Teatime at Takoyaki Stall (?)

Setting: 5 p.m (bukan tea time, memang)

Hibiki memutuskan mencari sedikit makanan pengganjal perut sebelum dirinya kembali ke asrama. Ia berjalan lagi ke kota dan berhenti sejenak karena mencium harumnya toko takoyaki.

"Ah, ada yang jual takoyaki disini??" anak itu melonjak senang dan langsung memasuki toko tersebut. Dalamnya memiliki meja berbentuk U yang mengelilingi si tukang masak. Hibiki menempati salah satu stool kosong disana dan memesan satu porsi takoyaki.

Ia memperhatikan si koki membuat takoyaki sembari menunggu matang. Hibiki mendadak menyadari sesuatu yang agak aneh berada di pojok toko itu...stand penjualan buku-buku langka, terutama resep-resep masakan yang diturunkan dari buyut ke anak cucunya.

Hibiki meninggalkan kursinya dan melihat-lihat buku-buku masakan itu. Apa dijual? Ah, ada cara membuat okonomiyaki khas Alice Gakuen...pastinya tak ada resep takoyaki sini yah, batinnya geli. Sayang sekali kalau ditaruh disini, mana ada yang beli...

"Tuan koki, apa boleh kalau saya coba menjualnya di depan toko?"
tanya Hibiki.

"Dengan senang hati, nak," jawab si koki sambil tersenyum ceria. "Kalau kau berhasil menjual setengahnya, aku akan beri dua porsi takoyaki gratis untukmu! Ah, kau sebaiknya meminta temanmu membantu, karena buku-bukunya lumayan banyak kan?"

Ia melirik-lirik ke jalan besar. Apa tak ada yang mau membantu dirinya ya? Hibiki belum mengenal banyak orang sih...

dika melangkah gontai dengan tampang super madesu karena ngantuk dan habis didamprat orang tak dikenal. "hoh... ramainya... tapi semua punya teman, hanya gue yang ngga." kata dika. well, dika melangkah asal-asalan menuju sebuah stool yang menjual.... takoyaki.

"laperrr....." ujarnya ga tau malu. "tuan, pesen satu porsi...."

sambil menunggu pesanannya, dika mengalihkan pandangan pada seorang anak cowo yang keliatannya rada bingung. "hai, selamat sore!" sapanya semangat. "keliatannya bingung? ada yang bisa dibantu??"

Quote :

"hai, selamat sore!" sapanya semangat. "keliatannya bingung? ada yang bisa dibantu??"

"Ah, selamat sore," seketika wajah Hibiki mencerah. "Sebenarnya iya. Ah, sebelum itu, salam kenal, namaku Asakura Hibiki." Ia menunduk sopan. "Begini, aku ingin membantu tuan koki menjual buku-buku masakan ini di depan toko, karena rasanya kasihan kalau dibiarkan menumpuk di pojokan seperti ini saja.."

"Yang menjual masing-masing dapat dua porsi takoyaki gratis lho, nak, ingat itu," celetuk si koki.

"Oh iya," bocah itu mengangguk membenarkan perkataannya. "Jadi...apa kau keberatan membantuku?"

"well, mumpung ngga ada kerjaan... GUE IKUDD!" teriak dika. "wogh, iya, lupa. nama gue yamadika kia, panggil aja dika! gue mesti manggil loe apa, yah....?"

dika menerima takoyaki dan mulai memakannya. ia pun melihat-lihat buku-buku yang terlihat menarik. resep masakan! keliatannya enakk~

Quote :

"well, mumpung ngga ada kerjaan... GUE IKUDD!"

"Terima kasih!" spontan dia menjawab dan spontan pula ia tersenyum, untung nggak spontan meluk :p

Quote :

"wogh, iya, lupa. nama gue yamadika kia, panggil aja dika! gue mesti manggil loe apa, yah....?"

"Terserah saja, Yamadika-san," katanya. "Aku takkan keberatan." Hibiki memperhatikan Kia memakan takoyakinya sementara miliknya ia simpan untuk nanti.

Bocah itu membawa banner bertuliskan "LELANG BUKU MASAKAN LANGKA DAN MURAH!!" yang ada di pojokan itu. Kemudian ia mengambil beberapa buku dan mencoba membawanya ke depan toko. Setelah dua kali bolak-balik, ia mendadak punya ide untuk memindahkan buku-buku tersebut lebih cepat.

Coba mejanya diangkat saja deh... pikir Hibiki.

Ia pun memegang sisi kanan meja dan berkata pada Kia, "Yamadika-san, tolong angkat yang sebelah situ."

Meja itu meja kayu biasa seperti meja anak SD dan buku-buku menumpuk diatasnya. Mereka harus berhati-hati agar tidak tersandung dan membuat seseorang tertimpa buku-buku itu, seperti yang sudah dilakukan Hibiki tanpa sengaja tadi...

"hem.... hibi? biki? hahhhhhh, sudahlah... apa saja. jangan panggil yamadika-san, dika saja!"

dika melihat hibiki memndahkan buku. ia lalu mendengar ia meminta banuannya.

