Cinnamon Shop

Kotori tersenyum melihat Bi sekarang, nampaknya ia lupa akan persyaratannya kalau mau mendapatkan boneka tersebut. yah entahlah, mungkin dia ingat atau tidak yang pasti Kotori hanya tersenyum.

"Yah, mungkin kau bisa mendapatkannya dengan syarat bukan? seperti yang kukatakan"

Lalu Koto bergerak kearah Shizu lagi

"Jadi mau beli yang mana pilih saja sesukamu"

"Ya...yang sama saja" Shizu yang masih blushing, cuma bisa menatap lantai.

"Aku kenapa lagi ya..."

Tersenyum kearah Shizu, Kotori hanya menatapnya dengan senyuman ramah.

"Jadi mau pergi jalan jalan saja?"

"Te-teserah kamu!" ujar Shizu blushing

"A...aku cuma bisa ngikut" Shizu makin merah.

Kotori lalu menarik tangan Shizu menatap kearah Bi sejenak lalu tersenyum padanya

"Jadinya mau ikut Bi?" Sambil berjalan keluar

[out]

Ditawari untuk ikut pergi dengan Kotori dan Shizu, Bi hanya memeletkan lidah. Mana mau sih ngeganggu orang berkencan? eh, kencan bukan sih?
Lagipula disini masih ada Ruru, sepertinya ia belum mau melepaskan boneka yang satu ini.. Bukan berarti mau melepaskan Si Giggles juga.
"Tunggu! Kau.. tinggalkan Gigglesnya disini..!" Ucapnya ketus sambil mengulurkan kedua tangannya, nagih Giggles ke Shizu *minta dihajar nih chara XD;;~~*.

Aoi hanya menggelengkan kepala melihat Bi yang masih ngotot mau merebut Giggles. Sudah dibujuk tidak mau juga, oh yeah, sudahlah, toh ini sudah malam. Bukan 'kah semua murid harus sudah berada di kamarnya masing-masing. Aoi meninggalkan tempat itu tanpa pamit.

..........

Bi dan Shizu masih berdebat seru soal boneka Giggles-nya. Mereka tak berhenti mengoceh, sampai-sampai Ruru pun ikut-ikutan terlibat. Namun akhirnya, sang penyelamat jiwa datang! Kotori, begitu ia masuk langsung mendiam-kan Bi. Mungkin Bi takut akan digimana-gimana kan seperti waktu itu. Kotori mengelus kepala Ruru, ia menggelengkan kepala dan mendengus sebal.

Sayangnya, Kotori segera keluar lagi dengan membawa Shizu ikut serta. Dan Aoi, gadis yang bersama Bi juga meninggalkan toko tanpa basa-basi. Sekilas, Ruru melihat nenek penjaga toko yang tersenyum melihat keributan tadi. Tapi itu ga penting, yang lebih penting sekarang hanya ada Bi dan Ruru dalam ruangan itu. Ruru yang ini bukan boneka, so ia tak takut pada Bi yang sedang duduk tepat disebelahnya.

Kenapa!? Kau juga tidak mau jadi bonekaku!?

Ga ada hujan ga ada angin, tiba tiba Bi ngambek padanya. Ruru menanggapi nya dengan wajah datar. Dia menganggap Bi cukup menarik, mampu meng-ekspresi kan perasaan cinta bonekanya dimana saja, kapan saja. Lagipula Bi dapat digunakan untuk balas dendam terhadap 'Ruru boneka'.

Ruru mendekatinya, Setelah sampai tepat di depan wajah-nya -- sangat dekat dengan Bi, Ruru berbisik...
".......Kau.......... ingin boneka?" Bukan berbisik, sih.. hanya suara Ruru yang terlalu kecil.

Mata Bi mengikuti langkah gadis berambut pendek berwarna pirang yang meninggalkan toko tanpa suara. Diam-diam Bi menghela napas. Mungkin setelah ini ia perlu minta maaf karena sudah mengacuhkan Aoi, padahal ia yang membawa Aoi sampai terseret-seret kesini. Pantaslah kalau Aoi kelihatan kesal. Gadis 14 tahun ini bukannya tak tahu kalau kemaniakannya pada boneka memang merepotkan banyak orang, no doubt about it. Tapi apa yang bisa ia lakukan? Disuruh mengabaikan boneka langka di depan matanya? Wew, itu sudah pasti hal terakhir yang berada dalam daftar hal yang ingin dilakukan Bi.

