Work--done?

oot: disini niatnya RP bareng Kaede, tapi free for all ko >3

Timeline: Sore. Matahari terbenam

---

"........Selesai juga" Rupanya, dari tadi Tomomi mengerjakan laporan apa yang akan dilakukan Dangerous Class di festival.

Padahal, sebenarnya nggak perlu. Kenapa kira-kira dia?

Tampak dari jendela, matahari sedang terbenam.

".....Mako.....to" gumamnya. Dia memang masih kangen dengan Makoto, tapi dia banyak yang harus dikerjakan olehnya....

Junior High.

Bangunan yang sudah lama ingin diruntuhkan dan dihancurkan oleh Kaede si Raja Pengacau. Kenapa? Jangan tanya kenapa. Jawabannya saja sudah jelas, kalau di sekolah selalu ada guru yang menghalangi anak-anak untuk mengacau. Heran. Ada apa dengan mereka, dan apakah motif mereka sesungguhnya?

--Well, kalau itu mau mereka, yaitu menghalangi Kaede beserta anak buahnya untuk mengacau, siap-siaplah untuk mati.

Kaede masuk ke bangunan sekolahnya. Apalagi kalau bukan untuk mengacau. Sebelumnya, ia membuka pintu lalu keluar kemudian menendang tong sampah sehingga isi sampahnya berhamburan keluar. Sampah yang berisi dengan gumpalan kertas, sampai dengan makanan. Uhuuuy.

"Mau main?" tanyanya kepada orang yang kebetulan berada di situ.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------

((OOC: Orang di situ = Tomomi))

"Jangan sembarang menumpahkan tong sampah" ujar Tomomi agak marah.

".....Bereskan" ujarnya singkat.

Hoo, bereskan, katanya?

Cuih.

Semua orang tua pasti selalu begitu. Kalaupun orang yang berada di hadapannya sekarang ini masih muda, berarti entah mentalnya yang sudah berumur uzur atau memang dia berlagak sok tua. Kalau orang tua, itu wajar. Biasanya mereka juga begitu kan pada anak-anak mereka?

Kaede...

...Ingin sekali merasakan bagaimana rasanya hidup tanpa diatur-atur oleh orang tua.

"..."

Kaede kemudian memunguti sampah-sampah itu dengan kedua tangannya, sambil dalam hati berharap perempuan yang entah sok tua atau benar-benar sudah tua itu mengiranya akan membereskan sampah yang kini sudah berada di tangan Kaede.

".....asal kau tahu, aku guru dari Dangerous Class" ancam Tomomi mengalihkan pandangan ke matahari terbenam.

Sesekali dia melihat ke Kaede, sambil siap-siap menarik pita rambutnya kalau ia berbuat macam-macam.

"Hoho! Pelanggaran!"

Kaede telah mengaktifkan alicenya. Guru--Maksudnya guru yang sok tua itu sudah mengancam Kaede dengan bersiap-siap menarik sesuatu yang kemungkinan besar adalah controllernya--Apalagi kalau bukan pita rambut si guru sok tua itu. Mentang-mentang dirinya lebih tua daripada Kaede, ya?

Tua-muda, besar-kecil, semua sama. Semua pasti akan dapat bagian sama yaitu kekacauan yang datangnya dari Kaede.

Setelah mengaktifkan alicenya, ia menon-aktifkannya lagi. Kemudian, ia melemparkan sampah-sampah itu ke arah yang tak tentu. Setelah itu, ia menginjak-injak sampah yang memang ada kotorannya dan kotoran itupun berhamburan di seluruh isi kelas.

Tinggal bagaimana guru cewek sok tua itu menanggapinya.

------------------------------------------------------------------------------------------------

((OOC: kata2 yang diganti = guru --> murid, wekekeke *disambit*))

"Beraninya" Tomomi mulai marah.

"apa kugunakan aliceku?" Tomomi berpikir sebentar.

"Tidak..." Tomomi mengambil HPnya dan menelpon cleaning service.

"Biar mereka yang akan membereskannya. Sekarang, hukuman untuk anak sepertimu" Tomomi melepas pitanya.

"Tomomi, ini hanya untuk mengancam. Kamu nggak akan melukai dia..."

Rambut Tomomi berubah jadi 3 bilah pisau.

