Alone [closed,only Yuki and Reiyu]

Setting : jam 11 malam,tanggal 19 April dalam RP
============================================================================================



"Gak..ini gak mungkin.." Yuki masih meneteskan airmatanya,dengan perlahan,otaknya mencermati perkataan orang yang di telepon
genggamnya itu.

"Dia sudah tiada,Yuki"...

...


Sampai akhirnya,ia menjatuhkan diri ke rumput,menutup matanya..

OOT: Join yah! Oen for all kan? Dikasih keterangan tanggal dan settingnya dong?

"Ngapain lagi sih aku kesini?" batin Reiyu bingung sendiri kenapa dia berjalan kembali ke Woods lagi. Mungkin karena ia sedang ingin sendiri? Kalo di asrama bisa aja menyendiri sih..tapi kayaknya entah kenapa memang lebih enak ke Woods kalo mau menyendiri ya...

Reiyu pun naik ke atas pohon dengan cepat, berdiri di salah satu dahan pohon besar dan melihat pemandangan malam (malam kan? ga da settingnya jadi bingung) hari itu, terdiam sesaat sebelum akhirnya mendongak ke atas, melihat butiran bintang malam hari yang indah namun misterius itu. (gile gw kayak ngepuisi aja)

Reiyu pun kemudian sekali lagi mengambil harmonika tuanya yang biasa ia simpan di sakunya, kemudian dia memastikan sekitarnya kira2 ada orang atau tidak, dia tidak ingin kejadian di RS tadi terulang. Permainan harmonikanya terdengar oleh orang lain. Bisa gawat kalo hal seperti itu berlanjut terus. Itu akan membuat marah 'orang itu' yang nantinya pasti akan main melukai adik kandungnya sendiri.

Perlahan-lahan, dia pun mulai menggerakkan jari2nya, melantunkan melodi lembut dari harmonika tua yang masih bisa dimainkan itu.

OOT : eh,gue masih dibawah tuh! nangis!!

===================================================================

Lagi-lagi,ketenangannya diusik kembali dengan kehadiran seseorang. Orang itu memainkan harmonika,nadanya mirip dengan nada yang dimainkan Reiyu,Yuki pun akhirnya melongo sendiri dan bergumam,

"Reiyu,kah?"

Tak disangka,airmatanya menetes lagi,ia benar-benar tak percaya bahwa orang yang paling dia sayangi itu sudah tiada. Harus bersama siapa lagi Yuki sekarang? Hidup dengan siapa?

"Lebih baik aku mati.." Gumamnya yang kemudian mengambil pisau dari saku bajunya,dan menyayat dirinya sendiri.


"Sorry.."

OOT: Gw tau, tapi Reiyu ga nyadar, Gila! Yang bener lu! Ga akan!

Sesaat kemudian , Reiyu pun selesai memainkan harmonikanya, dia pun terdiam sebentar setelah lalu turun dengan maksud untuk kembali ke asrama saja, mungkin besok dia akan bolos pelajaran saja....lagipula para guru2 itu tidak akan peduli kalau siswa Dangerous sepertinya datang atau tidak kan?

Baru saja jalan tidak jauh dari pohon itu (setelah melompat turun tentunya), Reiyu melihat gadis bernama Riuren Yuki yang tadi Reiyu gendong ke RS karena sempat pingsan..

"Ternyata dia tadi pergi kesini toh? Apa yang dilakukannya disini?" batinnya heran.

Tapi lalu setelah diamati baik2...dia..dia...EBUJUD! Dia mau bunuh diri ya?! Terlihat dia mengeluarkan sebuah pisau dan sebelum terlambat, Reiyu langsung berlari dengan cepat ke arah gadis itu yang lalu secepat mungkin, satu tangannya memegang erat tangan gadis itu dan tangan satunya menahan (baca: bermaksud mengambil) pisau yang ada di tangan Yuki, tidak peduli darah saat itu menetes dari tangannya karena menahan pisau di mata pisaunya langsung. Yah..saat kayak gitu mana sempet mikir megang gagangnya dulu...

"Dasar Buodoh! Apa yang kaulakukan?! Benar2 bodoh!" ujar Reiyu marah2 dia pun kemudian mengambil pisau Yuki dan menjauhkannya dari Yuki agar Yuki tidak bermaksud untuk mengambil pisau itu lagi.

"Aduh.." Reiyu melepas sarung tangan hitam limiter itemnya (dengan cara menggigitnya di mulut karena tangan satunya sibuk menahan darah yang mengalir) untuk melihat luka di tangan kanannya yang lumayan besar dilihat dari darah yang menetes terus-menerus itu.

