One Trouble. One Feeling. Two guys in the street.

"Udah, buruan! Ngapain kita ngabisin waktu buat dengerin ceramah kepsek!"

Dengan kasar Shiho menarik lengan seorang lelaki untuk dibawa ke event hall. Shiho telah kembali, dengan rambut merah tua dan kacamata frame hijaunya, tidak ada yang berubah selain tinggi badan dan mungkin.. Sifat. Berusaha untuk menarik satu pria untuk meninggalkan event hall dan sekarang, 9 Malam saat pembukaan berlangsung, mereka sampai di Central Town yang penuh gemerlap.

Saatnya menarik nafas setelah berhenti di tengah jalan. Shiho berpikir kalau di tempat begini, Keigo si homeroom technical tidak akan mengganggu cewek lewat. Nggak ada alasan kedua! (Kayaknya)


[OOC: Time 17 April 9 PM. Saat pembukaan]

"Shi-Shiho, jangan begitu dong. Ceramahnya kepala sekolah juga penting kan? Lagian ini kan awal tahun, dan—Disana juga banyak cewek cantik." Keigo diam, mengambil kesempatan untuk menelan ludah—Mengurungkan niat untuk mengatakan kata-kata itu. Ampun deh Shiho, padahal Keigo sedang asik menebarkan pesonanya kepada freshman yang cantik-cantik. "Kau kejam, Shiho—Sekejam musang yang licik." ucap Keigo, memasang tampang memelas.

"Lagian kenapa bawa aku ke tempat seperti ini? Bagaimana nanti jika ada gaki, oni, atau ada geng motor kebut-kebutan lewat dan menabrak kita?" Keigo asal ngomong, sebenarnya Keigo ingin sekali kembali ke upacara pembukaan dan melanjutkan memperkenalkan diri kepada seorang murid yang cantik dengan rambut hitam legat. "Kau harusnya menjadi perempuan yang baik, Shiho. Seperti perempuan yang tadi~"

Apa Keigo sadar bahwa sebenarnya hubungan antara Shiho dan dia sudah melangkah satu langkah?

"Kau kejam, Shiho—Sekejam musang yang licik." ucap Keigo, memasang tampang memelas.

Dengan wajah datar saja, begitulah cara Shiho menanggapi cowok (yang kini sering menjadi sasaran tindas) berambut pendek tersebut. Apapun celoteh yang diucapkan Keigo, untuk gadis usia manis tampang bengal begini tetap tidak mengubah ekspresinya.

"Kau harusnya menjadi perempuan yang baik, Shiho. Seperti perempuan yang tadi~"

TING

Berserk Button telah ditekan dengan sukses. Mungkin Shiho yang bodoh tidak mengeri mengapa dia harus marah kalau mendengar kata 'perempuan yang tadi' dan 'perempuan yang baik'. Kalau cewek-cewek di sekitar biasanya membawa bedak dan perabot 'lemah' lainnya, Shiho justru memilih membawa petasan atau permen karet. Yang begitu itu, yang paling membuat Shiho kesal.

Tangan kanan dan kirinya dikebelakangkan agar Keigo tidak bisa melihat apa yang sedang dilakukannya--menyalakan geretan dan petasannya. Saat apinya sudah sampai di sumbu, barulah keluar percikan api. Yang ia nyalakan barusan adalah kembang api kecil yang bisa dipegang dengan satu tangan saja. Khusus di term awal, beri yang kecil saja.

"Ya bosan saja. Lagipula kau sudah lulus, susah ketemunya," jawab Shiho sambil memutar kembang api kecil tersebut. Alias salah tingkah.

"Ya bosan saja. Lagipula kau sudah lulus, susah ketemunya,"

Iya dong ketemunya jadi susah, Keigo kan sempat minggat dari akademi untuk beberapa saat dan tidak mendengar ocehan cerewet Shiho untuk sementara. "Hahaha, orang mana saja yang pernah bertemu denganku pasti akan ingin melihat wajahku yang menawan ini lagi. Melihatku sekali saja memang tidak cukup, ya? Hohoho." Ucap Keigo bangga, parah deh—narsisnya kumat. Sebenarnya tadi Keigo ingin bilang 'Oh, bagus dong' tetapi akhirnya Keigo mengetahui arti ucapan Shiho—Walau salah menjabarkannya.

"Hei hei, Shiho. Kamu merindukanku, ya?" Iseng Keigo, mengatakan hal bodoh seperti itu karena terlanjur percaya diri. Oke, Keigo memang tidak membaca situasi dan tidak sadar bahwa ucapannya berefek—Jadi apa? Inilah Keigo. Percaya diri, Menawan, Keren, dan Anggun.

"Hahaha, orang mana saja yang pernah bertemu denganku pasti akan ingin melihat wajahku yang menawan ini lagi. Melihatku sekali saja memang tidak cukup, ya? Hohoho."

