FrouFrou, Frou is Fainted

"Saya tidak berbohong kok anak manis..."

Pipi Kirimi yang gempal bersemu merah, "Pa-Pangeran rendah hati ya..." ujar anak kecil itu. Ia loading sejenak, kemudian menggeleng kencang, "Hie! Jangan harap Kirimi akan tertipu!" ujarnya kembali menunjuk pria berkostum pangeran dihadapannya, "Pangeran adalah Pangeran..."

Gadis kecil itu melirik satu per satu orang disana lagi. Ah, sang koki tertawa! Mungkin dia berhasil memanggang kue super besar? Ya, ya, pasti begitu.

"Hahahaha..."

Tawa nyaring pengiring raja membuat Kirimi berpaling. Dia juga senang rupanya! Tapi kenapa ya?

Sepasang mata Kirimi menangkap sosok Aragaki yang baru saja datang. Uh. Oh. Tentu saja karena...

Kirimi memandang Aragaki dengan mata lebarnya sementara telunjuk kecilnya menunjuk pria itu, "...sang raja telah datang untuk melamar pengiringnya!"

boff!!

Pria itu 'terlihat' memakai atribut kerajaan, dengan jenggot lebat tumbuh di dagunya sementara kertas di tangannya juga 'terlihat' berubah menjadi sekotak cincin. Melihat hasil kerjanya, gadis kecil itu mengangguk puas.

...Tapi kok...

Wajah Hakim Agung kelihatan murung ya? Hmm, pasti karena ia telah gagal memutus perkara. Kasihan hakim agung. Yang dia butuhkan hanyalah seorang pendamping.

"The second said, 'The pool is deep'."

Gadis kecil lain tiba-tiba datang. Kirimi hanya mengerjap-ngerjapkan matanya, "Deep? Domba?" Kirimi tidak begitu menghiraukan masalah itu. Tentu saja, karena ia telah menemukan orang yang ia cari. Gadis kecil itu tersenyum lebar, lalu telunjuk mungilnya menunjuk gadis berambut hitam(Rin) yang sedang berada dekat Hakim Agung, "Jaksa penuntut!"

boff!!

"WH...WHATTTAHELL?!"Aragaki melihat Jas Hitamnya sekarang berubah menjadi baju yang kelihatan seperti Raja,dan Cape hitamnya berubah menjadi Crown.

"err,A..adik kecil,i..ini apa?a.. aha..ahahahha.."Tanya Aragaki yang terpaksa tertawa,tapi dalam hatinya..

"Dasaranakkecilsial,barujugamunculdisekolahinimalahdijadikanbahantertawaan,tch,youlittle.."

"Minum saja, nanti kalau tambah sakit gimana?"

Shura menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. Ia menarik nafas dalam dalam; dan mengulanginya beberapa kali. Keadaannya membaik, walau hanya untuk beberapa saat. Tapi paling tidak masih ada waktu untuk menghabiskan waktu bergembira disini.

"Shura minum obat di kamar saja, terimakasih" Sahutnya pada si guru pangeran, gadis rambut coklat yang jadi pengiring raja, dan anak lelaki yang berpenampilan tabib.

Shura tersenyum lagi saat melihat seorang gadis kecil yang bernyanyi riang datang mendekat.

"The fourth one said, 'Let's take a dip."
Gadis itu bersenandung dan menunjuk Shura.
Instingnya bergerak mengatakan : Ini sebuah game

Game? Kalau begitu Shura akan mengikuti permainannya sampai akhir. Gadis berambut lurus dan panjang itu mengikuti arah nyanyian [Rin] yang ditujukan pada orang berbeda.
Dan tiba tiba berhenti saja di depan pemuda yang rambutnya silver.

"Lagu Rin cuma sampai lima... Rin bingung..."
Didengarnya sanggahan dari gadis kecil yang bernyanyi. Tapi ini berarti si pemuda silver takkan bisa ikut game ini, dong?

Ah, Shura perlahan bangkit berdiri dan menghampiri Rin yang sudah berubah jadi Jaksa Penuntut. Shura berbisik pada Rin;
"Kalau begitu buat saja lagu yang ke-enam..."

Ai masih tertawa. Sampai seseorang datang (Rin). Ai menghentikan tawanya. Malu.

