Secret Base ~Hajimari no Hi~

OOC : Himawari Natsuhi & Hitonari Kyo only

Lokasi : Jalan kecil di hutan, menuju ke suatu tempat.

---

Hari ini cukup cerah. Langit biru, bersih tanpa awan. Angin bertiup sepoi-sepoi, membuat daun-daun di hutan itu bergemerisik lembut. Seorang gadis berambut panjang terlihat berjalan di jalanan setapak dalam hutan yang hari ini tampak cukup bersahabat tersebut. Entah apa yang dilakukannya. Mungkin ia hanya mencari tempat sepi untuk bernyanyi ataupun sekadar memainkan gitarnya. Gadis bernama NANA itu menenteng kotak gitarnya -- yang memang selalu dibawanya setiap saat, sambil bersenandung pelan.

"... Fukai fukai mori no oku ni, ima mo kitto..." nyanyian gadis berambut cokelat terang itu bergema di tengah hutan yang sepi tersebut. Entah mengapa, tidak ada rasa takut sedikitpun bagi NANA yang kini berada sendirian di hutan yang lengang tersebut. Suaranya mengalir pelan, mengiringi desiran daun-daun pepohonan di kiri-kanannya.

"Okizari ni shita kokoro, kakushiteru yo..."

---

Credit : Do as Infinity - Fukai Mori

Hitonari Kyo, seorang pemuda urakan berwajah kram datang kedalam hutan itu sendirian, dengan membawa sekeresek minuman yang beberapa buah darinya tadi dicuri oleh 'teman-temannya' lantas ia mendengar suara yang merdu, sebuah nyanyian, lantas ia menemukan seorang gadis berkupluk berbadan mungil sedang bernyanyi sendirian disana, ia berhenti dihadapannya.

"Ah.." lanjutnya sembari menepukkan tangannya ke satu sama lain, seolah memberi pujian pada gadis tersebut dari jarak yang cukup dekat.

"Eh?"

Gadis bertopi rajutan itu menoleh ke arah suara tepukan tangan yang kelihatannya berasal dari jarak yang cukup dekat dengannya. Mata ungunya menangkap sosok Kyo, yang dengan muka datar bertepuk tangan kira-kira beberapa meter darinya.

"Aku tidak menyangka ada orang di hutan sesepi ini!" gadis itu menghampiri Kyo dengan langkah kecil sambil tersenyum lebar. Pemuda yang ada di hadapannya sama sekali belum dikenalnya, sepertinya lebih tua dari NANA. Tinggi badan mereka pun terpaut cukup jauh. Kakak kelas, mungkin? Sepertinya anak Senior High... NANA belum pernah melihat Kyo di Junior High, soalnya.

"Sedang apa?" tanyanya sambil nyengir. Kedua bola mata ungunya menatap Kyo yang kini berada tepat di hadapannya.

"Sedang apa ya?" jawabnya dengan pertanyaan lagi, ia nampak berpikir beberapa saat, ia tidak mengingat sedang melangkah kemana seusai dia kabur dari library untuk berburu makhluk berkupluk lainnya yang bernama Daichi atau apalah itu namanya.

"Ini hutan kan?" tanyanya lagi pada NANA dengan wajah kebingungan.

"Yap!" NANA mengangguk ke arah Kyo. Jangan-jangan pemuda tersebut tersesat? Masa sudah sebesar itu masih tersesat? ()

"Tersesat?" tanyanya dengan senyum jahil. NANA memang tipe yang cukup mudah akrab dengan orang, makanya ia tidak segan-segan pada Kyo -- walaupun pemuda tersebut masih belum dikenalnya dan nampak lebih tua darinya.

"Mau ikut denganku?" tanya NANA lagi sambil menunjuk ke arah jalan setapak yang entah menuju ke tempat apa. NANA juga tidak tahu itu jalan ke arah mana, tapi siapa tahu ia bisa menemukan tempat yang menarik atau mungkin jalan keluar alternatif dari hutan tersebut untuk mengantar Kyo. Ia tidak takut tersesat sama sekali, tuh. Kalau tersesat, tinggal mencari jalan lain, kan?

"Yah, aku juga tidak tahu itu jalan ke mana, tapi siapa tahu itu jalan keluar!" tambahnya sambil tersenyum memamerkan deretan gigi putihnya.

