Climbing the tree

Setting :(setelah Kazu dari rapat) Siang hari di bagian dalam Woods yang cahayanya remang-remang. Daerah cukup berbahaya karena banyak ranting tajam dan juga ada rumor bahwa di sekitar sini ada monster yang memakan manusia (isu doang).

Tap...Tap..Tap...Kresekk..

Terdengar langkah kaki dan bunyi dedaunan kering yang terinjak. Seorang bocah berusia 14 tahun pergi ke pedalaman Woods sendirian siang-siang begini. Punya nyali atau justru karena tidak punya otak untuk memikirkan bahayanya? Tidak ada yg tahu. Dengan cekatan, anak ini naik ke atas salah satu pohon besar yang cukup sulit dipanjat, meskipun hampir terjatuh beberapa kali, namun akhirnya dia berhasil sampai di atas. Dari sana tidak terlihat apa-apa selain pohon-pohon lainnya. Tangannya membawa sebuah pisau lipat, entah dari mana.

Siang dengan sinar matahari yang cukup terik. Canon berjalan agak susah karena ada beberapa ranting pohon besar yang kuat setara dengan tinggi tubuhnya menghalangi jalannya. Hari ini, tidak seperti biasanya, ia tidak membawa perlengkapan kesayangannya. Sosok seorang pemuda berambut coklat terlihat di hadapannya. Sosok pemuda yang kelihatannya dingin yang berada di atas pohon.

"Umm.. Kakak.." Canon mendongakkan kepalanya ke atas. Sepertinya anak berambut pirang ini kesasar karena terlalu semangat melihat-lihat barang menarik perhatiannya. "Kakak... tahu jalan pulang?" tanya Canon polos kepada pemuda dingin itu.

Fyuh... untungnya kelas sudah selesai. Siang bolong begini otaknya sepertinya tidak bekerja. Sedari tadi di kelas Hayate nyaris tertidur. Matanya terasa sangat berat. Seperti biasa, pemuda berambut silver ini melepas jas hitamnya kalau jam kosong. Sekarang ia berkeliaran hanya memakai kemeja putih.

Hutan-- entah kenapa bisa sampai di sini. Yeah-- tempat yang nyaman dan sepi-- enak untuk tidur siang sejenak. Di asrama ada suara-suara anak-anak berlari. Padahal usia mereka sudah belasan tahun-- masih saja berlari-lari dan membuat keributan.

Hayate mendongakkan kepalanya. Mencari pohon rindang untuk melindunginya dari panas. Dan-- yang dilihatnya adalah sesoerang-- di atas pohon. Hayate menyipitkan matanya-- melihat orang itu lebih jelas. Dan-- ternyata hanya Kazu-- bocah dari Dangerous. Hayate kembali memalingkan pandangannya dan duduk di bawah pohon itu.

---

((OOC: Ren, anggep aja udah kenal yah, 'kan udah 3 tahun di akademi =3))

OOC : 3 tahun? Kok bisa?
===================
"Umm.. Kakak.."

JLEBB!!!

Tiba-tiba bocah bernama Kazu ini melempar pisau lipat itu ke tanah, tepat di depan kaki Canon, hanya berjarak 3 cm. Sempat Kazu mengira itu adalah musuh dan setipenya.

"Kakak... tahu jalan pulang?"
"..............................." tidak ada jawaban. Yang ada hanya suara daun-daun pohon yg bergesek karena tertiup angin.

Di sana ada kehadiran seorang lagi, yang membuat tempat berbahaya ini semakin ramai saja. Masa anak sekecil ini dan bocah berambut silver itu bisa nyasar di Woods yg sangat berbahaya ini?

JLEBB!!!


Benda tajam yang dikenal Canon sebagai pisau jatuh dari atas, dari pemuda dingin itu, menancap di depan kaki Canon. Ya, hanya jarak yang tipis diantara sepati dan pisau tajam itu. Tangan kecil Canon menariknya dengan susah payah, tetapi ia berhasil menarik pisau yang tertancap di akar pohon besar.