"baikkk!! siap boss!!"

sketch switch. dika menggambar kardus untuk menahan agar buku tidak jatuh saat diangkat. dia lalu mengangkat meja itu.

Quote :

"hem.... hibi? biki? hahhhhhh, sudahlah... apa saja. jangan panggil yamadika-san, dika saja!"

"Eh? Umm...tapi rasanya tidak sopan..." ahahaha Hibiki tidak terbiasa memanggil orang tanpa sufiks seperti itu, tapi karena Dika memintanya, anak itu toh takkan bisa menolak. "Baiklah, Dika-san-" Hibiki buru-buru meralat dengan sedikit tersipu. "Ma-maaf! A-anu...emm...Di-dika..." Ia mengangguk meyakinkan. "Dika. Yap, sudah bisa!"

Hibiki memperhatikan Dika menggunakan alicenya. "Wah, alice yang praktis ya!" sahutnya sambil mengangkat meja itu ke depan toko bersama-sama. Satu, dua...HUP!

BRUK!

Meja itu tertaruh dengan rapi di sebelah banner, tanpa satu pun buku keluar dari kardus. Hibiki mengambil sebagian buku untuk dijejerkan di atas meja dan menyerahkan setengahnya untuk dijejerkan Dika.

"Apa kau bisa berjualan, Dika?" ucap anak itu sembari menjejerkan buku. "Terus terang, aku payah soal jualan. Makanya aku ragu bisa benar-benar membantu tuan koki itu, hanya saja aku merasa kasihan melihat buku-buku ini ditelantarkan..." Jemarinya mengusap sampul sebuah kemudian bergumam pelan. "Buku itu kehidupan seseorang..."

Quote :

"Apa kau bisa berjualan, Dika?" ucap anak itu sembari menjejerkan buku. "Terus terang, aku payah soal jualan. Makanya aku ragu bisa benar-benar membantu tuan koki itu, hanya saja aku merasa kasihan melihat buku-buku ini ditelantarkan..." Jemarinya mengusap sampul sebuah kemudian bergumam pelan. "Buku itu kehidupan seseorang..."

"well, mau dibilang bisa juga... ngga. Sepertinya kau sanagt suka buku, ya...?" kata dika, nyengir. "buku itu bagus. gue suka banget! tapi sayangnya gue ga bisa masak. oh, gue ada ide! gimana kalo pake ini?" dika menggambar TOA. ia lalu bicara menggunakan mike.

"BUKU RESEP! BUKU RESEP! MURAH, MUDAH! AYO BELI BELI BELI!!!" kata dika.

oot: maap yah saya agak lama repnya, pake HP >w<;

Quote :

"Sepertinya kau sangat suka buku, ya...?"

"Iya!" bocah itu langsung kelihatan bersemangat. "Aku sangat sangaaat suka buku, karena mereka temanku selama ini! Saat aku tahu aku punya alice ini, rasanya senang sekali! Rasanya pingin teriak WAAAH dan memeluk siapapun yang lewat!!" Hibiki merentangkan lengan, bercerita penuh ceria.

"Kau juga suka buku? Cerita apa yang kau suka? Komedi? Misteri? Action? Kalau aku suka sekali buku dongeng! Ah, kalau kau tak keberatan, kapan-kapan aku bisa mengajakmu masuk ke buku yang kau suka! Tinggal bawa saja buku itu padaku," ia tersenyum senang. Memang, Hibiki paling hidup saat berbicara akan hal yang ia sukai.

Lalu dilihatnya Dika menggunakan toa-toa untuk memanggil calon pembeli. Ia pun tak mau membiarkan Dika bekerja sendiri. "Buku murah! Buku langka! Resep masakan warisan orang tua!" teriaknya.

Hmm..dari jalanan yang ramai ini, masakan tak ada seorang pun yang mau membeli? "Jika tidak ada seorang pun...terpaksa nanti kita harus menjualnya berkeliling sekolah ini," katanya pada Dika. "Tapi sepertinya lebih baik menunggu sedikit lama..."

Hibiki melanjutkan menawarkan dagangan.

Quote :

"Kau juga suka buku? Cerita apa yang kau suka? Komedi? Misteri? Action? Kalau aku suka sekali buku dongeng! Ah, kalau kau tak keberatan, kapan-kapan aku bisa mengajakmu masuk ke buku yang kau suka! Tinggal bawa saja buku itu padaku," ia tersenyum senang. Memang, Hibiki paling hidup saat berbicara akan hal yang ia sukai.

"well, gue suka... banyak buku. komedi, misteri, action, tapi gue paling suka manga. shounen manga..." kata dika bingung, dia terlalu suka banyak buku.

setelah menjawab pertanyaan hibiki, ia kembali menawarkan dagangan.

"AYO IBU-IBU, BAPAK-BAPAK, MUDA-MUDI!!! CARA MUDAH MASAK!!! SEMUA PASTI BISA!! AYO AYOO!!!!!"