Kennard baru saja keluar dari Central Town, dan kini ia ingin menuju bangunan sekolahnya. Tapi dasar Kennard bego, ia malah tersasar dan akhirnya salah masuk ke dalam bangunan Junior High. Buta arah sudah tak tertolong, ditambah kebegoan yang luar biasa hebatnya. Formula dari kedua variabel itu akan memunculkan hasil seorang Rinne Kennard.

Entah angin apakah yang membuatnya ingin di Junior High School lagi. Mungkin, karena otaknya hanya bisa sampai situ? Mungkin, mungkin saja. Tapi, terkadang anak Junior High ada juga yang lebih cerdas dari dirinya yang sekarang.

--Ah, sudahlah.

Kennard memang bodoh. Ia dan semua orang yang pernah bertemu dengannya juga pasti tahu itu.

Kennard melangkah masuk menuju kelas Junior High, dan melihat ada sampah-sampah dan kotoran bertebaran di kelas itu. Tapi yah, dasar bego. Ia malah menghampiri Kaede dan bertanya, "Ngg...Kaede? Lagi apa di sini?"

"Ng? Ada murid lain?" Tomomi memasang pitanya.

"...kumaafkan kali ini" ujar Tomomi pada Kaede.

"Tapi kalau lain kali mengacau lagi, aku tak segan-segan melukaimu" ujar Tomomi.

Cleaning Service datang dan membersihkan kelas. Tomomi hanya mengamati.

Jeh.

Kau pikir, Raja Pengacau macam Kaede akan takut pada wanita sok tua? Tche. Pikir dahulu sebelum bertindak, makanya. Jangan asal. Begitu saja kok tidak tahu, dasar guru katrok yang kuno dan tak tahu modernisasi. Sudah sok modern dengan berdandan seperti remaja, kini guru itu mulai berbicara dengan nada sok tua-nya yang sangat khas.

Kaede tidak takut. Ia bahkan tidak menghiraukan rambut guru sok tua yang sudah berubah menjadi pisau itu dan mulai menoleh ke sumber suara yang sepertinya berasal dari seniornya yang super lelet -- Kennard. Sebelumnya -- Baguslah, akhirnya guru itu menyerah. 100 poin dan kalau bisa 1000000 poin untuk Kaede! Kemenangan telak bagi Raja Pengacau!

Kaede menyimpan rasa senangnya di dalam hati.

Hanya Kennard satu-satunya yang Kaede takuti. Karena Kennard adalah orang yang paling tahan terhadap segala macam bentuk kekacauan, dan dengan segala kebodohannya Kennard bisa kuat menghadapi Kaede.

"Ng, tadi sih lagi mengacau, kak," ujar Kaede santai, kemudian ia berbisik sepelan mungkin, "Kak, kepingin mengacau juga nggak kak? Kerjain cleaning service-nya yuk,"

Meski tak kelihatan, Tomomi sedang menahan sakit kepala dari tadi sejak ia menggunakan alice.

"...Bisik bisik apa" ujar Tomomi galak.

"Maaf...Bisik-bisik itu apa..."

Lagi-lagi, kebodohan dan keleletan Kennard menjadi senjata pamungkas dalam menghadapi guru satu ini. Maklumlah, sejak awal Kennard memang ingin menggunakan kebodohannya untuk melawan guru satu itu. Katanya, orang yang bodoh lebih mudah diajari. Itu berarti, Kennard bisa menggunakan senjata pamungkasnya di mana saja dong?

Hoho.

Otak udang memang selalu jadi senjata ampuh untuk menangkal semua godaan. Buktinya lihat. Kaede dan Kennard saling menghormati, dikarenakan Kennard yang terlampau bego untuk mengerti ucapan manusia macam Kaede. Tapi karena itu jugalah, ia jadi bisa 'menter' terhadap segala bentuk godaan.

Lihat saja nanti, siapa yang menang.

"..ya ampun" Tomomi menyadari, cowok ini bodoh juga.

"Tapi imut~" Tomomi memeluk Kennard. Sejak dulu Tomomi memang paling ga kuat sama anak imut...^^a

"...imut" gumamnya.

Kennard kaget. Weits, ini baru pertama kalinya ia dipeluk oleh seorang cewek, dan cewek itu lebih tua juga! Padahal, Kennard bego dan semua tahu itu. Akhirnya penantian yang sudah lama-lama Kennard tunggu!

Kennard ingin membuktikan, bahwa orang bodoh itu tidak kalah dengan orang cerdas. Guru itu, alih-alih memberi jawaban malah memuji Kennard. Wah. Saking begonya Kennard, ia malah biasa-biasa saja dan mungkin tidak meminta jawabannya, ia malah pasrah saja dipeluk guru.