"Kakak, ini milik kakak terjatuh." sahut Canon polos kepada pemuda di atas pohon itu dengan tangan kecil yang melambai-lambaikan pisau milik pemuda dingin itu. Ia menyadari seorang pemuda lagi yang datang, pemuda berambut perak dan sepertinya enggan untuk diganggu. "Umm... Canon harus bagaimana pulang ya?" pikir Canon.

"Kakak, ini milik kakak terjatuh."

Tap..

Kazu turun dari pohon dengan melompat, dan mendarat dengan mulus di depan Canon. Tanpa basa-basi, Kauz mengambil pisau itu. "Anak ini, tidak takut atau terlalu polos?" batin Kazu. "Tidak kaget dengan pisau terjatuh di depanmu?"

"Tidak kaget dengan pisau terjatuh di depanmu?"


"Hum?" Canon memiringkan kepalanya, bertanya-tanya dalam pikirannya. Sebenarnya kalau dibilang terkejut tetap Canon terkejut. Tapi bukan berarti Canon harus berteriak ketakutan karena sebuah pisau. Anak laki-laki berambut pirang itu mengangguk-anggukkan kepalanya pelan dengan wajah polosnya. "Canon terkejut. Tapi, tidak apa." jawabnya entah dimengerti oleh pemuda dingin itu atau tidak.

"Canon terkejut. Tapi, tidak apa."

Kazu menyimpan pisau lipat itu di sakunya dan berjongkok, kemudian tersenyum. "Maaf, ya. Tadi kukira monster sekitar sini." ujarnya dengan nada halus, berbeda dari biasanya. "Kenapa kamu bisa sampai ke sini?" Kazu merasakan 'sesuatu' ketika berada di dekat anak kecil seperti ini.

"Maaf, ya. Tadi kukira monster sekitar sini."


"Disini ada monster ya, Kak?" tanya Canon karena kelihatannya pemuda itu sudah agak berubah 'aura'nya. Dari yang dingin menjadi sedikit lembut. Canon mengangguk-angguk polos, mengerti kalau pemuda dihadapannya ini tidak sengaja menjatuhkan pisau karena berpikir Canon ini adalah monster. "Tidak apa. "


"Kenapa kamu bisa sampai ke sini?"


"Canon tadi jalan-jalan.. Lalu tersasar.." sahut Canon dengan wajah ketakutan. Mungkin hutan ini adalah daerah terlarang bagi siswa-siswa akademi untuk berjalan-jalan. Sedangkan Canon sendiri masih belum begitu menghapal peraturan-peraturan yang masih ada. "Jangan marah sama Canon.." jawabnya lagi.

"Disini ada monster ya, Kak?"
Kazu tersenyum, lalu mengangguk, "Iya. Menurut rumor sih begitu. Tapi tenang saja." Kazu mengusap-usap kepala Canon sambil tersenyum. Kalau di hadapan anak kecil polos begini, mana bisa Kazu bersikap dingin?

"Canon tadi jalan-jalan.. Lalu tersasar.."
"Jangan marah sama Canon.."
"Jadi namanya Canon?" batin Kazu. Aneh sekali seorang anak kecil bisa tersasar sejauh ini. "Hmm, tidak apa-apa. Aku tidak marah kok. Kenapa tadi tidak minta tolong?"

"Iya. Menurut rumor sih begitu. Tapi tenang saja."


Canon memagut-magut dengan ceria sekaligus polos. Ternyata pemuda dihadapannya ini bukan makhluk dingin tanpa perasaan. Pemuda dihadapannya ini seperti seorang kakak yang melindungi adiknya. Tangan kecil Canon menarik pakaian bagian bawah pemuda itu agar tidak terpisah nantinya.


"Hmm, tidak apa-apa. Aku tidak marah kok. Kenapa tadi tidak minta tolong?"


