Look for someone

Kazu, rupanya itu nama pemuda yang bersama Miyu sejak dari tadi. Dan dilihat dari sikapnya, sepertinya dia bukan tipe pemuda yang banyak bicara. Hum, baguslah. Tidak seperti seseorang yang dulu pernah Chiaki kenal.

"Bisa tunjukkan alicemu?"

Alice? Well, sudah lama Chiaki tidak menggunakan alicenya di depan banyak orang. Sebab, selama ini dia hanya menggunakannya untuk pekerjaannya saja. Syukurlah Chiaki memilih pekerjaan itu. Sebab, dia bisa memanfaatkan alicenya agar bisa berguna bagi semua orang.

"Aliceku ya? Hm, baiklah. Toh aliceku ini bukan alice yang terlalu bagus untuk dibanggakan ataupun disimpan-simpan."

Chiaki menggenggam kedua tangannya. Seberkas cahaya keluar dari genggaman tangan Chiaki. Saat Chiaki membuka genggaman tangannya tersebut, muncul sebuah tunas kecil tanaman di telapak tangannya.

"Lihat? Aliceku Plant Controller. Dan sekarang, dengan aliceku ini, aku bekerja sebagai perawat hutan di akademi ini." jelasnya.

"Lihat? Aliceku Plant Controller. Dan sekarang, dengan aliceku ini, aku bekerja sebagai perawat hutan di akademi ini."
"Hmm...Ternyata ku salah satu tukang kebun di akademi ini." ujar Kazu sambil mengangguk-angguk.

"Apa bisa digunakan dgn cara lain?" tanyanya lagi. Ya, Kazu mulai tertaik dengan Alice milik Chiaki dan ingin tahu lebih banyak lagi.

Minagi makin takut sama Kazu.

"Kalau dia udah tahu....gawat" Minagi panik.

Setelah menghabiskan jusnya, dia keluar.

[out]

Quote :

Kau...bebek yang mesum itu." ujar Kazu santai sambil meunggu pesanannya

"Yeah, bocah menyebalkan," kata Mukuro sambil menjulurkan lidahnya pada bocah itu. Kepada wanita yang ada di dekat bocah itu, dia hanya mengangguk sopan sebagai tanda hormat.

Quote :

Hiino memegang tangan Mukuro

"Hm?" Alis mata Mukuro sedikit naik dengan reaksi dari Hiino itu. Dia pun menoleh ke samping dan melihat kalau ada cewek lain yang datang. Cewek itu...orang yang pernah dia lihat dulu waktu merasuki Kazu kan?

Quote :

"Kazu"

CPROT!!!

Kopi yang sedang diminum Mukuro pun mendadak tumpah dari mulutnya ke kemejanya yang tadinya putih bersih. Pria muda itu menatap Kazu dengan heran, lalu menggelengkan kepalanya dan menunduk, mendadak aura playfulnya hilang.

"Na...namamu Kazu...serius...?" bisiknya pelan pada bocah itu dengan mata tidak percaya.

Kazu memandang Minagi yang tiba-tiba meminum jusnya dan langsung kabur.

"Sudah kuduga dia mencurigakan. jangan-jangan dia salah satu teletubies itu."

"Na...namamu Kazu...serius...?"
"Tch." Kazu memandang ke arah lain saat ditanyai begitu. "Memangnya kau siapa bebek?Urusin nama orang. Memangnya kenapa hah?"

Quote :

"Memangnya kau siapa bebek?Urusin nama orang. Memangnya kenapa hah?"

Mukuro mengelap dagunya yang sekarang berlumuran kopi lalu nyengir lagi sambil melihat Kazu dengan matanya yang berbeda warna.

"Oh? Aku perlu memperkenalkan diri? Panggil Nappo-sensei juga tidak apa-apa sih sebenarnya, yang lain juga begitu. Atau kai ingin tahu nama asliku?"

Mukuro terdiam sejenak, lalu membuka mulutnya lagi.

"Namamu...mirip seseorang yang kukenal..."

"Oh? Aku perlu memperkenalkan diri? Panggil Nappo-sensei juga tidak apa-apa sih sebenarnya, yang lain juga begitu. Atau kai ingin tahu nama asliku?"


"Tidak juga. Tapi aku memang ingin tahu." Kazu menimun cappucinonya dengan santai sambil melihat Muku mengelap dagunya yang penuh kopi.

"Namamu...mirip seseorang yang kukenal..."
"Mirip?"

"Apa bisa digunakan dgn cara lain?"

