Ayuri is Sick....

"Bukannya jawab, malah..."

Kaede pun dengan sebalnya keluar dari ospital karena dia dicuekin habis-habisan

[out]

Selang 7 tahun berlalu, Akademi tidak banyak berubah kecuali diri sendiri. Lelaki yang kini berusia 24 tahun sekarang menjadi seorang guru bagi anak-anak Technical Ability. Tapi sebagai seorang Technical, mereka mempunyai kebiasaan tersendiri termasuk dia.

Tangan sang Blacksmith Alice user ini terluka diakibatkan kecelakaan yang dibuatnya sewaktu membuat limiter. Dia sekarang dalam perjalanan menuju ke ruang kesehatan untuk mengobati tangannya. Di tengah jalan, lelaki berambut pendek ini mendengar ada suara gores. Berulang kali terdengar hingga menemukan sumbernya. Seekor anak anjing sedang mengorek2 sebuah pintu.

"Ng? Kamu mau ke kamar ini?" tanya Ryuen yang kemudian membukakan pintunya. Wajahnya yang tadi menunduk langsung mendongak begitu melihat sesosok wanita berambut merah dengan ciri khas mata yang lancip. "Ayuri?"

OOT: seperti inikan?

OOT: GYAAA!! *peluk Ryuen* thank you!! ^^
IT:

Azure memasuki ruangan diikuti sesosok lelaki yang amat sangat ia kenal lagi. "Oh...kau..." ujarnya singkat yang masih terduduk di tempat tidurnya.

OOT: Azure nama anjingnya kan?
IT:

Ryuen hanya tersenyum mendengar reaksi 'biasa' dari wanita yang ada di hadapannya. Dia sama sekali tidak berubah, meski jika dilihat dari rupa Ayuri yang sangat elegan dan anggun. Ia berjalan dan duduk di kursi dekat tempat tidurnya Ayuri namun matanya sesekali melirik anjing yang masuk itu.

"Sakit lagi nih?" tanyanya cengir.

"..." Ayuri hanya terdiam dan hanya menjawab melalui anggukan pelan. Azure, anjing peliharaan wanita ini menyalak kecil. Sepertinya ditujukan kepada Ryuen.

"Hm?" Ryuen menatap kepada anak anjing yang menyalak tadi. "Wah, anak anjing yang lucu! Kau memeliharanya ya?" girang Ryuen.

"Siapa namanya?"

"...Azure..." jawabnya singkat. Anjing kecil itu berjalan mendekati pria pembuat limiter tersebut dan dengan bulunya dielus2kan pada kakinya Ryuen.

"...hei, apakah...orang seperti aku patut dikasihani?" tanya Ayuri yang aneh kepada Ryuen.

"Azure? itukan nama..." Ryuen berhenti berbicara, tahu kejadian yang sangat menyedihkan 7 tahun yang lalu. Dia tahu apabila wanita yang dihadapannya adalah orang yang membunuh temannya itu. Suasana menjadi menyepi, tiba2 Ayuri bertanya.

Quote :

"...hei, apakah...orang seperti aku patut dikasihani?" tanya Ayuri yang aneh kepada Ryuen.

Terdiam sebentar, Ryuen mencoba untuk mengolah pertanyaan yang diberikan oleh Ayuri. "Gimana ya...semua orang aku bilang patut dikasihani kok. Makanya manusia satu sama lain saling membutuhkan." jawab Ryuen sambil mengelus Azure.

"Gimana ya...semua orang aku bilang patut dikasihani kok. Makanya manusia satu sama lain saling membutuhkan."

"...apakah...aku tidak dibutuhkan di dunia ini?" tanya balik Ayuri yang entah menjadi pertanyaan yang sangat pesimis.

Ryuen yang mendengar itu langsung garuk2 kepala. "Kamu itu tidak berubah sama sekali. Sudah berapa lama ya? 7 tahunkah? Sifat pesimismu itu tidak hilang juga..." ujarnya yang kemungkinan menyakiti perasaan wanita itu.

"Aku tahu kau bukan orang yang tidak ingin melibatkan siapapun dengan urusanmu. Tapi...paling tidak cobalah untuk menyesuaikan diri kepada yang lainnya. Masa pertemananmu dengan Hime, Ryuha, Nauka, Amon, dan lainnya itu tidak termasuk?" tanya Ryuen.