Bagaikan ia menemukan seorang dewi yang dapat memberitahunya tentang tempat itu Kyo melihat NANA dengan tampang yang tetap datar, kini ia melihat NANA menunjuk sebuah jalan setapak dan dengan meyakinkannya mengajak Kyo yang nampak tersesat atau lupa tempat apa itu

"Ayo" desisnya pendek menyeramkan namun dengan tampang yang datar-datar saja, menunggu NANA melangkahkan kaki duluan alias minta agar NANA memimpin jalan, meskipun ia sendiri nampak tidak terlalu yakin akan seorang bocah SMP yang sudah lebih hapal jalan darinya yang sudah SMA namun terkena degradasi IQ

"Hehe... Ayo!" NANA berbalik dan melangkah duluan, membiarkan Kyo yang mungkin akan mengikutinya dari belakang. Pemuda itu memang sepertinya tidak banyak omong, sifatnya memang seperti itu mungkin. NANA juga sedikit merasa bimbang sih. Jangan-jangan jalan yang dipilihnya salah.

"Nee..." sahutnya pada Kyo tanpa menoleh ke belakang. "Kalau misalnya, jalan ini membuat kita tersesat, apa yang akan kau lakukan?" tanya gadis berambut panjang itu dengan tenang pada Kyo yang berada di belakangnya -- sambil tetap berjalan.

Kyo hanya mengikuti Nana berjalan perlahan di belakangnya bagaikan NANA adalah sebuah navigator mobil paris dakar yang tersesat di tengah jalan, ia terus mengikutinya dan terus saja berjalan tanpa banyak cingcong.

Sampai pada suatu saat NANA bertanya kepadanya tentang bagaimana kalau jalan yang ia pilih salah.
"Pulang saja" jawabnya singkat, namun si bodoh ini tidak memikirkan satu permasalahan yang sangat penting dari jawabannya, bagaimana ia bisa pulang kalau ia bahkan tidak tahu bahwa ia sekarang berada dimana dan bersama siapa serta menuju kemana.

"Pulang saja"

Sayup-sayup NANA mendengar jawaban Kyo di belakangnya. Mau tidak mau, gadis berambut panjang itu tertawa kecil dan menghentikan langkahnya.

"Hei, hei! Bagaimana kita bisa pulang kalau jalan pulang saja kita tidak tahu!" sahutnya riang di sela-sela tawanya. Pemuda yang lucu, eh? Sifatnya tidak bisa ditebak, kelihatannya cukup menarik. Perlahan, NANA berbalik dan matanya kini menatap Kyo lagi. Ekspresi pemuda itu tidak berubah banyak sejak pertemuan mereka beberapa menit yang lalu, tetap datar tanpa ekspresi.

"Pemuda yang menarik! Kenalkan, aku NANA!" gadis itu menyodorkan tangan kanannya yang bebas dengan antusias.

Kyo hanya terdiam ketika mendengar kata 'Kita tidak tahu jalannya', kata kita itu bagaikan menohok hatinya, kini ia nampak pesimis akan dapat kembali menuju ke Dormnya, akankah ia menjadi seorang neandertal yang nyasar di tengah hutan selamanya? meskipun putus asa, wajah bebalnya tidak berubah sedikitpun

"Celaka... " katanya singkat sembari menatap NANA.

"Namaku Hitonari Kyo" lanjutnya sembari memberikan NANA selembar uang bagaikan om-om yang memberi uang jajan ke anaknya yang masih SMP.

rasa putus asa menyerubunginya.

OOT:

NANA samar-samar mendengar kata 'celaka' meluncur keluar dari mulut Kyo, entah apa artinya. Gadis itu terlalu bebal untuk memikirkan kata-kata tersebut.

"Baiklah, Hitonari Kyo, ya." ulangnya lagi sambil tetap mengulurkan tangan kanannya ke arah Kyo. Tiba-tiba Pemuda jangkung itu memberikan selembar uang pada NANA. Dengan heran, NANA menggenggam uang tersebut. Mata ungunya menatap lembaran yang kini dipegangnya itu.

"Hei, untuk apa ini?" tanyanya heran pada Kyo. Dengan satu gerakan, ia menemplokkan uang itu ke jidat Kyo. "Ambil lagi saja!" ujar NANA sambil nyengir. Habisnya, ia tidak melakukan sesuatu apapun yang membuatnya harus diberi uang, makanya ia kembalikan lagi. Ia tidak mau berhutang, apalagi kalau alasannya tidak jelas.