Chiaki menggelengkan kepalanya. "Sayang, untuk saat ini, aku belum terlalu mengembangkan kemampuan alice-ku. Jadi, hanya sekedar begini saja."

Seorang guru terlihat mendatangi Kazu dan sepertinya kaget begitu mendengar ucapan Kazu ketika memperkenalkan diri. Guru itu mengucapkan sesuatu tentang nama Kazu yang mirip dengan nama seseorang yang dia kenal. Memang, sepertinya Chiaki sendiri juga pernah mendengar nama seseorang yang mirip dengan nama Kazu.

"Hei, hei..." Chiaki memanggil Kazuki. "Kenalanmu? Sepertinya kalian sudah saling kenal."

"Hei, hei..." Chiaki memanggil Kazuki. "Kenalanmu? Sepertinya kalian sudah saling kenal."
"Aku cuma baru bertemu bebek mesum ini di Woods." ujarnya datar. Kakinya dilipat dan duduk menyandar sambil menikmati pesanannya layaknya anak kecil.

"Bebek mesum?" Chiaki ber-sweatdropped mendengar panggilan Kazu untuk gurunya tersebut. Well, sepertinya memang terjadi sesuatu di antara mereka berdua.

Tunggu... Mesum? Seingat Chiaki, dulu pernah ada guru mesum juga saat dia masih bersekolah di sini. Kalau tidak salah namanya... Kazu juga kah? Eh, Kazu-sensei! Iya! Jadi mungkin itu yang dimaksud guru berambut nanas itu. Nama Kazu kecil yang sekarang berada di depannya itu memang sama dengan nama Kazu-sensei. Sayangnya sensei itu... Ah, sudahlah. Tidak usah memikirkan kembali masa lalu yang suram itu.

"Well, namamu sama dengan nama guruku saat masih bersekolah di sini. Kazu-sensei, guru mesum juga, pendiri Host Club akademi, yang menyukai sesama cowok." jelas Chiaki pada Kazu.

"Cuma, terakhir aku bertemu dengannya, sifatnya malah berubah total. Dia... Malah jadi dingin dan menyeramkan."

Quote :

"Tidak juga. Tapi aku memang ingin tahu.

"Baiklah... Kalau Augusta-kun biasanya manggil aku mesum bodoh, tapi kalau Hiino-kun ini manggil aku dengan namaku, Mukuro..." jawab Mukuro tenang.

Quote :

"Mirip?"

Quote :

"Well, namamu sama dengan nama guruku saat masih bersekolah di sini. Kazu-sensei, guru mesum juga, pendiri Host Club akademi, yang menyukai sesama cowok."

"Yup," kata Mukuro sambil meminum kopinya lagi. "Tepat seperti yang dikatakan Nona di sana. Dia dulu guru di sini dan juga...kenalanku..."

Mukuro pun tertawa perlahan dan kembali mendongak menatap langit, lalu membuka mulutnya lagi.

"Tapi sikap kalian berdua berbeda jauh kok, tenang saja..."

Quote :

"Cuma, terakhir aku bertemu dengannya, sifatnya malah berubah total. Dia... Malah jadi dingin dan menyeramkan."

"Kufufufu... Sebegitu menyeramkannya kah aku mengendalikannya waktu itu?" tanya Mukuro perlahan, tanpa sadar kalau dia baru membuka belangnya sendiri.

Hiino hanya membalas Chiaki dengan senyum malu kucing khasnya, lalu menggigit coklatnya sambil menghela nafas.

Sampai sekarang, terus menganggapku teman...

Hiino justru baru bisa berfikir layaknya lelaki SMA saat berusia 22 tahun ini. Ia tahu sejak dulu ia tidak punya kenalan cewek yang dekat kecuali Hime-sa (kotori tidak dihitung?) si kunoichi. Well, apa kabar dia. Sejak ia tidak ada, sebenarnya sih ingin punya pacar.

"Kazu?" Hiino mengulang kata tersebut saat Mukuro memuncratkan minumannya. Hei, basah tahu!

Chiaki bercerita soal Ero Sensei itu. Terlalu banyak kenangan buruk, bahkan pernah kena Cupid Alice. Kemudian...

"nama yg tidak asing...benar-benar tidak asing..."ucap Hiino sambil membungkuk dan menopang dagunya diatas meja. Kangen masa-masa dulu juga...

Quote :

"nama yg tidak asing...benar-benar tidak asing..."