Shiho cuma tersenyum simpul. "Waktu SMP, aku lebih populer di kalangan cewek, sayang sekali aku tumbuh sebagai cewek," jawabnya. Namun suaranya mengecil saat Keigo mengatakan kalimat kedua.

"Hei hei, Shiho. Kamu merindukanku, ya?"

Dengan santai,Shiho melempar kembang api yang masih menyala itu ke kepala Keigo. Layaknya anak kecil saja. Memang nggak tambah dewasa.

"Biar kau percaya diri, menawan, keren, anggun--" stop, Shiho sebenarnya keberatan untuk mengatakan itu. "Ack, lewat deh. Ralat, kalau aku cowok, aku juga bisa lebih keren dari kau."

Kembang Api dilemparkan Shiho ke kepala Keigo, untung saja tidak mengenai kepalanya--nanti fans-nya bisa kabur karena luka bakar. Keigo tapi tidak jadi marah karena Shiho memujinya. "Nah, sadar juga ya kalau aku keren." Ucapnya, lagi-lagi dengan bangga.

"Ack, lewat deh. Ralat, kalau aku cowok, aku juga bisa lebih keren dari kau."

"Oh, benarkah? Aku punya kulit mulus dan putih, rambut yang tidak biasa, mata berwarna biru dan keindahan yang menawan di setiap tubuhku. Dan jangan salah, dulu di sekolahku sebelum di AS, banyak perempuan yang suka padaku." Bertambah, kepedeannya bertambah.

"--Tetapi Shiho, kamu kan perempuan, Bukan laki-laki. Aku tahu itu sifat aslimu, tetapi bisakah bersikap sedikit manis? Oh ya, aku lupa--bukankah saat hari kelulusanku kamu pernah menembakku?" Semua ucapannya dikatakan dengan polos dan percaya diri--matang-matang.

Tambah pede nih anak. Benarnya sih, karena dulu cowok-cowok masih 'sejenis' dengan Shiho, maka Shiho cukup menonjol. Namun setelah umur bertambah, laki-laki dan perempuan makin mudah dibedakan. Termasuk Shiho. Ia juga semakin tinggi dan tubuhnya tidak lagi seperti anak kecil.

Statusmu bukan cewek ganteng lagi, Shiho. Bukan 'laki-laki di barisan perempuan' lagi. Oh iya. Justru dulu Shiho malah ingin menjadi perempuan, bukan menyombongkan sifat laki-lakinya. Shiho kan perempuan, Bukan laki-laki. Ia tahu itu sifat asli Shiho, tetapi bisakah Shiho bersikap sedikit manis?

Dan jangan lupa peristiwa memalukan di hari kelulusan.

Sial, cowok ini benar-benar sulit dikalahkan. Itu sisi menariknya. Membuat Shiho justru percaya diri untuk terus menjadi cewek yang lebih keren dari cowok. Selama ini Shiho memang salah jalan. Kalau mengingat yang waktu itu, ia kembali sadar diri. Tapi yang waktu itu... kata 'suka', kata yang super lemah, kenapa Shiho bisa mengucapkannya..memalukan. Lalu, empat tahun ini Shiho juga sisir rambut. Dulu sih ia tak peduli.

Mulai mengaku kalah-- pria itu memang memberi perubahan. Shiho naik keatas tiang lampu dan berputar satu kali dengan berpegangan pada tiang (tapi nggak senorak film india)

"Maaf. Dari kecil aku belum pernah dianggap sebagai perempuan oleh kawan-kawan lama, termasuk anak-anak akademi." ucap Shiho yang masih ada di sebelah lampu, sekarang ia bersandar.

"Tapi kau tidak sih. Begitulah. Aku nggak biasa ngucapin kalimat suka-suka gitu sih. Gitu deh."

Shiho menjulurkan lidahnya dan tersenyum.

"Berarti, kata suka itu spesial untukku kan?"

Keigo merasa tambah bangga dan merasa menang untuk perdebatan kali ini. Akhirnya anak itu mengaku kalah (yang ditunjukannya dalam perbuatan, tentunya). "Dan oke, aku juga--suka kamu. Jadi, berarti--" Keigo sekarang malu, wajahnya memerah. Keigo membalikkan wajahnya dari Shiho. Oh tidak, kemana sifat percaya diri Keigo yang tiada tara?

"Berarti, kata suka itu spesial untukku kan?"

"Tu--tunggu dulu!"

Shiho butuh waktu untuk mencari jawabannya. Karena tidak terbiasa dengan yang seperti itu.Menyesal sudah ia mengatakan hal-hal seperti suka dan cinta itu adalah hal hal lemah yang membuat cewek menjadi 'lebay'. Ia harus sadar sekarang ia sudah terjerumus, tapi.. telat, lah. Ia tidak memalingkan wajah, tapi tidak melirik Keigo. Keigo, bukan Keigo-sensei atau Keigo senpai. Ia guru, sekarang.