"Dan ada satu hal yang hingga kini aku tidak pernah lihat sisi baikmu...kau tidak pernah mengucapkan "terima kasih". Kamu tidak pernah berkata hal2 yang positif kepada yang lainnya, kau hanya memikirkan hal yang negatif saja." lanjutnya.

"Tidak heran orang2 di sekitarmu itu enggan bersamamu. Kau tidak jujur pada dirimu sendiri. Kamu terus berpaling pada masa lalu, merasa bersalah akan kesalahanmu. Cobalah untuk berpositif, Ayuri... aku tahu untuk tersenyum mungkin susah tetapi...paling tidak, cobalah untuk merasa bersyukur dan berkata "terima kasih". Aku rasa hal itu yang terlebih dahulu dilakukan dan nanti suatu hari kau pasti bisa tersenyum...di balik wajah es-mu itu!" cengir Ryuen mencoba menasehati Ayuri.

"...kau tidak mengerti apapun..." ucap Ayuri menundukkan kepalanya. Matanya yang berpupil lancip dan merah menatap kepada kedua tangannya dan menggenggamnya erat2. "...kau tidak tahu apapun..."

"..." Ryuen hanya merespon diam, speechless mendengarkan perkataan Ayuri yang lagi2 pesimis menurutnya. Sang blacksmither ini kemudian berdiri dan mengambil perban dan melilitkan tangannya yang terluka dan duduk kembali di tempat semula.

"...lihat, menurutmu ini apa?" tanya Ryuen kepada Ayuri menadahkan tangannya yang tadi diperban. "...ini merupakan simbol 'bekas' suatu luka. Anggap saja situasi tanganku yang diperban ini sama sepertimu yang sampai sekarang ini masih tinggal di masa lalu, penuh penyesalan dengan apa yang kau berbuat..."

"Tetapi...suatu saat, tidak...pasti...luka ini akan menutup dengan sendirinya. Proses regenerasi membutuhkan waktu yang sangat lama. Anggap saja ini di situasi di mana aku, Hime, Ryuha, Byakuran dan lainnya menunggu, menunggu 'jawabanmu' kepada kami..." lanjutnya.

Wanita muda itu melihat Ryuen menadahkan tangannya yang diperban ke arahnya dan berucap:

"...ini merupakan simbol 'bekas' suatu luka. Anggap saja situasi tanganku yang diperban ini sama sepertimu yang sampai sekarang ini masih tinggal di masa lalu, penuh penyesalan dengan apa yang kau berbuat..."

"..." Ayuri terus berdiam diri seperti biasanya. Entah apa yang ia merasa malas menanggapi ucapan si tukang pembuat limiter ini atau tidak.

"Tetapi...suatu saat, tidak...pasti...luka ini akan menutup dengan sendirinya. Proses regenerasi membutuhkan waktu yang sangat lama. Anggap saja ini di situasi di mana aku, Hime, Ryuha, Byakuran dan lainnya menunggu, menunggu 'jawabanmu' kepada kami..." lanjutnya.

"'jawaban...ku?'" bingungnya yang mendengar kecerewetan perkataan daripada Ryuen.

"Ya, benar! Dan 'jawaban'nya itu tergantung dari dirimu apakah kau menerimanya atau menolaknya..." tanggap Ryuen lalu melihat jam dinding.

"Sepertinya aku harus bergegas sekarang." lanjutnya berdiri menuju ke pintu keluar. Sebelum benar-benar keluar, Ryuen berbalik muka kepada Ayuri. "ingat...kami semua, masih menunggu 'jawabanmu'. Kau tidak perlu khawatir, Ayuri! lebih cepat, lebih baik..." senyuman pria itu tersinggung sebelum pintu tertutup.

[Out from the room]

OOT: sorry, Ayuri. Komputerku harus di-service ulang jadi ini reply terakhirku ^^ sorry kalau tidak begitu bagus, baru sekarang-sekarang ini aku ber-rp lagi

@Ryuen: swt ya udah deh ^^; thx aniwei :3
IT:

Suasana menyepi, tinggal wanita ini yang tinggal bersama anjing peliharaannya di ruangan. "...'jawaban'...aku tidak tahu 'jawaban'ku?" gumamnya kepada diri sendiri. Ia berdiam diri, merenungkan apa yang tadi diceramahidibilang oleh lelaki pengguna Blacksmith Alice tersebut. Entah apakah ia merasa lebih baik atau tidak nyaman saja berada di ruangan ini, wanita berkacamata ini beranjak dari tempat tidurnya dan meninggalkan ruangan bersama Azure.

(out)