Working

Lokasi: Kandang Hewan
Diperkenankan untuk semua orang ^^
-------------------------------------------------------------------------------------

Ayuri tiba di sebuah tempat yaitu kandang hewan. Sewaktu dibuka, bau ruangannya benar2 khas berbagai hewan; ayam, kelinci, kuda, dan hewan2 lainnya bersatu di ruangan tersebut.

Tidak lama kemudian, wanita berambut merah ini mengambil sapu dari pojokan tempat dan mulai menyapukan rumput2 kering di tanah.

"Huwaah... Ternyata di sini toh tempat kerjanya..." Laiko masuk tanpa suara, ia melihat ke sekeliling, isinya hewan semua. Tipikal perempuan dingin, menarik sih... Tapi-- Kok rasanya seram ya kalau mengisengi wanita ini?

"Kau... Bekerja di sini?" Tanya Laiko.

Di tengah menyapu, Ayuri disambut oleh seorang laki2 yang sempat ditemui di rapat dangerous tadi. Jika dilihat, orang itu nampak seperti Kozuki Makoto. Bukan mukanya, melainkan sifat keduanya yang playboy. Wanita ini tentunya tidak peduli soal macam itu, yang penting tidak mengganggunya.

"Kau... Bekerja di sini?"

Sebuah pertanyaan dilontarkan tertuju oleh Ayuri. Jawabannya hanya sebuah anggukan, tidak lebih seraya terus menyapu tanah.

Laiko menggaruk kepalanya, sulit diajak bicara, pikirnya. Akhirnya dia berjalan dan duduk menyandar ke tembok, dan melihat ke sekitar.

"Well..."

Laiko mencari topik, apa langsung embat saja agar tidak bosan? Tidak- Kali ini Laiko yang bosan, dia ingin sesuatu yang lain.

Diam. Tidak ada topik.

Setelah menghela nafas, ia berbicara. "Wajahmu dingin sekali-- Apa itu karena masa lalu?"

Yah, topik yang aneh.

"Wajahmu dingin sekali-- Apa itu karena masa lalu?"

Pertanyaan tersebut membuat Ayuri berhenti melakukan pekerjaannya kemudian menatap kepada lawan bicara. "..." wanita tersebut diam sambil berjalan ke arah pria tersebut.

"...bagaimana denganmu?" tanya baliknya kepada lelaki tersebut.

"Hee? Maksudnya apa? Wajahku tidak dingin tuh." Jawabnya, yah, untuk sementara, topik pembicaraan terangkat.

"Kau bisa menjawab sambil bekerja, aku tidak keberatan double-tasking."

"..." Ayuri kemudian mengambil sebuah sapu lagi di pojokan tempat dan memberikannya kepada Laiko. "Kau juga..." ucapnya dengan suara datar namun bisa terbaca dari kata2nya bahwa lelaki itu juga perlu ikut bekerja.

Setelah itu, dia kembali menyapu lagi.

"Eh? Maksudnya 'kamu juga'?" Tanya Laiko yang clueless, tapi raut wajahnya sama sekali tidak menunjukkan kepolosan.

Matanya yang merah ditambah pupilnya yang lancip menatap tajam kepada Laiko seakan mengancam "Sapu..." jawabnya yang mengarah ke perintah secara singkat kemudian melanjutkan menyapunya.

Ayuri terus menyapu bagian luar kandang. Kemudian, dia mulai menyelusuri ke setiap kandang hewan di sana. Pertama ada kandang ayam. Kandangnya sangatlah kotor, banyak kotoran. Tidak heran karena banyak sekali ayam di tempat itu.

"Guru yang lagi kencan di kandang hewan.... sungguh romantis.."

Ujar Loki sinis, yang tidak sengaja lewat di dekat kandang tempat dua orang guru sedang sibuk ngobrol tidak jelas. Ia mendekati kandang hewan tersebut, memegang jerujinya lalu menatap ayam, kucing dan lain-lain yang tercampur di satu tempat.

"Penataan yang bagus..." tambahnya dengan nada suara seperti sebelumnya, tanpa menatap dua orang guru tersebut.

"Sapu?"

Awalnya Laiko tidak mengerti, namun tiba-tiba seperti ada wangsit yang lewat di kepalanya.

"Maksudnya... Aku ikutan menyapu?" Tanya Laiko sambil menunjuk dirinya sendiri, uh-oh, tidak... Masa hidupnya, dengan wajah tampan, harus menyapu kandang hewan? Tapi sepertinya gadis ini tidak menerima jawaban 'tidak'.

Pasrah ajah deh, Laiko mengambil sapu yang tersisa dan mulai menyapu dengan ekspresi TT___TT

Loki datang, kata-katanya mengusik Laiko. "Kalau kencan aku tidak akan memilih kandang hewan sebagai tempatnya... Tidak ada bagus-bagusnya."

Sesosok anak laki2 datang memasuki kandang hewan. Ayuri waktu itu masih berada di kawasan kandang ayam jadinya dia tidak merespon, tepatnya tidak mendengar perkataan laki2 itu.