Gigi Shiho beradu karena panik, takut kalah atau takut malah membuat hubungan mereka mundur dua langkah.

"Dan oke, aku juga--suka kamu. Jadi, berarti--"

Eit, Shiho melihat satu hal langka. Wajah memerah dari sang Homeroom Teacher! Shiho menaikkan sebelah alisnya walaupun pipinya masih sedikit merah. Ia nyengir kecil dan menarik lengan baju Keigo. Pelan sih, nggak kasar seperti biasanya.

"Heheheh, aku belum pernah lihat wajah memerah Keigo saat bersama cewek, lho!" ucapnya nyengir iseng (dan sebenarnya seperti ingin mendekat tapi malah seperti menarik narik lengan baju Keigo saja)

"Yaah, begitulah." Itu yang hanya bisa Keigo jawab kali ini. Sial, anak itu sukses membuat Keigo merona. Shiho itu walaupun tidak secantik orang yang tadi, tetapi dia mempunyai ketertarikan sendiri--yang belum diketahui oleh Keigo apakah itu, tapi diyakini Keigo. Oke, satu sama untuk sekarang. Tetapi Keigo juga tidak terima dikalahkan, apalagi dikalahkan oleh omongannya sendiri. Kalau dipikir, Keigo juga cukup bodoh karena asal celoteh. Pintar deh Keigo, padahal usianya sudah kepala dua.

"Dan kamu juga belum menjawab pertanyaanku tentang kata spesial itu--" Sudah hilang rasa malu Keigo, ini saatnya penyerangan balik.

Ayo... Shiho menang? Shiho menang? Senangnya bisa membuat orang lain tunduk..walaupun kali ini bukan 'tunduk' biasa.

"Dan kamu juga belum menjawab pertanyaanku tentang kata spesial itu--"

Ah, kena! Shiho sendiri belum tahu mau menjawab bagaimana dan sudah ditanya dulu. Kalau jawab 'iya' secara langsung, harga dirinya bisa hancur. Shiho menghela nafasnya. Ia terjebak.

"Yep. Kalau aku bilang iya bagaimana?" tanya gadis itu. Biar ia bermaksud galak, wajahnya memerah juga


*PM giggle*

"Ah. Berarti bisakah kita pacaran?" Keigo tersenyum-senang dengan bangga ketika Shiho membalas respon Keigo dengan jawaban yang sudah diinginkan Keigo. Dan bodohnya Keigo, dia tidak memperhatikan apakah jawaban itu sebuah kata Ya yang sungguh-sungguh atau tidak.

Yah, jika gadis itu membalas lagi. Keigo kelihatannya tidak bisa membalas.

Wew..tembak balik. Kilas balik saat kelulusan Keigo terus diputar di benaknya. Ah, malu-maluin. jadi lemah begini, yah.

Shiho tertawa kecil dan memperlihatkan wajah nyengir usil khasnya--seraya mengambil sebuah kembang api berbentuk stik biasa. Shiho menengadah dan dengan tangan kanannya yang memegang stik tersebut, seperti menunjuk langit yang gelap.

"Udah ah"

Ternyata bukan stik biasa, ding. Saat apinya sampai di sumbu, stik itu mengeluarkan tembakan kembang api (cysanthrum yg biasa untuk tahun baru)--

DHUAR

Meledak setelah lepas di langit. Shiho saat ini memang lebay--yah entah kenapa naluri ledakannya muncul. Kangen Tsugaru juga. Ledakan di hari pertama tahun pelajaran. Kakkoi, ne.. Semua mata tertuju pada langit petasan di langit.

"Nggak bisa pakai kata-kata lagi."

"seru kan kalau guru sok keren jadian sama cewek special ability."

Shiho menarik tangan Keigo sambil nyengir lebar. Cuma mau lebih dekat, itu saja. Lalu apa maksud ledakan barusan?

Cuma cara melepas emosi ala si kembar rambut merah yang kakak.

"seru kan kalau guru sok keren jadian sama cewek special ability."

Jarang Keigo tersipu malu didepan perempuan--apalagi didepan seorang cewek yang tomboynya super. "Jadi, itu Iya kan?" Keigo mengangkat kepalanya. Khusus untuk melihat wajah Shiho--dan, oh tidak. Kemakan mulut sendiri, ini resikonya jadi orang cakep yang over Percaya diri. Keigo tidak perlu Yamato Nadeshiko, Model, Miss Japan, Miss Universe, atau yang lainnya yang berhubungan. Shiho sudah cukup--mungkin.

"Tuan Putri, sekarang kita mau kemana lagi?" Keigo menarik balik tangan perempuan itu, hanya senyuman malu-malu kucing yang terlihat di wajah tampang Keigo.

[THE END]