Hidden Place

Quote :

"Pernahkah kau berpikir jika apa yang kulakukan ini tulus?"

"Aku tahu kakak tulus.... Tapi aku senang merasakan dinginnya hujan. Lagipula, bajuku cukup tebal. Kakak tidak usah bersikap sok kasihan deh...!" Balasnya, terang-terangan.

Ia bukannya ingin menghina atau berprasangka buruk tentang Hayashi, tapi perasaannya bilang tak baik punya hutang budi kepada orang lain. Suatu saat nanti, apabila ia tidak bisa membayarnya, ia pasti akan merasa sangat, sangat menyesal.

Quote :

"Aku tahu kakak tulus.... Tapi aku senang merasakan dinginnya hujan. Lagipula, bajuku cukup tebal. Kakak tidak usah bersikap sok kasihan deh...!" Balasnya, terang-terangan.

Sok kasihan?
Apa aku tidak salah dengar?
Entah kenapa anak ini punya mulut yang berbisa...

"Terserahlah..." jawab Hayashi sambil mengenakan kembali jas SMA nya. Ia melepas kacamatanya yang berembun, membersihkannya lalu memakainya kembali.

Tapi...
Sesaat setelah aku memasuki pikirannya tadi, dia...
Bukan orang yang seperti ini.

"Sebenarnya..." Hayashi melanjutkan "Ini bukan karakter dirimu, kan?"

Quote :

"Sebenarnya..." Hayashi melanjutkan "Ini bukan karakter dirimu, kan?"

"Hah ? Bisa diperjelas ?" Tanya Kazusa bingung. Atau malah lebih tepatnya, pura-pura bingung.

Apa yang ia bingungkan sekarang bukanlah pertanyaan Hayashi, melainkan bagaimana ia bisa begitu sok tahu akan pribadinya sendiri.

"Demi Tuhan...dia bahkan bukan siapa-siapaku !" Batinnya.

Quote :

"Hah ? Bisa diperjelas ?" Tanya Kazusa bingung. Atau malah lebih tepatnya, pura-pura bingung.

"Jangan pura-pura..."

Quote :

"Demi Tuhan...dia bahkan bukan siapa-siapaku !" Batinnya.

"Memang benar aku bukan siapa-siapa bagimu. Kenal juga barusan..." jawabnya pada pertanyaan batin Kazusa.

"Maaf jika aku terlalu mencampuri urusanmu, tapi..." kata-katanya terputus.

"Apa kau tidak lelah selalu memakai topeng untuk menutupi hatimu itu?"

Quote :

"Memang benar aku bukan siapa-siapa bagimu. Kenal juga barusan..."

Quote :

"Apa kau tidak lelah selalu memakai topeng untuk menutupi hatimu itu?"

Deg !

Orang ini....sepertinya tahu apa yang dia pikirkan. Apakah dia membaca pikirannya ?

"Tidak ! Apa yang perlu ditutupi ? Tidak ada ! Memangnya kau pikir aku ini orang yang bagaimana ? Ini lah aku...bahagia dalam ketenangan !" Bantahnya sekuat tenaga.

Quote :

"Tidak ! Apa yang perlu ditutupi ? Tidak ada ! Memangnya kau pikir aku ini orang yang bagaimana ? Ini lah aku...bahagia dalam ketenangan !" Bantahnya sekuat tenaga.

"Bahagia? Bahagia dalam mengekang diri maksudmu?"

Ya. Hayashi membaca pikiran Kazusa.

Ia tak berkomentar lagi. Ingat ia membawa sesuatu, ia mencari barang yang ia bawa di sakunya. Dua buah permen lolipop.

"Mau? Kupikir kau suka rasa coklat." tawar Hayashi sementara miliknya rasa jeruk.

Quote :

"Bahagia? Bahagia dalam mengekang diri maksudmu?"

Kazusa tidak menjawab. Ia tenggelam dalam pikirannya sendiri.