"Canon takut kakak marah.." ujar Canon lirih sambil menutup matanya erat-erat seperti ketakutan. Karena aura pemuda itu lain dari yang lain. Tapi entah mengapa tangannya masih menarik ujung bawah pakaian pemuda itu.

@OOC : Beda gimana toh auranya? 8D
=========================
"Canon takut kakak marah.."
Kazu merasa bagian bawah pakaiannya ditarik oleh Canon. Ahh, dia lupa mengenalkan diri. Oh, biarlah, sudah style Kazu kok. "Marah?" Kazu tersenyum lagi agar Canon merasa tenang, "Tidak akan kubiarkan seorang pun memarahimu, oke?" Kazu meyakinkan Canon agar jangan takut. Well, dan Kazu juga tidak akan membiarkan siapa pun memarahi Canon, kecuali jika ada sebabnya. Namun kita lihat dulu kasusnya. Lagipula sepertinya anak ini bukan tipe pencari masalah.

Kazu dulu juga pernah bertemu dengan anak seusia Canon. Seorang gadis bernama Cyalle. Namun belakangan ini, Kazu tidak melihat anak itu.

Mukuro pun membuntuti Kazu, matanya yang tajam melihat dengan cepat ke mana bocah itu pergi. Senyum sadisnya mengembang di wajah begitu dia melihat bocah itu pergi ke arah woods. Seperti yang sudah dia katakan, waktu memberikan 'hukuman' sudah tiba. Mukuro pun menunggu di balik salah satu pohon, diam-diam mengamati Kazu. Beberapa orang datang dan akhirnya bocah itu turun juga dari pohon.

Melihat kesempatan ini, Mukuro pun dengan cepat berpindah tempat ke belakang Kazu. Suara yang keluar dari balik bibirnya begitu dingin, dan karena jaraknya yang amat dekat pastilah nafas Mukuro terasa di leher Kazu.

"Siap untuk 'hukuman' karena tidak mau ikut, bocah?" tanya Mukuro sambil tersenyum. "Kenapa kau tidak mau ikut?"

"Marah?"
"Tidak akan kubiarkan seorang pun memarahimu, oke?"


Canon memagut-magut, takut karena pemuda itu marah atau mungin menganggunya. Tapi pemuda itu malah bersikap lembut kepada Canon. Kedua tangan kecil Canon memegang tangan kiri pemuda itu dan mengayun-ayunkannya senang. Ternyata pemuda itu memang seorang pemuda yang baik.

Sesosok bayangan yang membuat Canon sedikit terkejut. Ada seorang pemuda yang lebih tua mendadak sudah berada di belakang pemuda berambut coklat. Pemuda itu mengatakan sesuatu tentang 'hukuman'. Jangan-jangan pemuda itu dihukum karena sudah mengijinkan Canon masuk ke area hutan akademi? Canon segere menarik tangan pemuda itu, menjauhkan kakak berambut coklat itu dari sergapan pemuda berambut biru tua.

"Kakak ini tidak bersalah! Dia hanya membantu Canon!" sahut Canon berada di depan kakak berambut coklat itu, ingin melindunginya.
-----------------------------
OOC : Aura manusia biasa dgn aura manusia tdk biasa

"Siap untuk 'hukuman' karena tidak mau ikut, bocah?" tanya Mukuro sambil tersenyum. "Kenapa kau tidak mau ikut?"
Kazu terbelalak, sedikit kaget. Ternyata benar saja, dia dibuntuti sampai sini. Ternyata sejauh itu tindakan sang perancang host. Pantas saja dari tadi Kazu merasa aneh. Ternyata bukan dari anak itu, namun Muku yg ternyata bersembunyi di situ. Dengan sigap Kazu menarik Canon ke belakangnya. "Kenapa? Tidak senang?" ujar Kazu dengan nada dinginnya lagi.