"The third one said, 'I want to sleep.'" katanya bersenandung sambil menunjuk dirinya. Ai balik mengarahkan telunjuknya pada dirinya sendiri sambil setengah menggeleng bingung. "Kamu ngantuk?", tanya Ai polos.

"err,ability apa? sepertinya kita berbeda Ability deh.. e..eheheh.", cowok yg baru datang sebelumnya menjawab. "Aku laten. laten ability. Kamu?" balas Ai sambil senyum geli. Melirik orang-orang yang ada, jangan-jangan dia(Aragaki) mengira kalau ini persiapan festival.

"...sang raja datang melamar pengiringnya!", gadis kecil nan imut itu berucap. OMG. Whaats??? Lamar??? Mata Ai melotot saking terkejutnya.

"....."

Imajinasi anak ini amat mengagumkan. Tapi juga mengerikan. Mungkin ada baiknya kalau di klarifikasi dulu. Tidak. Lebih baik tanya dulu siapa sebenarnya dia.

"Adik manis. Siapa namamu?", tanya Ai lembut sambil jongkok didepannya. "Siapa itu pengiring raja? dan siapa raja nya?", tanya Ai ramah. Takut nanti adik kecil itu menangis.

"Kalau begitu buat saja lagu yang ke-enam..." Shura yang tampak sudah baikan ikut bicara. Kelihatannya ia kelihatan gembira.

"Setuju dengan, shura-san?" sahut Ai menyetujui. "Apa sudah merasa baikan?" tanya Ai pada Shura.

Wuuuuuuuussssssssssshhhh... CRANG! SFX biasa yang terdengar kalau Alicenya sudah membuat petasan,sudah terdengar.

"Its my Chance!AAAH!!"teriak Aragaki sambil asal melempar petasannya keluar.

......DHUAARRR!!

.....DHUAARRR!!


Ai yang tadinya jongkok langsung duduk saking kagetnya. Kakinya lemas.

"Kenapa malah main petasan disini?", tanya Ai lemah pada cowok yang melempar petasan itu. "Bikin kaget saja.",tambah Ai sambil menutupi wajahnya dengan tangan.

"Gotta Bounce~"bisik Aragaki di dekat telinga si cewek dari Laten Ability itu.

"KABUR!!" teriak Aragaki sambil melepas semua kostumnya,dan lalu kabur.

[OUTTA HERE! ]

Shieru mengedarkan pandangannya dengan ngeri, meskipun tetap saja ekspresinya datar, hanya memucat sedikit. Bisa ya lorong sekolah diubah jadi setting kerajaan begini? Pikirnya.
Dan seorang anak laki-laki serta gadis lain yang lebih kecil dengan rambut kuncir dua berwarna hitam, melewati kumpulan orang-orang aneh ini.

Gadis itu bernyanyi riang sambil menunjuk mereka satu persatu. Apa-apaan ya ini? Kenapa setiap gadis kecil berkuncir dua lewat mereka selalu menunjuk-nunjuk orang? Apalagi yang akan terjadi sekarang?
Mungkin sebaiknya setelah ini biar aku saja yang menunjuk mereka satu-satu.. Gerutu Ciel dalam hati. Ketika itu Rin sudah sampai di depannya, mengarahkan telunjuknya namun tidak melanjutkan lagunya. "Lagu Rin cuma sampai lima... Rin jadi bingung..."

"........." Wew~ Ciel mengernyit sedikit. Walaupun ia tidak mengutarakan protes, dalam hati ia sakit hati juga nggak kebagian lirik lagu. Gadis yang tadi sakit tampaknya sudah membaik dan membisikkan sesuatu pada Rin. Pandangan Ciel langsung dialihkan pada Kirimi, ngambek sama Rin ceritany *PM dijatuhin* yang sekarang mengubah Aragaki menjadi raja dan dengan riang menunjuk Rin sambil berseru, [i]"Jaksa penuntut!"

Belum sempat menyadari kondisi yang semakin janggal ini, suara sesuatu yang meledak membuat Ciel spontan berjengit mundur dari tempatnya.
Benar-benar menyebalkan... Ciel lansung mengangkat jarinya ke arah asal ledakan.
Sebelum sempat mengaktiifkan alicenya pada si pembuat onar, Aragaki, orangnya sudah keburu kabur. Ciel hanya menghela napas dan kembali berdiri di posisi semula.