Lagipula, yang memeluk kan guru.

Apa Kennard mau berpacaran dengan orang yang lebih tua?

Kalau itu--

--Mungkin ia harus memikirkannya lagi, dengan segala kebodohannya.

Kennard pasrah. Ia hanya bisa blushing gak jelas, dan pada akhirnya wajahnya memerah seperti tomat ketika guru itu memeluknya. Speechless.

oot: ga berubah jadi anjing?
----

"Ah, aku membuatmu kaget ya?" ujar Tomomi lembut, melepaskan pelukannya.

"Maaf ya. Kalau aku melihat sesuatu yang imut, pasti dipeluk" ujarnya tenang.

OOT: Kan, w nggak bilang lepas controller

-----------------------------------------------------------------

Sesuatu yang--imut?

Oke.

Lagi-lagi dengan segala kebodohan dan keleletannya, Kennard butuh memikirkan itu lagi dalam waktu yang cukup, bahkan kalau memungkinkan sangat lama. Namanya juga Pentium 1, loading juga pasti lambat sekali. Kalau diumpamakan dengan browser, Kennard adalah Internet Explorer. Browser paling jadul, juga paling lambat loadingnya.

Kennard memikirkan ucapan guru itu dengan agak lama, setelah itu ia baru ngeh dengan maksud guru itu.

"......Sesuatu yang imut itu...Contohnya apa?"

Nah. Ia malah tanya sesuatu yang makin membuatnya terlihat bodoh. Apalagi, sekarang di hadapannya hanya ada Kaede, juniornya dan juga guru perempuan itu. Bodohnya Kennard.

oot: okh

--------------------------

"Anak kucing, anak-anak kecil yang masih polos, anak anjing, dan lain-lain~" Mata Tomomi berbinar binar.

"...tapi..

darah dan kematian jauh lebih menyenangkan" bisik Tomomi.

Darah dan kematian?

Skip that one. Kennard tidak begitu mengerti.

Kalaupun ia tahu, mungkin saja ia akan salah mengira darah yang berceceran di lantai sebagai saos yang tumpah, dan itu semua oleh karena kebodohannya. Kennard tahu, ia tidak sepintar dua orang yang kini berada di hadapannya, siapa lagi kalau bukan si guru perempuan dengan Kaede, juniornya yang terkenal sebagai Raja Pengacau.

--dan kematian...

...adalah salah satu hal yang paling tidak ia mengerti. Bukannya ia terlalu 'mendalam', tapi justru ia yang terlalu 'dangkal' untuk mengerti semua itu. Kennard kan tidak pernah membaca buku.

Kennard manggut-manggut.

"........Yang imut banyak juga ya..." ujar Kennard, sambil diam-diam terus menyatakan kebegoannya.

"Iya~" senyum Tomomi.

Tampaknya cleaning service selesai melakukan pekerjaannya.

Tong sampah kini kosong. Tak ada yang bisa dikotori Kaede lagi.

"Baiklah, aku pergi dulu..." Tomomi berjalan keluar.

[out]

One down, one more to go.

Kemenangan bagi si Raja Pengacau. Guru sok tua itu akhirnya keluar juga, dan Kaede juga merasa senang karena akhirnya ia menang melawan guru sok tua itu. Yah, walaupun masih ada satu makhluk yang paling ia takuti, siapa lagi kalau bukan Raja dari Kerajaan Lelet, yang bernama Rinne Kennard.

Jangan tanya siapa si Raja Lelet itu, karena sudah jelas dan sudah pasti jawabannya adalah senior Kaede. Lho!?

Entah angin apakah yang membuat Kaede ingin pergi, dan akhirnya ia pun pergi dari tempat itu.

[out]

Nah.

Kennard memang betul-betul bodoh sehingga ia awalnya tidak menyadari bahwa Kaede dan juga guru perempuan tukang grepe-grepe itu sudah pergi dan lenyap seketika dari bangunan kelas.

Entah, apakah yang ada dalam kepalanya, dan entah bagaimanakah imajinasinya, sehingga ia sampai tidak menyadari.

Barulah sekarang, ia bisa menyadari bahwa tak ada lagi tanda-tanda kehadiran mereka berdua di dalam situ. Tak ada lagi bau dan nafas hidup kedua insan manusia itu (puitis? Oke). Ia pun memutuskan untuk keluar juga dari tempat.

[out]