"Kakak ini tidak bersalah! Dia hanya membantu Canon!"
"Canon, bisa menjauh?" bisik Kazu yang kemudian berjongok agar Canon mudah mendengarnya, "Sebaiknya kamu jangan muncul di hadapan pemuda itu yah."

"Canon, bisa menjauh?"
"Sebaiknya kamu jangan muncul di hadapan pemuda itu yah."


Canon menggeleng-gelengkan kepalanya. Tangannya masih memegang tangan kanan pemuda itu, tidak mau berpisah. Wajah Canon terlihat sedih dan matanya berkaca-kaca. Pemuda berambut coklat dihadapannya ini tidak salah sama sekali. Bola mata safir milik Canon menatap pemuda berambut biru itu takut-takut, takut dimarahi oleh guru tentunya.

"Canon... Kakak-kan tidak salah.." sahut Canon lirih menundukkan kepalanya.

OOC : aura beda? gw msk yg normal bukan? *btw tadi perasaan tangan kiri deh. Oh, biar deh.* si Muku ga OL jd susah nih ==a
===============================
"Canon... Kakak-kan tidak salah.."
"Tolong sembunyilah sebentar." bisik Kazu masih dalam posisi berjongok. Tangan kanannya ditarik oleh anak itu. Terasa aneh, namun damai. "Atau kita kabur saja?"

OOC : Uda males liad yg bagian depan , kl salah y udah lah. Iya nih, dede tsu-nya mana? *digeplak tsu krn manggilnya dede*
-----------------------------
"Tolong sembunyilah sebentar."
"Atau kita kabur saja?"


Canon terdiam, berpikir sementara tangannya masih mengenggam tangan pemuda itu dengan erat. Ia mengangguk-angukkan kepalanya. Mungkin sebaiknya menuruti kata-kata pemuda berambut coklat itu. Pemuda berambut coklat yang seperti kakaknya itu mungkin bisa melakukan sesuatu.

"Canon akan sembunyi." sahut Canon. Ia berlari kecil dan bersembunyi di balik sebuah pohon sambil mengintip, dia ingin tahu dengan apa yang akan terjadi. "Hati-hati.." ujarnya lirih khawatir kalau pemuda itu akan terjadi apa-apa.

[[Numpang bentar x3]]


Mion melangkahkan kakinya dalam rangka melakukan Spider Hunting. Ga mungkin kalau hal ini dilakukan di tengah kota. Jadi, disinilah Mion berada; di tengah hutan.

Untunglah banyak pohon besar yang sudah tua, tempat tinggal laba-laba dari masa ke masa.
Tapi Mion terus masuk ke dalam, ia ingin pohon yang paling besar dan rindang. Kaki nya membawa gadis gila itu entah kemana. Sebelah tangannya memegang sebuah botol kaca yang kosong, sementara botol yang satu lagi ada di dalam saku.

".............."
Mion terhenti. Ia memandang lurus ke arah pohon besar yang menjulang kokoh. Mungkin bisa dilakukan disini, ya?

Sayangnya.... Disana sudah ada orang. Pemuda dari Dangerous berambut coklat yang sedang memanjat pohon itu, pemuda lain yang berambut silver, dan anak kecil.
Mion sempat berpikir kalau-kalau mereka semua sedang melakukan hal yang sama dengannya, namun sepertinya tidak. 'Kazu', sebutan orang lain terhadap pemuda Dangerous yang tiba tiba melempar pisau pada anak kecil dibawahnya.

Kazu itu sudah pernah berada diatas pohon, jadi dia mungkin tahu ada apa diatas sana. Segeralah Mion menghampirinya dan mengambil jarak 2 meter .

"Diatas sana.. ada laba-laba?" Tanya Mion pada Kazu; sambil melirik pohon besar itu.

Belum sempat mendengar jawabannya, datang 'sesuatu' di belakang Kazu. Oh..
Itu si pemimpin rapat yang bisa bicara bahasa aneh, kalau tidak salah mereka memanggilnya 'Muku'.