Ayam2 berlari ke sana kemari sewaktu Ayuri menyapunya. Bulu2 berterbangan ke mana2 dan membuat wanita itu terbersin sedikit.

"Kalau kencan aku tidak akan memilih kandang hewan sebagai tempatnya... Tidak ada bagus-bagusnya."

"Siapa tahu itu bentuk rasa sayang anda pada guru itu..." ucap Nacht sambil melirik sang guru yang masih sibuk membersihkan kandang ayam. "Soalnya anda disuruh menyapu saja mau kok..." lanjut Loki sambil melirik sinis kegiatan Laiko.

"Soalnya aku tidak mau berakhir dengan leher terpenggal." Jawab Laiko sejujurnya, Ayuri memang menyeramkan. Tapi bisa didengar unsur bercanda yang terkandung di kalimat yang baru saja diucapkannya.

"Aaah... Aku ingin segera festivaaallll..." Keluhnya sambil menggerakkan sapunya asal-asalan, mengharapkan seorang model untuk menyapu dengan benar? Sepertinya khusus Laiko, hal itu tidak mungkin terjadi.

Ayuri masih menyibukkan dirinya untuk merapikan kandang ayam. Semua kotoran yang tertumpuk dikumpulkan di suatu kantong sampah besar. Wanita tersebut beralih ke arah kandang kelinci dan mulai membersihkan lagi.

Ayuri malah diam, Laiko jadi bosan lagi. Enaknya ngapain ya... Laiko berpikir sambil menggerakkan sapunya, yang malah jadi kayak ngotorin kandang. Lalu tiba-tiba terbesit satu pikiran.

"Ayuri~" Laiko memeluk Ayuri dari belakang. "Bosan nih, ngomong doong~"

Sewaktu Laiko memeluk dari belakang, Ayuri pertamanya terdiam. Tidak lama kemudian, wanita tersebut memutari sapunya ke belakang sehingga mengenai wajah Laiko. Belum lagi kotoran2nya yang masih menempel di alat bersih2 tersebut membuat wajah pria itu menjadi kotor. Semoga dengan cara itu Laiko dapat melepaskan pelukannya.

"Haiihhh... Kejam sekali kauuu..." Ujarnya yang menghindar, karena sangat mendewakan wajahnya, ia bisa saja menghindari serangan seperti itu. "Ayuri, kau belum belajar banyak... Seharusnya dengan alice sepertimu kau bisa bergerak lebih kreatif lagi..." Ujar Laiko yang sekarang melepaskan pelukannya.

"Humn... Habisnya kau diam terus sih, kukira pelukan tadi bisa 'membakar' dirimu."

"Aku tidak menggunakannya untuk hal sepele semacam ini..." tanyanya sambil menatap tajam kepada Laiko.

"Humn... Habisnya kau diam terus sih, kukira pelukan tadi bisa 'membakar' dirimu."

"Membakar?" tanya Ayuri.

"Iya, berbicara. Setidaknya mengataiku mesum atau kurang ajar." Ujar Laiko, mengutarakan maksud pelukannya itu. "Rasanya tidak tahan bila terus-terusan diam, aku lumayan berisik sih."

"Lagipula, walaupun raut wajahmu dingin, aku yakin kau tidak akan pelit kata-kata."

Pandangan Ayuri mengarah kepada Laiko sebentar kemudian dia menundukkan kepalanya, melihat setiap gerakan kelinci2 yang dihadapannya. Ada satu kelinci yang tampaknya sendirian, tidak bersama dengan para kelinci lainnya. Kemudian, ia berjalan dan mengangkat kelinci tersebut dengan lembut.

"...mungkin benar..." tanggapnya yang kemudian meletakkan kelinci yang digendong tadi ke kelompok kelinci tersebut dan mulai membaur.

"Ah, tidak terbakar juga..." Ujar Laiko pasrah. Ia terduduk sambil mengamati Ayuri dan kelinci. Kelinci? Laiko jadi ingat sesuatu, nicknamenya 'Playboy Hare' saat dia masih berada di luar akademi 10 tahun yang lalu. Menyedihkan, memang.

"Ayuri... Angkat topik pembicaraan dooong."

"..." Ayuri lagi2 terdiam sambil meneruskan menyapunya. Kemudian sebuah pertanyaan dilontarkan olehnya. "Apa yang kau lakukan di Host Club nanti?" pertanyaan yang...tidak terduga.

Laiko tersenyum, akhirnya Ayuri mengangkat topik juga.

"Aku sih inginnya menjadi salah satu Host, rasanya menyenangkan melayani orang lain." Jawab Laiko. "Tidak jauh berbeda dengan yang dulu," lanjutnya sambil tersenyum miris, yang tidka mungkin dilihat oleh Ayuri.

"Kau hanya mencatat sajakan?"

"...si nanas itu hanya bilang seperti itu. Mungkin jika para hostess kurang, mungkin aku ikut bantu." jawabnya seraya mengangkut kotoran2 tersebut ke kantong platik besar tadi. Dia berjalan menuju ke kandang kuda dan mulai mengerjakan pekerjaan menyapunya kembali.