"Mana mungkin asing bagimu... Dia kan korban kasus pembunuhan pertama di sini kan...?" gumam Mukuro cuek sambil meminum kopinya lagi.

Ah, kopinya sudah mau habis... Mukuro pun memesan lagi secangkir kopi berikutnya, namun kali ini bersama dengan cake tiramisu besar.

"Hiino-kun nggak beli makanan~?" tanyanya menggoda pada pria di sebelahnya.

"....." Hiino tidak berkata apapun dan menggigit batang coklatnya lagi. Lalu mulailah Mukuro mengganggunya.

Hiino mencomoti coklat yang ada pada Tiramisu (adain aja, lupa tiramisu itu yg mana) dan memakannya. Dasar rakus coklat.

"santai sekali kau bicarakan hal itu di depan orang orang... si guru mesum, heh"

kalau aku ke kuburannya, iseng kuhidupkan... ah, buat apa...

"Aieh~ Coklat di cakeku diambil~" kata Mukuro sambil meringis jahil dan menggigit suapan berikutnya cake yang penuh krim itu. Tidak seenak takoyaki dan Mukuro sebenarnya bukan penggemar kue-kuean... Tapi bolehlah...

Quote :

"santai sekali kau bicarakan hal itu di depan orang orang... si guru mesum, heh

"Sudah lama berlalu kan? Jadi tidak masalah..." gumam Mukuro sekalipun ada nada tercekat di suaranya ketika mengatakan itu. "Toh...apapun yang terjadi... Dia sudah mati. Itu fakta."

Ho... Ternyata benar, pemuda nanas itu adalah kenalan Kazu-sen. Pantas dia tadi bilang bahwa nama Kazu mirip dengan Kazu-sen.

"Kufufufu... Sebegitu menyeramkannya kah aku mengendalikannya waktu itu?"

Chiaki nyaris tersedak begitu mendengar ucapan pemuda nanas tersebut. "M-mengendalikannya? Apa maksudnya?"

Er-- sepertinya sih, Chiaki salah dengar apa yang diucapkan oleh pemuda nanas tersebut. Tetapi, kalau dipikirkan baik-baik, memang pemuda nanas itu mengatakan kata 'mengendalikan'. Mengendalikan...? Bisakah seseorang mengendalikan orang lain?

"Toh...apapun yang terjadi... Dia sudah mati. Itu fakta."

"Sudahlah. Memang sih, dengan tidak adanya guru mesum itu, sekolah ini bisa damai kembali seperti dulu 'kan?" ucap Chiaki. Sepertinya, Chiaki masih belum mengetahui dan menyadari apa arti kata 'bebek mesum' yang diucapkan Kazu kepada pemuda nanas itu.

Quote :

"M-mengendalikannya? Apa maksudnya?"

"Oi, oi, Hiino-kun... Cewek ini kenalanmu kan...? Masa dia belum tahu kalau aku dulu sempat mengendalikan Kazu...?" tanya Mukuro sambil menggigit lagi cake tiramisunya.

Quote :

"Sudahlah. Memang sih, dengan tidak adanya guru mesum itu, sekolah ini bisa damai kembali seperti dulu 'kan?"

Mukuro hanya tersenyum kecut dan meminum kopinya, lalu melipat tangannya di depan dagu dan menatap Chiaki.

"Damai...tapi membosankan... Tidakkah kau merasa kalau yang damai-damai seperti ini terlalu biasa-biasa saja...?"

Chiaki meletakkan satu tangannya di dagunya, berpikir, mencoba mengingat-ingat kembali apa yang dulu pernah terjadi. Memang, tidak ada seorangpun yang pernah memberitahu Chiaki bahwa selama ini pemuda nanas itulah yang telah merasuki Kazu-sen. Ketinggalan berita jauh selama 7 tahun ini, heh, Chiaki?

Lalu, pemuda nanas itu mengatakan sesuatu tentang kedamaian yang membosankan. Bukankah malah bagus apabila dunia ini damai selalu?

"Tidak juga. Damai itu menyenangkan kok." jawabnya sambil tersenyum kecil.

"Cuma, memang kalau dunia ini terlalu polos, tanpa adanya warna yang mewarnai dunia, tentu akan membosankan. Jadi, sebenarnya aku senang dengan kehadiran Kazu-sen yang telah memberi warna ceria pada akademi ini. Bukan hanya Kazu-sen, semua orang di akademi ini juga." ucap Chiaki secara blak-blakan. Apa yang ada di dalam pikirannya langsung saja dia lontarkan keluar.