Mion mencoba membaca keadaan. 'Kazu' dibuntuti 'Muku' karena suatu hal. Anak kecil yang disana ikut merasa bersalah, dan 'Kazu' berusaha melindunginya dengan cara menyuruhnya bersembunyi. Benarkah begitu?

"Canon akan sembunyi."
"Hati-hati.."
Jujur. Alice Kazu tidak berguna saat ini, kecuali dia bisa meniru alice orang-orang yg ada di sana. Kazu hanya mengangguk lemah pada Canon yg bersembunyi di balik pohon.

Tak disangka, ternyata ada satu orang lagi di sana. Siapa? Anak dangerous juga yang jelas. Tapi Kazu tidak tahu siapa namanya, atau justru tidak ingat? Ah, whatever.

"Diatas sana.. ada laba-laba?"
Kazu menoleh. Pengganggu. "Sepertinya ada, mungkin tidak." jawab Kazu tidak jelas. Dia mundur perlahan, tepat di samping Mion dna berbisik. "Tunjukkan alicemu, sekarang."

"Sepertinya ada, mungkin tidak."

Itu bukan jawaban yang diharapkan Mion. Hanya ada 'YA' atau 'TIDAK'.

Tapi biarlah, Mion coba mencari tahu sendiri. Ia berdiri diam, mukanya menengadah ke atas. Mata nya kosong seperti melamun; tapi bukan-- Ia sedang berusaha menerobos tiap celah daun. Mencari hewan kecil yang bersarang disana. Tapi ia tak temukan satupun laba laba!

Mion kesal, ia maju sedikit mendekati pohon. Dan....... OMG!

Dia lihat banyak sekali sarang laba-laba di pohon itu. Tadi tidak terlihat karena kamuflase matahari yang menyilaukan mata.
Sekali lagi, ada banyak laba laba. Mata Mion masih dapat menjangkau mereka, senang sekali!

"Tunjukkan alicemu, sekarang"

Mion mendengar Kazu berbisik. Memintanya menunjukkan alice Mion? Ok, ia menyeringai jahat sambil tetap terpaku pada gerombolan laba laba hitam di pohon.

"Semuanya, ya?" Gumamnya senang. Mion menggerakkan jari telunjuknya naik-turun sambil masih melihat keatas. Sepersekian detik berikutnya, semua laba laba yang ada dalam jarak pandang Mion-- jatuh monoton secara bersamaan dari jaring mereka. Hujan laba-laba. Mendarat tepat diatas orang-orang yang ada dibawahnya.
Mion menatap hujan laba-laba itu dengan seringai puas dan mata yang membelalak, seperti sedang melihat peristiwa hujan kapas yang menyenangkan [?].

"Kakak ini tidak bersalah! Dia hanya membantu Canon!"

Alis mata Mukuro naik sebelah. Uh, kepalanya masih pusing karena dia masih mabuk, jadi dia tidak terlalu bisa mengerti apa yang dikatakan anak kecil di sana. Heran, apa hubungannya membantu anak kecil itu dengan host club? Mukuro tidak habis pikir. Tapi dia menyeringai kecil, agak lucu juga melihat bocah itu 'digemari' anak yang masih kecil itu.

"Bocah, kau tidak mengerti. Ini bukan hukuman karena kau atau apa," kata Mukuro pelan, nafas yang keluar dari mulutnya pastilah beraroma minuman keras.

"Kenapa? Tidak senang?"

"Sebenarnya, anak kelas Dangerous sudah diingatkan untuk ikut semuanya, dan kurasa aku sudah memberitahumu konsekuensi bila kau tidak ikut," jawab Mukuro santai. "Kau sendiri yang bilang sering bosan, lalu kuberi kau sesuatu untuk dikerjakan tapi kau malah menolak, eh? Maumu apa sih?"