"Baiklah, ayo jalan lagi!" gadis itu berbalik kembali dan melangkah menyusuri jalan setapak di hadapannya dengan percaya diri.

"Ah, bukannya kamu meminta uang dariku?" jawabnya bebal setelah si NANA menemplokkan duitnya kembali ke kepalanya lagi, gadis periang itu meneruskan perjalanannya, ia un mengikuti langkah-langkah kecil NANA yang entah akan membawanya menuju apa atau kemana.

Setelah beberapa meter ke depan..

"Kita mau kemana sih?" tanyanya lagi dengan tampang yang tetap datar namun nampak sedikit mengantuk, nampaknya Kyo mengantuk setelah mendengar suara burung dan angin bersemilir menerpa pepohonan.

Sekali lagi NANA menghentikan langkahnya. Bukan karena kata-kata Kyo, tapi karena sesuatu yang terlihat di hadapannya. Jalan di hadapannya sepintas seperti jalan buntu, yang berakhir di semak-semak belukar yang tinggi dan cukup lebat. Tapi, mata NANA yang cukup jeli melihat ada sesuatu di balik semak belukar tersebut.

"Eh?" gadis itu maju lagi dengan perlahan, dan menyibakkan semak-semak yang berada di hadapannya. Ya, sepertinya ada tempat tersembunyi di balik semak belukar di hadapannya itu. NANA mengangkat kotak gitarnya untuk membantunya menyibakkan semak yang lebat tersebut, dan setelah beberapa menit berlalu, ia berhasil.

Di hadapan mereka, di balik semak belukar tersebut, kini terbentang padang bunga matahari yang sangat luas. Entahlah, mungkin seluas lapangan bola -- atau bahkan lebih. Yang jelas, sejauh mata memandang, hanya bunga-bunga besar berwarna kuning itu saja yang terlihat. Begitu indah dan menjulang tinggi. Jalan setapak kecil juga berada di tengah-tengah padang bunga matahari tersebut. Rumput hijau di sekitar padang bunga matahari tersebut bergemerisik pelan, seiring dengan desiran angin lembut yang sesekali bertiup.

Di depan padang yang dipenuhi oleh bunga matahari tersebut, tertancap sebuah papan kecil dari kayu.

"Secret... Base?" pelan-pelan, NANA mengeja tulisan yang tertera di papan kayu tersebut. Hebat! Ini semua terlalu hebat! Markas rahasia, eh? Markas milik siapa? Tapi sepertinya NANA tidak terlalu peduli dengan papan kayu tersebut. Pemandangan di hadapannya jauh lebih mengagumkan!

"Kyo!! Ayo lihat ini!" serunya keras-keras tanpa mengalihkan pandangannya dari padang bunga matahari yang indah tersebut.

Kyo tanpa banyak cingcong mengikuti NANA yang tampak bersemangat melihat sesuatu yang nampak seperti padang rumput, ia lalu mengkiutinya dengan badan yang nampak terombang-ambing bagaikan orang slebor gak karuan.

Iapun ikut mengintip seperti yang dilakukan oleh NANA, pemuda uring-uringan itu menyipitkan mata karena tiba-tiba ada sinar matahari masuk ke matanya, dan lalu ia melihat sebuah padang yang luas dan cerah, berbeda dengan hutan yang ada di belakangnya.

"Dimana ini!??" tanyanya dengan nada yang sedikit meninggi.

"Terkejut? Aku juga!" NANA tertawa renyah melihat reaksi Kyo yang cukup hiperbol tersebut. Memang, lautan bunga matahari di hadapan mereka tersebut terlihat sangat mengagumkan. Melihatnya saja, entah kenapa NANA merasa damai. Apa karena nama bunga tersebut yang sama dengan nama lengkapnya? Entahlah.

"Ayo, kita lihat-lihat!" serunya lagi sambil berlari kecil -- tetap menenteng kotak gitarnya -- ke dalam padang bunga matahari tersebut. Bunga-bunga berwarna kuning itu menjulang tinggi di kiri dan kanannya, sesekali melambai pelan tertiup angin. Ingin sekali NANA menunjukkan pemandangan indah ini... Pada seseorang. Seseorang yang dirindukannya.

"Kyo! Ayo!" seru NANA lagi sambil tersenyum lebar, berlari-lari di padang tersebut.