"Well, namamu sama dengan nama guruku saat masih bersekolah di sini. Kazu-sensei, guru mesum juga, pendiri Host Club akademi, yang menyukai sesama cowok."
".......Yaoi."

"Baiklah... Kalau Augusta-kun biasanya manggil aku mesum bodoh, tapi kalau Hiino-kun ini manggil aku dengan namaku, Mukuro..."
"Mukuro yah...Boleh kupanggil nanas?"

"Tapi sikap kalian berdua berbeda jauh kok, tenang saja..."
"Aku juga tidak berharap mirip dengannya." gumam Kazu yang kemudian sifatnya mulai berubah. Dia menopang dagunya dan menatap langit, namun entah kenapa dia tersenyum.

"Toh...apapun yang terjadi... Dia sudah mati. Itu fakta."
Kazu meletakkan gelas cappucinonya di atas meja dengan sedikit keras.

TLAK!!

"DIa...Sudah meninggal?Ohh..." Kazu menundukkan kepalanya. "Bolehkah.....Bolehkah temani aku mengunjungi makamnya?"

Quote :

"Mukuro yah...Boleh kupanggil nanas?"

"Silahkan saja..." jawab Mukuro santai. "Sudah kukatakan, yang lain juga memanggilku Nappo-sensei, jadi tidak masalah..."

Quote :

"Bolehkah.....Bolehkah temani aku mengunjungi makamnya?"

Mukuro mengangguk pelan sambil meminum kopinya. Dia hanya terdiam mendengarkan perkataan Chiaki, lalu berdiri dan mengedipkan sebelah matanya pada Hiino.

"Aku mau melayat orang yang...kuhormati itu... Hiino-kun mau ikut?" tanyanya.

Chiaki beranjak dari bangkunya begitu mendengar orang-orang yang berada di sana bermaksud untuk mengunjungi makam Kazu-sen. Dia merasa jika dia merasa tidak ada kepentingan dengan Kazu-sen hingga harus melayat ke makamnya. Lagipula, sepertinya ini sudah saatnya dia pergi. Paling tidak, dia harus kembali berpatroli di daerahnya, guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

"Baiklah, pemuda nanas, Hiino, Kazu, dan Miyucchi. Aku duluan ya. Aku tidak ikut kalian untuk melayat. Jadi, selamat melayat ya."

Chiaki melambaikan tangannya pelan ke arah mereka semua dan segera beranjak menuju pintu keluar. Hari ini sudah terlalu banyak kejadian yang telah dia alami. Bagaimana jika sekarang dia mencari sedikit ketenangan dan beristirahat? Well, tidak buruk juga. Dan setelah itu, dia segera pergi keluar, meninggalkan cafe ke arah jalanan.

[Out]

"Silahkan saja..." jawab Mukuro santai. "Sudah kukatakan, yang lain juga memanggilku Nappo-sensei, jadi tidak masalah..."
"Hmm, baguslah kalau begitu" ujar Kazu dengan sedikit senyumnya.

"Baiklah, pemuda nanas, Hiino, Kazu, dan Miyucchi. Aku duluan ya. Aku tidak ikut kalian untuk melayat. Jadi, selamat melayat ya."

"...Ya."

Kazu menoleh pada Muku. "Hei nanas, aku ada urusan. Bagaimana kalau kita pergi lain kali saja ya?" Kazu beranjak dari bangkunya. Tanpa menunggu jawaban dari Mukuro, Kazu berjalan ke arah lain.

(out)
==================
OOT : Ntar klo udah dibikin topiknya PM yah

"Baiklah, pemuda nanas, Hiino, Kazu, dan Miyucchi. Aku duluan ya. Aku tidak ikut kalian untuk melayat. Jadi, selamat melayat ya."
"Sepertinya aku juga harus pergi dulu." Miyu meletakkan tangannya di dagu.

"Kazu-sen?Hmm, nanti aku akan menyusul." ujarnya kemudian berlari pergi

(out)

Quote :

"Hei nanas, aku ada urusan. Bagaimana kalau kita pergi lain kali saja ya?"

Mukuro hanya mengangguk pelan dan melambaikan tangannya.

"Hiino-kun jadi ikut?" tanya Mukuro sambil meminum lagi kopinya dan menoleh ke sampingnya.

Begitu yang lainnya pergi, Mukuro pun nyengir lebar dan mengambil kesempatan. Dia menggenggam tangan Hiino dan seolah mengajaknya untuk ikut pergi.

"...."

"Aku ikut!!" seru Hiino datar.