Midorikawa's. Take off your shoes before enter, please.

Kesan pertamanya terhadap sekolah barunya: Luas. Bukan berarti sekolahnya yang dulu tidak luas. Sekolahnya yang dulu juga merupakan kompleks dari TK sampai SMA, wajar kalau luas. Tapi tidak mencakup asrama dan hutan seperti Alice Academy ini. Bicara tentang asrama... Midori masih tidak rela dirinya harus tinggal di asrama selama pendidikannya. Terlebih lagi, dia tidak diperbolehkan pulang? Tak pulang sampai dia lulus, maksudnya? Yang-be-nar-sa-ja! Otoo-sama benar-benar tega melemparnya ke sini. Padahal selama ini kan Midori sudah jadi anak yang baik, penurut, juga berprestasi. Rasanya ingin menangis kalau mendapati ayahmu sendiri berniat membuangmu ke asrama —oke, cukup. Dia sudah banyak menangis kemarin-kemarin. Jangan mulai lagi. 'Tegakkan kepalamu, Midori. Hadapi hidup. Jangan cengeng.'

Midori menahan napasnya sebelum membuka pintu kamar. 'Kamar asrama, ingat! Ini kamar asrama, Midori! Jangan berharap ada perabotan mewah, lemari pakaian luas, atau tempat tidur King Size,' Midori mengulang-ulang kata-kata itu berkali-kali, berusaha membuat dirinya tidak terlalu kaget nantinya saat melihat isi kamarnya. Terutama, dia diberitahu kalau saat ini dia baru di peringkat Single Star. Dan fasilitas yang diterimanya berdasarkan jumlah bintang. Midori mencatat dalam agendanya untuk menaikkan peringkatnya sesegera mungkin.

Meringis pelan, Midori akhirnya membuka pintu kamarnya. Kan? Tepat seperti yang dia kira. Ukuran tidak begitu luas (kalau dibandingkan dengan kamarnya di rumah), hanya ada tempat tidur ukuran single, lemari pakaian yang dia yakin tak akan cukup menampung semua pakaiannya (dua koper besar diantara barang bawaannya hanya berisi baju) meja belajar dan beberapa furnitur sederhana. 'Moo~ Aku harus tinggal sampai lulus di tempat seperti ini,' keluhnya sebal. 'Erh. Berani bertaruh debunya sudah sangat tebal,' tambahnya lagi, mendelik melirik lapisan debu di beberapa tempat. Sekedar informasi, mata Midori sangat jeli melihat apapun yang kotor. Sambil mengerang, Midori menyeret salah satu travel bag-nya masuk, dan membukanya. Isinya peralatan kebersihan. 'Waktunya untuk bekerja,' pikirnya muram. Sudah bisa dipastikan, dia akan menghabiskan waktu seharian membersihkan tempat ini serta membereskan barang-barangnya. Midori tidak suka kamarnya dikotori debu bahkan sebutir. Dia bahkan menyiapkan sebotol alkohol untuk membersihkan bagian dalam lemarinya.