"Err... Adik kecil... I-Ini apa? Ahahahaha..."

Kirimi menoleh ke arah sang raja, kemudian tersenyum lebar, "Raja datang untuk melamar nona pengiring kan?"

"Adik manis. Siapa namamu?"

Pertanyaan yang dilontarkan oleh nona pengiring padanya membuat perhatian gadis kecil itu teralih, "Kirimi!" jawabnya nyaring dan mantap.

"Siapa itu pengiring raja? dan siapa raja nya?"

"Ckckck," Gadis kecil itu berkacak pinggang, berlagak sok dewasa, "Nona pengiring malu-malu ya!" ujarnya sambil menunjuk Ai dengan telunjuk kecilnya, "Padahal raja sudah repot-repot datang untuk melamar nona pengiring, lho..."

DHUAAAR!!

"...hiee!" Kirimi terkaget-kaget ketika mendengar ledakan yang dibuat oleh sang raja. Mata besarnya menatap sang raja yang berbisik sesuatu pada nona pengiring kemudian pergi begitu saja dari tempat itu.

"Ah! Pasti janjian untuk melamar di tempat lain..." Gadis itu mengatupkan kedua tangannya, "Uwah, cinta terlarang..." gumamnya dengan mata berbinar.

Rin hanya tersenyum saja ketika beberapa orang terlihat bingung dengan lagu yang ia nyanyikan. Melihat anak laki-laki berambut perak di depannya (Shieru) sedikit mengernyit Rin jadi semakin bingung. Salah Rin ya, orang itu jadi marah...?

Rin menatap laki-laki itu dengan perasaan bersalah. Kalau saja tadi ia tidak memilih lagu itu, pasti orang itu tidak akan marah pada Rin...

"Kalau begitu buat saja lagu yang ke-enam..." bisik seseorang di dekatnya. Rin menatap gadis yang berbisik padanya itu dan melebarkan matanya dengan bingung. Rin kan bukan kom... kompres.. kompresor? yang membuat lagu. Rin tidak bisa membuat lagu~

"Jaksa penuntut!

Pof!

Baju Rin seketika berubah. Rin tidak mengenali pakaian yang sekarang ia kenakan itu. Dengan muka polos ia bertanya entah pada siapa, "...jaksa penuntut itu apa?"

DHUAAAR

Suara ledakan yang keras itu mengagetkannya dan membuat Rin jatuh menabrak anak laki-laki berambut perak yang ada di dekatnya (Shieru) dan juga tanpa sadar menarik gadis yang berbisik padanya (Shura).

"Uuaa~!!"

"Kirimi!"

Gadis itu menjawab pertanyaan Ai dgn mantap.

"Ckckck," Kirimi berlagak sok dewasa. "Nona pengiring malu-malu ya!"

Mata Ai serasa hampir keluar mendengarnya. Untung cepat menguasai diri. Bukannya terasa marah, malah geli pada ucapan Kirimi.

"Padahal raja sudah repot-repot datang untuk melamar nona pengiring, lho..."

Ai memejamkan mata. Menahan kegeliannya yang semakin menjadi. Bibirnya tidak bisa menyembunykan senyuman kegeliannya.

"Ah! Pasti janjian untuk melamar di tempat lain..."

Ai menahan tawa. tangannya menutupi wajahnya.

"Uwah, cinta terlarang..."

"Bwahaaaahhaaaa..."

Ai tidak bisa menahan diri lagi. Ia mencubit pipi Kirimi pelan sambil tertawa dengan kedua tangannya.

"Kirimi chan, tidak ada cinta terlarang lho.... Juga tidak ada janjian ditempat lain.. " jelas Ai sambil tertawa. "Nanti dihukum jaksa penuntut lho..", lanjutnya sambil mengedipkan mata ke arah gadis yang ditunjuk jaksa penuntut.(Rin)

"Bagaimana kalau Kirimi chan saja yang melamar sang pangeran...?" saran Ai sambil melirik orang dewasa (Byakuran). Ai ingin sedikit mengerjai Kirimi.