Okeh, ini berarti di ruangan toko tersebut hanya ada Bi dan Ruru. Oh, dan nenek pemilik toko yang terlupakan. Bi kembali menghenyakkan diri ke atas sofa setelah Shizu tak mengabulkan keinginannya memiliki Giggles, tapi ia belum seputus asa itu. Masih ada boneka lain yang menjadi incaran utamanya, dan Bi tak kan melepaskan yang satu ini.
Mata violet kemerahannya melirik Ruru, yang duduk di sebelahnya. Gadis berambut pirang berombak panjang itu tampaknya tengah memikirkan sesuatu, sebelum mendekatkan wajahnya pada Bi dan berucap pelan, ".......Kau.......... ingin boneka?"

Pertanyaan tak terduga rupanya. Bi mengerjap beberapa kali pada Ruru yang rasanya tak sampai sejengkal dari wajahnya. "Err~" Gumamnya agak entah ragu atau grogi, sambil melirik ke arah lain, "Yah.. Maksudku, tentu..." Sambil memainkan kedua telunjuk di pangkuannya ia bertanya-tanya dalam hati, Aneh... Kenapa tiba-tiba ia menawarkan hal yang SANGAT baik ini...? Jangan-jangan ia mau menyuapku dengan boneka lain agar aku tidak mengejar-ngejar dirinya lagi? Oh jangan harap..." Bi buru-buru menepiskan pikiran ragunya, mundur beberapa senti dan menatap Ruru lekat-lekat. Sebelah alisnya terangkat. "Tunggu... Aku tidak mau sembarang boneka.. Aku mau KAU." katanya mantap sambil memberikan tekanan intonasi pada kata terakhir.

hah... dikacangin? yasudahlah. "hoahm... ngantuq... cari poon disekitar sini, lalu tidur ah..." pikir dika.

[out]

OOT : omg OwO''.. gomen, Dika dikira dah keluar
-----------------------------------------
"Tunggu... Aku tidak mau sembarang boneka.. Aku mau KAU."

Nah.. benar benar sama persis seperti jawaban yang diharapkan Ruru.
Sambil merapikan rok blouse nya yang panjang, Ruru berdiri dari kursi dan balas menatap Bi.
"Yang kau mau bukan Aku, tapi si Ruru boneka.." Ia menunjuk dirinya sendiri dengan tangannya.
"Dan.. jika aku berubah jadi dia lagi, katakan padanya bahwa Aku Ruru manusia memberimu izin untuk memainkannya." Katanya tegas. Well, dalam hatinya Ruru tertawa puas. Akhirnya ia bisa membalas boneka terkutuk itu, yang menjadi bagian jiwanya sendiri.

Yeah, Ruru harus berterimakasih pada Bi atas hal ini. Ruru memutuskan untuk menemani nya sementara, supaya tidak ada yang mengganggunya, Bi dan rencana ini.

Demi rencana balas dendam, Ruru mampu bersikap terbalik dari sifatnya yang sekarang, tapi.. hanya untuk Bi.
"Kau tidak mau kembali ke asrama? Mau menghabiskan malam diluar?" Tanya-nya pada Bi yang ada di sofa.

ooc: sama.. >< gomen dika..
@ruru : saya culik.. X3~~
------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sambil sesekali menatap mata Ruru yang tengah menjelaskan panjang lebar mengenai ia dan marionette dalam dirinya alias Ruru boneka, Bi mengangguk-ngangguk kecil.
"Jadi.. Kau mengizinkan aku untuk memiliki boneka Ruru dalam dirimu, benar?" Ulang Bi sekedar meyakinkan, "Kalau begitu aku takkan segan lagi begitu lain kali kalau ia muncul lagi." Lanjutnya tenang. Tapi memangnya Bi pernah segan terhadap boneka? Kalau yang selama ini itu termasuk segan, kira-kira bagaimana yang tidak ya?

"Kau tidak mau kembali ke asrama? Mau menghabiskan malam diluar?"
Bi mengerjap sesaat, ia bangkit berdiri dan menoleh pada Ruru di sebelahnya sambil lalu. "Aku tidak ada niat untuk tidur... Mau keluar menemaniku?" Seringai khas Bi tercipta di wajahnya.
Tanpa menunggu jawaban dari gadis itu, mungkin karena yakin Ruru akan menyetujui ajakannya, Bi menggamit lengannya dan membawa Ruru ke dekat pintu. Ia berhenti di sudut ruangan, dimana boneka hiunya teronggok lemas. Dengan tangkas ia menyentuh kepala boneka itu dan mengaktifkan Alicenya. Tak sampai semenit setelahnya, boneka hiu itu sudah meluncur keluar toko.. Dengan dua gadis di punggungnya, menembus keheningan malam di central town...

[OUT]

[OUT]