OOT: Yah..jadi luka deh, gpp deh=))

OOC : Reiyuuuuuuuuuuuu!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
________________________________________________________________________________

Sial,sial,SIAL!! Setidaknya,itulah yang dipikirkan oleh Yuki. Mengapa harus ada orang yang mencegahnya?! Toh,kalo Yuki mati pun,gak akan yang peduli dengan dia!

"Dasar Buodoh! Apa yang kaulakukan?! Benar2 bodoh!" ujar Reiyu marah2 dia pun kemudian mengambil pisau Yuki dan menjauhkannya dari Yuki agar Yuki tidak bermaksud untuk mengambil pisau itu lagi.

"Le-lepas! Lepaskan aku!! Biarkan aku mati!!" Yuki meronta.

"Aduh.." Reiyu melepas sarung tangan hitam limiter itemnya

"Kamu terluka!!!! Sini! Aku obati! Tapi lepaskan aku!!!" Ia meronta lagi.

Yuki tak habis pikir,kenapa Reiyu mencegahnya untuk bunuh diri? Padahal,kalo Yuki mati,gak ada hubungannya dengan cowok itu kan?

Kenapa?

Apa Reiyu suka dengan Yuki?

OOT: Apaan manggil2?

"Le-lepas! Lepaskan aku!! Biarkan aku mati!!" Yuki meronta.

"He-hei! Jangan meronta seperti itu!" ujar Reiyu panik dan akhirnya gara2 gadis yang meronta-ronta itu, pisau yang tadi masih dipegangnya jadi..

JLEB!

Pisau itu akhirnya menancap (ya menancap) di pergelangan bahu Reiyu dengan suksesnya..

"Uh!" dugaan Reiyu benar, makanya tadi dia bilang agar gadis itu jangan meronta. Sekarang apa akibatnya? Tangan dan bahu yang terluka meneteskan darah.

"Kamu terluka!!!! Sini! Aku obati! Tapi lepaskan aku!!!" Ia meronta lagi.

Reiyu terpaksa melepaskan gadis itu, bukan karena maksud gadis itu juga tapi karena dia sendiri sekarang juga tidak mampu untuk melakukan apa2, tangan kanan berdarah, bahu kanannya juga abis kena pisau lagi. Dengan tangan kirinya yang tidak apa2 dia pun kemudian mencabut pisau yang menancap itu. (yeah, mencabut!)

"Ugh..." Reiyu pun berhasil mencabut pisau itu, namun akibatnya darah semakin banyak menetes dari tangan kanannya sekarang. Dia pun berusaha menghentikan pendarahan itu dengan merobek salah satu lengan bajunya dan mengikatkan kain itu di bahunya dengan tangan kiri dan giginya. (tangan kanannya lumpuh sih)

"Kau ini..kenapa...melakukan perbuatan bodoh seperti tadi itu sih..sial.." ujar Reiyu agak ngosh2an sedikit, entah karena lelah atau karena kekuarangan darah?

Dari tadi ssepertinya Reiyu terus berusaha menyelamatkan gadis itu, padahal dia termasuk tipe orang yang paling tidak peduli dengan hal seperti itu. Ada apa gerangan?

"Kau ini..kenapa...melakukan perbuatan bodoh seperti tadi itu sih..sial.."

"Maafkan aku.." Tiba2 dia menangis.

Lagi.

"Aku kehilangan "dia" " ucapnya kembali.

"Biarkan aku mati..."

"Maafkan aku.." Tiba2 dia menangis.

"Kenapa kamu malah nangis sih?" ujar Reiyu makin bingung dengan sikap gadis itu. Sementara dia sendiri juga mulai pusing dengan keadaannya yang kekuarangan darah cukup banyak itu.

"Aku kehilangan "dia" " ucapnya kembali.

"Biarkan aku mati..."

"Kehilangan orang yang kau sayang maksudmu?" ucap Reiyu terkejut, lalu tidak lama kemudian...

PLAK!

Apa yang dilakukan Reiyu? Dia menampar wajah gadis itu (ya menampar?!)..

"Haah..haah..dasar...BODOH! Aku juga tahu kalau itu menyakitkan! Tapi bukan berarti kau harus mati tau! Kau pikir cuma kau saja yang pernah kehilangan orang yang kau sayangi?!" ucap Reiyu agak terbawa emosi sedikit. Kalau dipikir-pikir, dia kan juga pernah kehilangan seseorang karena alice-nya ini...dan hal tersebut masih membawa penyesalan padanya sehingga bertemu dengan adik kandung yang sangat disayanginya saja dia tidak mau.