"Pa-Pangeran rendah hati ya... Hie! Jangan harap Kirimi akan tertipu!

BYakuran makin bereswete. Sebetulnya Ia ingin langsung kabur seperti yang dilakukan oleh anak Technical yang baru saja masuk dan meledakkan semacam petasan tadi, (Ingatkan BYakuran untuk menyiksa err-- salah.. salah.. maksudnya, mendisiplinkannya di ruang kerjanya kalau suatu saat bertemu nanti) Tapi... dilain pihak, Ia tak ingin anak ini merasa 'ditinggalkan', yaa... yang semacam itulah. Apa mau dikata, walaupun tidak terlihat dari luar, sebetulnya Byakuran cukup perduli juga dengan anak kecil. Karena... masa kecilnya sendiri, tidak bisa dibilang 'baik dan penuh dengan perhatian'. Setidaknya, Ia ingin anak-anak kecil ini merasakan umm... sedikit 'perhatian'. Begitulah kurang lebih. gak jelas x3;; pm ngantuk

"Tapi yang saya katakan tadi adalah fakta.."

Ujarnya sekali lagi, berusaha meyakinkan gadis berkuncir dua di depannya ini. Tentu saja setelah terheran-heran dengan 'fenomena' aneh yang kembali terjadi disekitarnya. Entah sejak kapan, Elementary School Places berubah menjadi seperti Westminster Abbey di Inggris ketika pelantikan sang Ratu pada tahun 1800-an. Penuh dengan pakaian kerajaan bergaya klasik.

"Bagaimana kalau Kirimi chan saja yang melamar sang pangeran...?"

Sebuah pertanyaan itu muncul begitu saja dari mulut seorang gadis yang sepertinya berasal dari Laten. Ukh... sekali lagi. Tolong ingatkan Byakuran untuk memperbicangkan masalah ini pada Osaki Hime setelah semua ini selesai. Jujur saja, anak-anak Laten menyimpan potensi yang bisa dibilang 'berbahaya' dalam hal mengerjai-orang-tanpa-sadar.

"......."

DHUUAAARR

Ledakan mega yang mengagetkan, muncul di sela-sela kegembiraan para anak yang sedang bermain. Shura kaget, tentu saja. Pelaku peledakan massal ini malah kabur tak bertanggung jawab.
Shura rasa semua orang disini akan kaget, karena tiba-tiba anak kecil yang menyebutkan namanya sendiri 'Rin' telah jatuh dan menarik Shura.
Tanpa pertahanan, ia ikut jatuh.
Well?
Menabrak pemuda silver juga.





OOC@Ameh : Sorry, Me

oot :: @ all :: astaga, kagak ol sehari doang udah gila gini ceritanya...

---
"Tabib kerajaan!"
Boof!
whew.
pakean aoki yang santai, kaos hitam dan celana pendek jeans serta sneakers, berubah menjadi errr.... gamis ala tabib, juga dengan tasbih di tangannya (makjannn, PMnye aja kagak tau ni baju apaan. *cari cari di wiki*).

Dannn~ beberapa orang disekitarnya berganti kostum menjadi aneh-aneh. Wadehelitisarggghhh! Mereka udah kayak pasukan anak teater siap tampil.

Tiba-tiba...
DHUUARR!

Well, ada yang main petasan, kah? Petasan itu menyebabkan seorang gadis terjatuh, dan sekarang terduduk lemas, dan terjadi tabrakan beruntun antara seorang gadis yang memanggil dirinya 'Rin', gadis yang ia tolong dan pemuda berambut silver. Dan pemuda tinggi yang bermain petasan itu pergi begitu saja.

Okeii, kembali ke pangeran dan putri, dan seorang pengiring raja.

"Well, non. Kau meracuni pikiran anak kecil..." kata Aoki pada gadis yang sedang berbicara dengan gadis yang mengaku bernama 'Kirimi'. "Coba kau kesini" Aoki memanggil kedua gadis itu, membisikkan sesuatu kepada mereka berdua, lalu melirik iseng ke arah guru itu(Ranran). "I think it'll be fun, isn't it?" Aoki tersenyum manis.

---
i'll take my revenge. khukhukhu~
Kirimi en Ai, saia PM okeh~!