Kyo mengikuti NANA dengan lesunya, ia mengikuti gadis periang itu bagaikan tak bernyawa, semilir angin di padang rumput yang sejuk dibanding angin hutan yang lembab membuatnya semakin merasa terkantuk-kantuk, ia sekarang berjalan bagaikan Zombi mencari mangsa, untuk menghibur diri ia lantas melihat kiri dan kanannya dimana bunga-bunga bergoyang bagaikan sedang mengejeknya.

"Menganggu saja" katanya sembari mendekati salah satu bunga matahari paling tinggi dan mencekiknya bagaikan sedang mencekik orang lain, efek dari teler mungkin.

NANA menghentikan larinya dan berbalik, mendapati Kyo yang sedang mencekik salah satu bunga matahari di belakangnya.

"Hei! Apa yang kamu lakukan, Kyo!" NANA berlari ke arah Kyo dan menarik tangan pemuda autis itu dari bunga matahari yang sedang dicekiknya. "Sini!" gadis berambut cokelat terang itu menarik tangan Kyo dan duduk di salah satu spot yang berada di lautan bunga matahari itu, dan menarik Kyo untuk duduk di sampingnya.

"Kenapa kamu? Jangan menyiksa bunga, dong!" ujarnya sambil menepuk kepala Kyo, tanpa nada menggurui sedikitpun. Gadis itu kemudian meletakkan kotak gitarnya di sampingnya, sementara kakinya ia luruskan, sedikit pegal karena tadi perjalanan mereka cukup panjang.

"Cih, kau mungkin selamat kali ini" kata Kyo seraya terpaksa melepaskan cekikannya dari bunga matahari tersebut, dan ditarik pergi oleh anak kecil yang pendek tersebut, ia pun kini duduk di sebelah nana, sembari tiduran ia mengambil sekaleng kopi dari dalam kereseknya yang kini hanya tersisa tiga kaleng kopi dan sekeresek potato chips ras barbeque besar.

"Perjalanan ini membuatku haus" katanya sembari meneguknya dalam posisis setengah tertidur.

"sebenarnya ini tanah milik siapa?" tanyanya singkat pada diri sendiri dengan setengah bergumam.

Gumaman Kyo tersebut terdengar jelas oleh NANA. Bagaimana tidak? Hutan ini terlalu sepi, suara sepelan apapun sepertinya akan terdengar lebih jelas di telinganya. Gadis berambut panjang itu akhirnya menoleh lagi pada Kyo yang sedang tiduran di atas rumput tersebut.

"Entahlah. Hutan di Alice Academy pasti menyimpan banyak misteri, kan?" jawabnya sambil menatap Kyo yang sedang bersantai-santai sambil meminum kopi itu. Yah, tempat ini memang cocok sekali untuk beristirahat bersama teman-teman yang lain atau sekadar menghirup udara segar untuk menjernihkan pikiran. NANA mengambil kotak gitarnya yang sejak tadi diletakkan di sampingnya, dan mengeluarkan gitar kesayangannya.

"Kyo." panggil NANA pelan sambil duduk bersila untuk menopang gitarnya. "Suka lagu apa?" gadis itu menoleh lagi pada Kyo sambil nyengir. Ya, sepertinya bernyanyi di tempat indah seperti ini akan menyenangkan.

Kyo berpikir memproses kata-kata gadis itu, sementara otaknya sedang memproses kata 'suka' dan kata 'lagu' ia terbengong selama beberapa menit, lalu sesuatu menghampiri pikirannya kurang lebih 'No files were exist' atau semacamnya.

"Lagu yang kusuka?" tanyanya balik dengan wajah yang datar namun menaikkan sebelah alisnya tanda bahwa ia bertanya kebingungan dan menanyakan apa maksud NANA sebenarnya.

NANA hanya nyengir saat mendengar respon dari Kyo tersebut. Yah, memang mungkin sih pemuda itu tidak punya lagu yang disukainya. Atau mungkin Kyo bingung karena terlalu banyak lagu yang disukainya? Tidak masalah sih.

"Begitukah?" ujarnya riang sambil mulai memegang fret-fret di gitarnya. Otaknya sibuk memikirkan lagu apa yang kira-kira cocok dimainkan di tengah hutan seperti ini. Hari ini mood-nya sedang bagus, lagu apapun sepertinya akan dimainkannya sepanjang hari, tanpa henti. Terus bernyanyi dan memainkan gitarnya. Dan itu sangat menyenangkan.