"Kau jangan per..uh!" ucapan Reiyu berhenti ketika tangan yang sudah terluka tadi digunakan untuk bergerak menampar gadis itu (ga kenceng sih) mengeluarkan darah semakin banyak.

"Sial..darahnya tidak mau berhenti juga...uh, aku tidak boleh jatuh pingsan disini.." batin Reiyu mulai merasa kehilangan kesadarannya namun tetap berusaha menjaga kestabilan tubuhnya.

PLAK!

Reiyu..menampar Yuki?!

Ia tak bisa berkata apa-apa sekarang,ia mati kutu mendengar jawaban dari cowok itu.
Sementara,cowok itu terus pendarahan.

"Sini,aku obati,kau"

Lalu,diambilnya tas kecil,mengambil sebuah kotak dan perban muncul dari kotak kecil itu.

"Tahan,ya.." Ujarnya,dingin.

Kemudian,ia mengobati Reiyu.

Beberapa menit kemudian.

"It's Done.."

Ia langsung mengambil langkah cepat untuk mengambil pisau yang tadi dilepmarnya. Mencoba memutuskan urat nadinya sendiri.

__________________________________________

OOT: JOIN!! uda diizinkan sama yuki

Apakah keluar ke suatu hutan pada saat malam adalah hal yang jelek? Tidak, tentu saja tidak. Orang yang percaya takhayul adalah seorang pengecut, pecundang, yang jelek-jelek deh. Mungkin beberapa orang bisa melihat hantu tapi kalau Ryuu tidak, kenapa dia harus takut?

Tiba-tiba dia dihadapkan dengan pemandangan tidak menyenangkan. Bukan, bukan pemandangan tidak menyenangkan yang jika orang yang kita sukai 'you-know-what' sama orang lain. Tapi--

--Reiyu yang berdarah-darah, dan Yuki yang berusaha memotong urat nadinya sendiri. Inilah mimpi buruk yang sebenarnya. Dia menerjang Yuki, merebut pisau dari tangannya. "Berhenti, berhenti Yuki. Orang yang masih hidup masih punya pilihan. Tapi apakah orang mati punya? Tentu saja tidak. Orang mati ya harus mati," jawabnya kasar, lalu dia memanggil kayu dan menusukkan pisau itu kesitu, dan melemparnya. Mungkin, melihat temannya mati adalah mimpi buruk. Sudah cukup.

Sudah cukup dia melihat Reiichi dan Nanase tersiksa karena dirinya, dan mungkin saja Nanase berencana bunuh diri atau semacam itu. Tapi, buang semua itu. Buang semua pikiran yang tidak menyenangkan isi dengan pikiran yang menyenangkan.

"Yuki, kalaupun orang yang kamu sayang meninggalkan, tapi apakah kamu kira orang itu ngga bakal marah sama kamu?" bentak Ryuu. "Dan hei, little girl, apa kamu kira orang yang dijadiin akuma sama earl millennium ga marah sama kita yang membuat mereka jadi akuma?! In the deep shit, mereka tentu marah! Mereka berharap bisa tenang diatas sana, tahu nggak?!"

OOT: Nyoba bunuh diri lagi nih?! Ebused dah!

"Sini,aku obati,kau"

Gadis bernama Yuki itu mengambil sebuah kotak yang lalu dari dalam kotak tersebut muncul sebuah perban..

"Inikah alice-nya?" batin Reiyu mengamati Yuki yang mengambil perban yang ajaibnya langsung muncul dari sebuah kotak.

"Tahan,ya.." Ujarnya,dingin.

Tadinya Reiyu ingin menolak saja niat baik gadis itu, tapi dengan keadaannya yang sekarang sepertinya tidak mungkin untuk menolak ya..padahal kalau dulu, dia bisa terluka lebih dari ini jika melakukan 'tugas itu', luka seperti ini dulu dinggap enteng baginya, tapi sekarang? Sepertinya kamu bertambah lemah ya Reiyu...

"It's Done.."

Ia langsung mengambil langkah cepat untuk mengambil pisau yang tadi dilepmarnya. Mencoba memutuskan urat nadinya sendiri.

Sepertinya gadis itu sudah selesai mengobati pendarahan Reiyu, tapi lalu Reiyu melihat gelagat mencurigakan Yuki yang sepertinya akan melakukan hal yang sama dengan yang dia lakukan tadi...

"Lagi?! Sialan! Keras kepala juga gadis ini!" batin Reiyu, tapi dia tidak bisa berbuat apa2 dikarenakan lukanya itu, tapi pada saat itu tiba2 Ryuu datang.

"Nice timing Ryuu.." batin Reiyu menatap Ryuu yang melempar pisau itu ke sebuah batang pohon.