"Hmmp~"

Ai menahan tawa memperhatikan wajah orang dewasa itu. Geli. Membayangkan berbagai reaksi yang mungkin dilakukannya.

Dan ada beberapa orang yang terjatuh dan saling tabrak.

"Hei, kalian baik-baik saja?", tanya Ai pada ketiganya sambil masih terus tersenyum geli.

"Well, non. Kau meracuni pikiran anak kecil..." Tabib kerajaan, seorang yg dikatakan begitu oleh Kirimi chan menegurnya. Ai hanya tersenyum geli ditegur begitu. Malh semakin ingin mengerjai.

"Coba kau kesini", panggil nya. Ai mendekati orang itu.

"I think it'll be fun, isn't it?" ujarnya. Rupanya Ai dapat pendukung. Membayangkan bagaimana nanti sudah membuatnya geli sendiri.




"Akh~..", tiba-tiba Ai teringat akan suatu hal. Sesuatu yang tertinggal dikamarnya.

Ai menjadi cemberut. Sebal karena tidak dapat mengikuti lanjutan kisah ini.

Ia pun berbalik dan pergi.

[out]

ooc=maaf saya edit

"Nanti dihukum jaksa penuntut lho..." kata nona pengiring seraya mencubit pipinya pelan.

"Uh-uh," Gadis kecil itu menggeleng yakin, "Jaksa penuntut tidak akan menghukum Kirimi karena... Karena disana ada Hakim Agung!" jawabnya seraya tersenyum lebar dan menunjuk ke arah Hakim Agung berwajah murung itu. Apa yang dipikirkan anak ini? Ya, tak lain tak bukan, adalah cinta terlarang antara tuan Hakim Agung dan nona Jaksa Penuntut. Atau cinta segitiga antara Koki-Hakim-Jaksa? Bisa jadi. Tentu saja setelah gadis kecil itu melihat nona Koki dan tuan Hakim ditimpa oleh nona Jaksa.

"Bagaimana kalau Kirimi-chan saja yang melamar pangeran...?"

Mata Kirimi yang besar menjadi semakin membesar, "Pa-pangeran?" gadis kecil itu menoleh ke arah pria di dekatnya dengan wajah sedikit memerah.

Popp! Popp! Popp!

Bunga-bungaan yang tadinya sempat menghilang kembali bermunculan. Burung dan kupu-kupu dalam jumlah banyak mulai masuk ke dalam ruangan melewati jendela, suara serenade ala sinetron picisan yang mengalun lembut mulai terdengar dari kejauhan. Langit terlihat berubah warna jadi pink(PM menahan diri untuk tidak muntah), "Ki-Kirimi-"

"Yang saya katakan tadi adalah fakta.."

GLEGGGARRR!!

Kata-kata sang pangeran langsung menancap di hati gadis kecil itu. Bunga-bungaan yang tadinya bermunculan mendadak berubah menjadi Raflesia Arnoldi. Burung-burung yang berterbangan menjelma menjadi kelelawar penghisap darah manusia, kupu-kupu berubah menjadi nyamuk demam berdarah, langit menjadi suram dengan guntur bersahut-sahutan. Dan suara serenade sekarang telah berubah menjadi rintihan menyayat hati korban busung lapar di Etiopia.

"IT-ITU TIDAK BENAR!"
(backsound: "ibu, nasinya kapan mateng ibu? ibu, saya sudah laper, bu.")

Mata gadis kecil itu mulai berkaca-kaca, "Kirimi benci pangeran!" pekik gadis kecil itu kemudian berlari menyusuri koridor Elementary dan perlahan mulai menghilang dari pandangan orang-orang disana.

...Begitu juga Alicenya.

[OUT]

==
oot: sori out duluan x3;;

"Wah.... dia malah kabur...."

Ujar BYakuran sambil ber-swt ria. DIa sih cukup senang juga Anak kecil itu pergi, tapi... dilain pihak, Ia merasa agak err-- gimanaaa gitu. Menyakiti anak kecil bukan sesuatu yang bagus bagi guru bukan? Siapa tahu Ia bisa dipecat atau yang sejenis itu.

Aaaaaaaaaaaaaaa??
"Wah, sepertinya rencana kita gagal, eh?" Aoki melirik gadis yang ia panggil itu. Well, anything is back to normal.