Quote :

"Mau? Kupikir kau suka rasa coklat."

"Sepertinya tidak ada racunnya....aku mau yang jeruk...." Jawabnya sambil menoleh kepada Hayashi dan lolipopnya. Orang ini begitu tenang, begitu baik, tapi juga nampak begitu mengkhawatirkan. Segala gerak-geriknya bisa berarti sesuatu yang telah diperhitungkan sebelumnya...

"Kalau boleh tanya, apakah kakak tadi membaca pikiranku ?" Tanyanya lagi.

Quote :

"Sepertinya tidak ada racunnya....aku mau yang jeruk...." Jawabnya sambil menoleh kepada Hayashi dan lolipopnya. Orang ini begitu tenang, begitu baik, tapi juga nampak begitu mengkhawatirkan. Segala gerak-geriknya bisa berarti sesuatu yang telah diperhitungkan sebelumnya...

"Ya sudah, nih..." Ucap Hayashi sambil memberikan lolipop yang rasa jeruk.

Quote :

"Kalau boleh tanya, apakah kakak tadi membaca pikiranku ?" Tanyanya lagi.

"Uhm, yeah..." ucapnya dengan mulut berlolipop.

"Cuma sebentar, kok... Kenapa?"

Quote :

"Cuma sebentar, kok... Kenapa?"

"Lancang sekali...kenapa membacanya ?" Jawabnya sambil menerima lolipop jeruk Hayashi. Perasaannya sudah agak baikan sekarang setelah masalah 'kepribadiannya' tidak disinggung lagi.

"Apakah kakak sengaja atau...alice kakak bekerja dengan sendirinya ?" Tergantung alasannya, ia bisa saja marah kepada pemuda ini. Ada begitu banyak hal dalam dirinya yang tak ingin diketahui orang lain. Itu terlalu personal.

Quote :

"Apakah kakak sengaja atau...alice kakak bekerja dengan sendirinya ?" Tergantung alasannya, ia bisa saja marah kepada pemuda ini. Ada begitu banyak hal dalam dirinya yang tak ingin diketahui orang lain. Itu terlalu personal.

Tahu apa yang dipikirkan Kazusa, ia menjawab.

"Bekerja sendiri, kok..." lanjutnya "Lagipula, rasa-rasanya, kau terlalu tertutup, sih... Padahal dirimu yang kau tutupi itu justru yang menarik bagiku." tukasnya blak-blakan. Entah sengaja atau tidak.

"Begitu....syukurlah..." Ucapnya sambil bangkit berdiri dan membersihkan roknya yang kotor kena dedaunan kering. Hujan sudah berhenti dan cahaya matahari menerobos masuk, menghangatkan setiap yang diterpanya.

"Ah, pelangi...." Kazusa memandang ke atas. Cantik sekali. Bersamaan dengan itu, ia berjalan menjauhi Hayashi sambil menenteng tas sekolahnya.

"Padahal dirimu yang kau tutupi itu justru yang menarik bagiku."

Kata-kata Hayashi terus terngiang di telinganya. Menarik, katanya ? Yang benar saja....

"Terima kasih...untuk semuanya..!" Kazusa menoleh kepada Hayashi untuk yang terakhir kalinya. Sosoknya yang berlari kencang hilang ditelan jarak kini. Diam-diam, ia berharap bisa bertemu Hayashi lagi.

[OUT]

______________________________
Reading doujin

Quote :

"Terima kasih...untuk semuanya..!" Kazusa menoleh kepada Hayashi untuk yang terakhir kalinya.

"Kau bilang apa?" ujar Hayashi sedikit keras berhubung suara hembusan angin yang cukup besar seperti menyapu semua suara yang ada.

"Sampai jumpa lagi, Kazusa!" Teriak Hayashi sembari melambaikan tangannya. Ia bangkit, berniat pergi ke suatu tempat. Ia tersenyum perlahan.

"Sama-sama, Kazusa..."

[OUT]

***
Transfer Doujin...