"Hah? Shonen manga itu apa?" mimik Hibiki bertanya. "Aku baru dengar...apa itu semacam buku baru?" Ia mengangkat sebuah buku resep setebal novel. "Seperti ini?"

Wah matahari makin condong saja...nanti keburu malam kalau sepi begini...

"Maaf, Pak, mau beli buku resep? Murah dan mudah," Hibiki mencoba menawarkan kepada seorang pria setengah baya yang lewat. Pria itu memicingkan mata, tahu bahwa yang ada di hadapannya itu buku langka. Ia melihat Hibiki dan bertanya, "Berapa?"

Akhirnya ada respon!

"Ini, umm..." bocah itu membalik bukunya dan membaca label harga yang tertera. "15 rabbit."

"Itu terlalu mahal! Bagaimana kalau kutukarkan dengan ini?" pria itu mengambil sebuah koin emas--yang isinya sebenarnya coklat--dan berkata pada Hibiki, "Ini koin emas asli dari Summeria! Kebetulan aku baru saja menjual koleksi uang emasku dan kelebihan satu koin. Koin ini bisa mencapai 100 rabbit kalau dijual!"

"Waah *A* Ta-tapi apa tidak berlebihan, buku ini ditukar dengan uang emas berharga itu!?" duh, Hibiki malah terkagum-kagum.

"Memang sih...tapi anggap saja hari ini hari keberuntunganmu, bocah! Lagipula aku kasihan juga melihatmu, kelihatannya butuh sekali menjual buku yang tak seberapa itu. Ini, ambil, ambillah!"

Koin itu digenggamkannya ke tangan Hibiki. Bocah itu tersenyum. "Terima kasih banyak! Silahkan, bukunya," ia hendak menyerahkan buku itu ke pria pembohong itu.

Wah, somebody gotta stop that child...

"HEIII!!!!!!!" teriak dika kesal. "ITU PALSUU!!! kembalikan bukunya penipu jelekkkkkkk!!!!!!!!!!!!!!!!!!" tendangan kacung. hell yeah, dika melayang menendang penipu itu. dalam sekejap, penipu itu tersungkur tak berdaya, dengan cap kaki yang kebiru-biruan di pipinya.

dika mengibaskan debu dari kaos, vest dan jeans pendeknya, lalu menoleh santai kepada orang-orang yang berkerumun di sekitarnya. "apa...?" tanyanya bingung.

"ini bukunya." katanya, menoleh ke hibiki. "jangan percaya orang dengan segitu mudahnya dong." dika menggetok kepala hibiki pelan.

Quote :

"HEIII!!!!!!!" teriak dika kesal. "ITU PALSUU!!! kembalikan bukunya penipu jelekkkkkkk!!!!!!!!!!!!!!!!!!"

Hibiki ternganga ketika Dika mendadak berteriak dan menendang orang itu. Ia hanya bisa melihat kejadian yang cepat itu dalam diam saking kagetnya. Rasanya seperti film slow motion saja...

Quote :

"ini bukunya." katanya, menoleh ke hibiki. "jangan percaya orang dengan segitu mudahnya dong." dika menggetok kepala hibiki pelan

"Aa?" getokan Dika menyadarkan Hibiki dari keterkejutannya. Ia menerima buku yang diberikan dan terdiam sesaat. Setelah mencerna apa yang baru saja terjadi, ia menundukkan kepala dengan sedih, memandang jalanan yang berdebu.

"Ma-maaf..." gumam anak itu. "Terima kasih karena sudah mencegahku..." Ia lalu mendongak dan tersenyum penuh syukur. "Untung ada kau."

Tak lama, burung pun berkaok dan matahari makin turun. Hari sudah mulai gelap. Si koki memanggil mereka masuk. Setelah membereskan segala sesuatu seperti semula, koki itu bertanya, "Bagaimana?"

"Tak terjual satu pun...maaf, padahal anda sudah memberikan kami takoyaki gratis..." Hibiki merogoh kantong untuk membayar takoyaki yang sudah diberikan namun langsung ditolak si koki.

"Aku takkan meminta balik apa yang sudah kuberikan, nak. Anggap saja takoyaki itu adalah ganjaran untuk niat baikmu dan temanmu ini," ia mengacak-acak kasar rambut Hibiki dan Dika sambil tertawa lepas. "Terima kasih ya! Nah, karena sudah gelap, kalian lebih baik pulang. Langsung pulang, jangan keluyuran!" Mereka pun diseret ke pintu.

Di depan toko, Hibiki membungkuk berterima kasih pada si koki seraya memegang dua kotak takoyaki di tangannya. Kemudian Hibiki menoleh pada Dika.

"Terima kasih karena sudah membantuku hari ini," ia lalu menyerahkan sekotak takoyakinya. "Ini untukmu, sebagai rasa terima kasihku karena sudah begitu banyak menolongku."

Ia lalu mengangguk sopan dan tersenyum sebelum beranjak pergi, "Sampai jumpa lagi, Dika."

[OUT]