"Errrr? Siapa nama sensei?" tanya Aoki, memandang oom-oom nista yang fitnah dia yang enggak-enggak, yang sekarang sedang berswt ria (PM mule berpikir ranran pedo). "Tega sekali sensei membuat anak kecil itu... Errr?? Kabur....?"

"Errrr? Siapa nama sensei?

"Nanashi"

Jawab Byakuran dingin pada cowok technical yang memandangnya dengan kedua buah bola matanya tersebut. Bohong kepada cowok yang sudah remaja bukan hal yang salah bagi Byakuran. Ia santai-santai saja. Saking tidak perdulinya dengan cowok bernama Aoki ini mungkin.guru ancur x3;;

"Tega sekali sensei membuat anak kecil itu... Errr?? Kabur....?"

"DIa kabur karena anda berbisik yang tidak-tidak.." jawab Byakuran yang mulai menyalahkan orang lain aka mencari kambing hitam sekaligus Korban Bullying guru nista satu ini. "Sepertinya anda perlu diinterogasi karena mengerjai-anak-kecil-sehingga-membuatnya-kabur" lanjut cowok ini sambil tersenyum dengan wajah Innocent.

Ia menolehkan kepalanya sedikit ke kanan, dan terdiam ketikka menyaksikan tabrakan ala domino antara si gadis sakit, si cowok uban, sampai gadis kecil yang suka nyanyi-nyanyi. Apakah akan terus berlanjut? Kita lihat saja kapan-kapan.

"Nanashi"

"Your name is so beautiful!" kata Aoki.

"Dia kabur karena anda berbisik yang tidak-tidak.."

"Actually, monsignor. Dia teriak 'Kirimi benci pangeran!' sebelum dia nangis lalu lari. So it means you're the bad people in this case, get that?" kata Aoki, menunding guru itu.

"Sepertinya anda perlu diinterogasi karena mengerjai-anak-kecil-sehingga-membuatnya-kabur"

"And i don't even whispered something." kata Aoki, tersenyum.

-------
ahahahahah, w lupa PM mereka berdua, pas udah mao PM malah pege tuh Kirikiri.

"Your name is so beautiful!"

"Anda memuji atau mengejek..." ujarnya datar sambil mengeluarkan 'sesuatu' dari saku bajunya, well... tidak salah kalau Ia pernah dijuluki 'tukang cosplay' di masa lalu. Ia tersenyum kecil lalu membiarkan cowok di depannya menyelesaikan kata-katanya yang bagi byakuran seperti angin lalu saja.

"And i don't even whispered something"

"Sudah selesai?" tanya Byakuran sambil tersenyum kecil. "Ahh saya ingatkan kalau di Elementary ada fenomena aneh dimana seorang cowok yang banyak omong akan menjadi zombie..."

Setelah menyelesaikan kata-katanya, BYakuran mengaktifkan alicenya...

Manipulate Times...

Waktu berhenti sejenak..

"Hmp... ini untuk anak yang banyak bicara.." Byakuran mengeluarkan topeng zombie dari dalam sakunya dan sebuah lem semi permanen yang akan hilang setelah beberapa hari, dan memakaikannya di kepala anak technical tersebut dengan kecepatan tinggi. Lalu... Ia menolehkan kepalanya pada gadis yang penyakitan tadi, dan.. mendekati gadis tersebut lalu memasukkan --lebih tepat disebut memaksa gadis itu menelan--Ultimate Medicine yang berharga sangat mahal..

"Ok..."

Waktu kembali bergerak..

"Betulkan"

Byakuran berbalik lalu berjalan keluar dari sana... dengan sangat santai... seakan-akan tak terjadi apa-apa sebelumnya...

[out]

---

ooc : topengnya

Spoiler:

oot : topengnya gak bakalan lepas klo' anda gak ketemu lagi sama char saya *dinjek* becanda x3;

"Hnn?" Aoki dengan bingung meraba sesuatu yang sekarang menempel pada topengnya. "Another mask, huh? Yasudah, tinggal dilepas saja." Aoki membuka topeng yang tertempel topeng yang dikenakannya. "Ahahahah, much better"

"Hei, nona. Sudah lebih baik? Maaf aku tak dapat menolongmu lagi. Aku pergi dulu, ya!" Aoki menepuk kepala gaids itu pelan.