"Bocah, kau tidak mengerti. Ini bukan hukuman karena kau atau apa,"


Canon terkejut. Ternyata kakak berambut coklat itu bukan dihukum karena Canon masuk ke dalam area Woods. Dari pandangan Canon yang tengah bersembunyi, ada aura tidak menyenangkan muncul dari pemuda berambut biru itu dengan model rambut yang mirip dengan buah nanas. Dan pandangan pemuda berambut biru itu juga tidak terlalu fokus, seperti tengah mabuk.

Apa yang bisa dilakukannya? Kakak berambut coklat itu akan dihukum oleh pemuda berambut biru yang sepertinya adalah guru itu. Kaki kecil Canon segera berlari kembali kepada kakak berambut coklat itu dan berlindung di belakang tubuh pemuda berambut coklat yang sudah seperti kakaknya itu. Bagaimanapun Canon ingin menolong kakak berambut coklat ini dari hukuman gurunya.

Mendadak hujan benda-benda aneh, mungkin tepatnya hujan laba-laba. Makhluk berkaki enam itu jatuh dari atas, ada beberapa yang jatuh ke kepala Canon. Tangan Canon mengambilnya dan meletakkannya di atas tanah. Sepertinya Canon tidak takut dengan laba-laba entah mengapa. Gadis berambut hijau itu sepertinya yang melakukannya.

"Kakak, ayo kita lari." bisik Canon kepada kakak 'coklat' itu.

"Semuanya, ya?"

Kazu sempat bingung. Apa yang dimaksud dengan semuanya itu. Ternyata banyak laba-laba yang tiba-tiba turun dari pohon tempat dia duduk tadi. Kazu justru tidak sadar."Laba-laba? Tidak berguna/" batin Kazu.

"Bocah, kau tidak mengerti. Ini bukan hukuman karena kau atau apa,"
Kazu terdiam sejenak dan menatap Mukuro, "Aku tidak mengerti maksudmu."

"Sebenarnya, anak kelas Dangerous sudah diingatkan untuk ikut semuanya, dan kurasa aku sudah memberitahumu konsekuensi bila kau tidak ikut,"
"Kau sendiri yang bilang sering bosan, lalu kuberi kau sesuatu untuk dikerjakan tapi kau malah menolak, eh? Maumu apa sih?"
"Apa wiski tadi membuatmu mabuk?" bisik Kazu di dekat Mukuro, "Padahal kupikir cara berpikirmu lumayan bagus. Ternyata hanya segitu. Jelas aku tidak mau melayani orang lain." jelas Kazu dengan nada dingin tanpa menatap Mukuro.

"Kakak, ayo kita lari."

Canon. Ternyata dia berlari ke belakang Kazu. Kabur? Saat ini ada 2 hal yg dipertimbangkan Kazu. Menyelesaikan urusan ini dan membuat si nanas mengerti atau lari dan bersiap untuk dikejar. "Entahlah. Ada ide mau ke mana?" bisik Kazu.

"Entahlah. Ada ide mau ke mana?"


Kali ini Canon menggeleng-gelengkan kepalanya ketika kakak 'coklat' itu menanyakan sebuah pertanyaan. Ternyata pikiran anak-anak memang terlalu pendek. Canon merasa bersalah karena sudah membuat keputusan yang salah. Di hutan yang lebat ini mereka akan lari kemana. Lagipula seorang guru mempunya kemampuan yang lebih kuat dari murid-muridnya. Mereka lari juga pasti akan dikejar sampai dapat.

"Maaf.. Canon tidak berpikir panjang dahulu.." sahut Canon lirih, merasa bersalah. Tangannya mengenggam erat pakaian bagian bawahnya. Tanpa berpikir panjang [lagi], Canon berdiri di depan kakak 'coklat. "Pak Guru, Canon mohon kakak ini tidak dihukum." lanjutnya. Semoga Pak Guru itu benar-benar melepaskan kakak 'coklat' ini.