya retorika--entah apa maksudnya.
Namun ia kaget ketika mendengar seseorang yang mengucapkan kalimat barusan: Kazusa Ijuin, si anak kelas B JHS yang bukan main dingin-dan-blakblakannya *dihajar si empunya*.

"Heh~~Kazu chan.......!! Rasanya sudah lama sekali kita tak bertemu!"

Araki mulai berkata dengan nada yang manis *lebih tepatnya 'sok'* dan seyum menggoda seperti biasa. Namun 'otot' sekita mulutnya mulai berangsur mengendur ketika melihat wajah dingin-cenderung-jijik Kazu.

"Hem--Kazu? Kamu sudah mengenalnya ya? Perkenalkan Nara Lizzy, teman sekelas ku."

"Kalau mau.."

"Err--" Aoi masih mempertimbangkan. Kemudian ia mendongakkan kepalanya menatap langit. Hujan sudah agak mereda. Dan-- tempat yang biasanya sepi ini tambah ramai. Yeah-- lebih baik teduh di tempat yang layak.

"Ano... hujan sudah agak reda-- aku duluan ya," Ucapnya sambil melambai pada pemuda tadi dan berjalan semakin menjauh.

"Douzo.." ujar Ryuu.

Ryuu melihat bahwa hujan mulai reda. Ntahlah ia salah lihat atau tidak, samar-samar ia melihat sebuah lengkungan yang berwarna-warni.

"Itu.. Pelangi?" ujar Ryuu pelan.

"Indah. Kuharap gadis tadi juga dapat melihatnya," batin Ryuu.

Ryuu kembali menaruh Yukisagi di pundaknya, "Ayo pulang Yuki," ujar Ryuu sambil berjalan dengan payungnya. Well masih gerimis sih.

[OUT]

"Ah, reda...." katanya saat melihat hujan mulai rintik-rintik tipis dan udara mulai menghangat.

Quote :

"Hem--Kazu? Kamu sudah mengenalnya ya? Perkenalkan Nara Lizzy, teman sekelas ku."

"Namanya Liz kah ? Terima kasih sudah memberitahuku, kak...." Ucapnya sambil mengedik pelan kepada Araki. Ia mencatat namanya di dalam name list otaknya sebagai 'Cewe aneh berperban' sehingga bisa dipastikan, 2-3 hari lagi ia pasti sudah lupa nama cewek itu.

"Aku...pergi dulu...sayonara..." Kazusa berlalu pergi.

[OUT]

Quote :

"Ke sana, jalan terus..." Jawab kazusa sambil menunjuk tempat asalnya datang tadi.

"ah, makasih ya," kata Kiri, berjalan menuju arah yang ditunjukan oleh cewek tadi.

'tes! tes!' titik-titik air hujan jatuh ke kepala Kiri, wah, sudah reda, batinnya.
matahari juga sudah mulai muncul pikirnya sambil menudungi matanya dengan tangan.

samar-samar, ia melihat sesuatu, yang tidak pernah ia lihat sebelumnya.
apa itu?
apa itu yang namanya pelangi? indahnya... (OOT: maklum, anak direktur g prnah kluar rumah )

terkagum-kagum, Kiri melupakan air hujan yang terus menetes dan terus memandangi pelangi yang baru muncul itu.
"Hatchiii!!" waduh.... bisa-bisa flu, nih, batinnya, lalu berlari sekencang-kencangnya menuju asrama


[OUT]

-------------------------------------------------------------

OOT: mana pelanginya??? bikin dong, woi!!!

"Ah--sudah mau pergi, Kazu? Sayang sekali....."

Araki menjawab dengan nada 'sarkastik' *ngasal. Namun ia pun tak bisa berbuat apa-apa. Sebaliknya, ia segera mendongakkan kepalanya. Melihat awan hitam yang mulai memudar dan digantikan dengan,

"Ahh--pelangi...."

Ia hanya menjawab dengan lirih. Selanjutnya melihat keadaan sekitar yang semakin sepi. Melihat itu ia kembali bosan. Lalu mendadak teringat akan sesuatu yang belum dikerjakannya. Entah itu sebuah janji, atau hanya peer yang belum dikerjakan

Lalu sejenak ia menatap Lizzy.

"Hey, hujan sudah reda. Apa kau mau pergi dari sini juga?"

Tanpa menunggu jawaban gadis itu, Araki langsung melangkahkan kaki dengan ringan diatas rerumputan yang basah, meninggalkan tempat itu.

**ceprot!

"Arrghh!! Sial!! Beceeek anjriiiiiiii*!!!!"

Suara lengkingan mengumpat itu terdengar memelan, semakin menjauh.

[OUT]

Kazahaya, yang kembali tersesat akhirnya menemukan pencahayaan setelah sang awal memudar dari langit dan menampakkan kilauan pelangi.

Ia bertemu dengan cahaya lain di sudut lain, itukah jalan keluar baginya dari hutan yang aneh, "Baiklah jadi akan ke mana jalan ini menuntunku?" ucapnya hanya mencoba-coba.


Kemudian keluar dari hutan...

OUT

Liz sudah amat lama termenung, tak menanggapi perkataan teman-temanorang-orang yang sejak tadi memanggilnya. Entah itu ucapan Kazusa yang mengecap Hitler itu sebagai tua bangsat pembantai ribuan nyawa tak berdosa, Araki yang mengenalkannya pada Kazusa, dan orang-orang lain yang ada di sana.

"Uhuk~!" Liz batuk-batuk. Ohh.. udara dingin memang tak bagus buat kesehatan.

Sial~! Jas hujan ketinggalan di kamar.., batin Liz dalam hati sambil menutup mulutnya yang terbatuk-batuk.

Dilihatnya punggung Araki, pemuda itu telah pergi, kelamaan menunggu tanggapannya. Kazusa Ijuuin, anak SMP sok tahu itu juga sudah berlalu.

Saatnya pergi.., kata Liz dalam hati, lalu dia mulai melangkah sambil menggenggam bukunya.

.

.

.

.

Beberapa menit kemudian..

AAAGHHH~!!! Tugaskuuu... Bahasa Inggrisss...!!!, jeritnya dalam hati, lalu mempercepat langkahnya menuju asrama.

"Araki-sannn~~ Tunggu!!! Tugas Bahasa Inggrismu.. sudah selesai bgeluummm... Hiyyaaa~!!!" teriaknya pada Araki, yang sudah jauh meninggalkannya..<<entah Araki dengar atau tidak..

[OUT]