"Dah semua!" Aoki berbalik, melambai lalu pergi. Saat melewati tempat sampah, ia membuang topeng itu.

[OUT]

----
Ranran, tak tahukah anda kalau saya memakai topeng?? *evil grin*

"A.... Huff!"

Shura beranjak bangun sambil memegang kepalanya. Ia lalu menatap berganian Ciel dan Rin, berharap semoga mereka baik baik saja.

"A.. anu.. Maaf tadi Shura malah ikutan jatuh" Katanya penuh dengan penyesalan. Sementara itu, suasana makin ribut. Banyak orang yang bicara sampai-sampai Shura bingung, mana yang ditujukan padanya dan mana yang bukan. Bahkan beberapa dari mereka sudah pergi.


Sebelum sempat berpikir, tiba-tiba muncul sekelebat sensasi yang mengubah segalanya pada detik selanjutanya. Apa Shura melamun, ya? Lagipula apa yang tercekat di kerongkongan? Dan anehnya Shura tak merasakan sesak nafas lagi.

Um.. Shura perlu istirahat. Sesuatu membuatnya ngantuk.

"Kalian ajak Shura kalau main lagi, ya" Ia memegang tangan Ciel dan Rin bersamaan sebelum berbalik meninggalkan mereka disana.

[out ]

"Wew~!" Ciel berusaha keras tidak mengeluarkan suara keras saat gadis di sampingnya terjungkal karena terkejut dan menubruknya, membuatnya kehilangan keseimbangan untuk kesekian kalinya hari ini dan nyaris terjatuh. Ketika berusaha menggapai dinding agar kembali stabil, kali ini Shura yang tadi sakit yang terjerembab dan kembali menabraknya.
Sukseslah Ciel terjatuh sekarang. Weleh, weleh.. Nasib memang, tukang bikin orang jatuh bisa juga jatuh...
"Aduh, hati-hati dong..." Gumamnya dengan nada rendah sambil menarik tangan Rin untuk membantunya --sedikit memaksa sih-- berdiri setelah jatuh menimpanya.

Ciel bersungut-sungut perlahan sambil mengawasi kekacauan lain yang terjadi antara Byakuran dan anak kecil yang memanggilnya pangeran. Gadis itu sekarang kabur sambil menangis, namun syukurnya itu mengakhiri pementasan drama aneh yang terjadi di lorong sekolah ini. Yah, lupakan soal wajah Aoki yang sesaat tadi rasanya sempat berubah sedikit menyeramkan...
Anak berambut abu-abu keperakan itu hanya mengangguk singkat saat Shura minta maaf telah terjatuh dan berpamitan untuk pergi dari situ. Mungkin waktu baginya untuk pergi juga, sebelum tempat ini semakin sepi.
"Duluan..." Gumamnya tidak jelas sambil mengangkat sebelah tangannya pada Rin lalu memasukkannya kembali ke saku celananya yang sedikit kelonggaran. Dengan langkah santai seperti biasa ia meninggalkan gedung sekolah barunya entah menuju kemana.

[OUT]

Rin tidak mengerti apa yang daritadi terjadi, ia hanya bisa menangkap kalau Rin tadi jatuh menimpa seseorang yang kemudian ditimpa seseorang lagi. Rin juga tidak mengerti sejak kapan orang-orang yang ada di sana sudah berganti kostum lagi. Ah, sungguh memusingkan sekali tempat ini...

Seseorang menarik tangan Rin untuk membuat Rin berdiri kembali. Memang sedikit kasar, tapi Rin tersenyum dengan penuh rasa syukur.

"Duluan..."

Ucapan anak laki-laki itu saat meninggalkan tempat itu. Rin menatap sosok yang semakin menjauh itu dengan tatapan kagum... Rin belum pernah ditolong oleh anak laki-laki...

...kalau dia adalah gadis pirang yang tadi, mungkin giliran Rin yang akan berkata Pangeran...

Rin tersenyum kecil dan meninggalkan tempat itu dengan hati riang. Tempat ini mengasyikan, sekarang... kemanakah anak pirang yang tadi? Rin ingin berteman dengannya...

[out]