Gadis berambut panjang itu akhirnya mulai memainkan gitarnya sambil memejamkan matanya, menikmati desiran angin yang membuat rambut cokelatnya menari-nari. Bunga-bunga matahari yang menjulang tinggi ikut melambai, tertiup angin lembut musim semi yang seringkali bertiup -- mengimbangi pancaran sinar matahari yang tak terhalang awan sedikitpun.

"Fukai fukai mori no oku ni, ima mo kitto
okizari ni shita kokoro... Kakushiteru yo.

Sagasu hodo no chikara mo naku tsukarehateta
hitobito wa eien no yami ni kieru."

Melihat NANA yang kembali memainkan gitarnya sembari memejamkan mata dan merasakanhembusan angin menerpa wajahnya Kyo hanya terdiam dan menatapnya santai sembari terombang-ambing ke kiri dan ke kanan karena tertiup angin yang entah kenapa tidak bersahabat dengannya hari itu.

"Ah Lagu yang tadi ya." serunya menebak lagu itu, ternyata sedaritadi Kyo berpikir sebegitu lamanya sehingga selama NANA menyanyikan lagu itu dengan riang ia baru tersadar.

"Tidak ada lagu lain lagi?" tanyanya lagi merikues.

"Hei..." NANA menghentikan permainan gitarnya dan menatap Kyo yang banyak maunya itu. "Memangnya kamu mau lagu yang seperti apa sih, Kyo?" tanyanya sambil mengerutkan alisnya, bingung. Tapi sepertinya percuma kalau ia bertanya pertanyaan itu lagi pada Kyo. Pemuda itu terlalu bebal

"Ya sudah. Kucoba lagu lain, ya..." gadis itu mempererat pegangannya pada fret gitarnya dan kembali memainkannya.

"You shy boy
Don't be afraid
In your book what does it say to you?
It's easy easy easy does it
You just have to love who you are"

Gadis itu menyanyi dengan bersemangat. Ya, lagu ini adalah lagu dari band kesukaannya. Habisnya, bisa membuat bersemangat sih, apalagi versi aslinya. Yang NANA mainkan hanya versi akustik, tapi toh itu tidak membuat makna lagu tersebut jadi memudar.

"Day by day
Things are all messed up
All we need is cakes and ale and everlasting laugh
Face our faith
It'll be alright
Hesitate no more
We'll be fine
Let's throw them all on fire."

NANA memainkan kunci terakhir dari lagu tersebut, dan menatap Kyo lagi.

"Bagaimana, suka lagu itu?" tanyanya antusias sambil tersenyum lebar. "Itu salah satu lagu favoritku!" Siapa tahu Kyo juga menyukai lagu ELLEGARDEN -- band kesukaannya -- tersebut, kan?

---

Credit : ELLEGARDEN - Cakes and Ale And Everlasting Laugh

Kyo yang memang banyak maunya tersebut hanya diam mendengar dengan tenang sampai NANA menyelesaikan lagunya, ditemani dengan sekaleng kopi yang ia minum, kini kaleng itu berisi hanya tinggal setengahnya, mendengar NANA bermain akustik, nampaknya Kyo sudah tidak mengantuk dan nampak tertarik.

"Hebat!" kata pemuda itu sembari bertepuk tangan sebentar lalu memandang NANA penuh tanya.

"Lagu apa itu?" tanyanya lagi penuh rasa tertarik namun wajahnya tetap datar bagaikan tidak terjadi apa-apa padanya.

"Cakes and Ale and Everlasting laugh!" jawab NANA dengan mata berbinar-binar dan nada yang antusias. "ELLEGARDEN!" tambahnya lagi sambil tersenyum lebar pada Kyo. Ah, sudah lama sekali NANA tidak menemukan orang yang satu selera dengannya. Dan ternyata selera Kyo sama dengannya... NANA sama sekali tidak menyangka itu! Gadis berambut panjang itu memang tidak dapat menyembunyikan keantusiasannya kalau sudah membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan musik. Dengan satu gerakan, ia meletakkan gitarnya kembali dan mendekati Kyo lagi.

"Kalau kau mau, aku bisa meminjamkan CD-nya!" cerocosnya dengan tampang bersemangat, memberondong Kyo dengan berbagai pernyataan. "Aku punya banyak CD ELLEGARDEN, kau bebas meminjamnya!" NANA mengepalkan kedua tangannya di hadapan Kyo dengan bersemangat.

"Hwaaaah!! Entah kenapa kalau sudah membicarakan musik, aku jadi sangat bersemangat!!"