Tapi ucapan Ryuu selanjutnya sudah tidak dapat ia dengar lagi, Reiyu pun mundur perlahan ke sebuah pohon besar yang tidak lama kemudian langsung terjatuh dengan darah dari tangan kanannya yang meninggalkan sedikit bercak pada batang pohon besar itu.

"Uh..." Reiyu merasa hampir kehilangan kesadaran dirinya, namun pada saat seperti itu entah kenapa dia mengingat wajah Seira.

"Kenapa dia muncul lagi sih..sialan!" teriak Reiyu GJ memukul keras batang pohon itu dengan tangan kirinya yang tidak terluka sehingga menjatuhkan beberapa daun dari pohon besar itu. Tapi berkat itu juga Reiyu sudah agak lebih sadar daripada tadi sih..

Ryuu tersentak melihat Reiyu mundur perlahan ke batang pohon besar dan mulai kehilangan kesadaran. "Rei..Reiyu" dia tergugup. Sementara itu Reiyu memukul batang pohon

"Kenapa dia muncul lagi sih..sialan!"

Ryuu menampar Reiyu. "Sampai kapan kau mau menghindari Seira, hah?"serunya. "sampai kapan kau mau menghindari adikmu? Kalau sudah digariskan takdir kalau alice ini tidak sampai ke tubuhmu..Seira pasti tidak kesepian seperti ini kau tahu?! Tahu ngga, kamu bertingkah seperti orang brengsek sejak kau masuk dangerous? Dangerous, laten, technical. Somatic dan spesial, itu hanya kelas. HANYA KELAS! Ngerti ga sih? Bahwa kalaupun kamu seribu tahun ngindarin Sei, kalau uda digarisin takdir ya pasrah aja!"

"Ngerti ga? Ngerti ga semua perasaan Sei selama ini! Dihindarin kamu, itu pasti dia kesepian banget!" bentaknya lagi. Perasaan marah yang terjepit diantara dua sisi itu: Sei dan Rei adalah masalah terumit. TERUMIT! "Dan kamu tau ngga? Tau ngga ademu itu kesepian, lebih dari kesepian, bahkan mungkin rela sekarat untuk kamu! Tapi apa yang kau lakukan? Bersembunyi dari bayangannya, seakan dia hantu!"

"Sialan bukan kata yang tepat untuk Sei. Dia wanita, dan aku pernah suka padanya." tambah Ryuu. Dan tentu saja dia menambahkan, "aku muak denganmu" sebelum keluar dari tempat itu.

[out~]

PLAK!

Reiyu hanya terkejut ketika Ryuu tiba2 menamparnya, bukan karena Ryuu itu lebih muda tapi karena tidak menyangka Ryuu akan berbuat seperti itu.

Setelah itu pun Ryuu mengatakan banyak hal, tapi Reiyu sudah keburu tidak peduli, namun pada saat Ryuu mengatakan..

"HANYA KELAS!"

Emosi Reiyu langsung naik kembali.."Hanya kelas?! Hanya kelas maksudmu? Gampang buatmu berbicara begitu! Kau yang tidak mengerti apa2 jangan seenaknya Ryuu!" teriak Reiyu membalas perkataan Ryuu dengan emosi. Kalau saja pada saat itu dia tidak berada di Woods, tapi di bangunan sekolah misalnya, Reiyu tidak akan segan2 memakai alicenya, walaupun konsekuensi sesudahnya akan sangat menakutkan.

"Sialan bukan kata yang tepat untuk Sei. Dia wanita, dan aku pernah suka padanya."

"Hah! P*r*ean dengan hal seperti itu! Lebih baik kau jangan banyak bicara!" ujar Reiyu masih terbawa emosi.

Setelah itu Ryuu pun meninggalkan Woods dengan meninggalkan sebuah kata 'muak' pada Reiyu. Reiyu tidak peduli dengan hal seperti itu. Toh, nantinya dia tidak akan mau untuk menemui pemuda itu lagi. Pasti nanti dia akan membicarakan Seira terus. Membosankan! *dihajar Seira*

Reiyu pun kemudian berdiri dengan agak sempoyongan, perlahan-lahan berjalan meninggalkan tempat itu dengan memegang erat tangannya yang berdarah, berjalan dengan perasaan hampa...

"Aku..memang tidak boleh..memiliki emosi..sama seperti katanya.." batin Reiyu sambil berjalan keluar dari Woods itu.

[OUT]

Sekarang,rasanya dia benar2 tak tahu harus berbuat apa.

Di saat yang membuatnya tertekan ini,Ryuu dan Reiyu malah bertengkar!

Entah yuki harus berbuat apa lagi..

Jadi,ia pergi menuju Central Town

[out]