It's Happy Line

(OOC : setting jam 06.30 pagi, mendung. Lokasi di halaman sekolah)

Ayumu berjalan menuju halaman sekolah yang kosong. Ya, hari masih cukup pagi dan masih sedikit sekali murid yang sudah berkeliaran di sekolah sepagi ini. Gadis itu menapakkan kakinya di atas rumput halaman yang sangat empuk tersebut.

"Terlalu pagi..." ia menguap, terlihat masih mengantuk. Sinar matahari sama sekali tidak muncul, tertutup awan gelap yang mendominasi langit pagi ini. Ayumu menengadahkan kepalanya dan mengamati langit mendung tersebut.

"...." ia merasakan angin dingin menerpa rambut dan wajahnya. Setelah beberapa detik, gadis itu berjalan kembali menyusuri taman itu. Tiba-tiba, kakinya tersandung sebuah batu dan ia jatuh dengan posisi tengkurap.

"Hhh..."

Ayumu sama sekali tidak bangkit dari posisi jatuhnya itu. Gadis berambut cokelat tersebut akhirnya memilih untuk tiduran di atas rumput saja, terlalu malas untuk bangun kembali. Sepertinya rumput di situ sudah cukup empuk untuk menjadi tempatnya tidur. Perlahan, ia memejamkan matanya.

Kyo,baru kembali dari hutan yang nista itu,sampai di high school place,lalu melihat sekeliling,dilihatnya keadaan sudah agak ramai,dan disana ia melihat orang yang waktu itu cedera dan dibawa ke rumah sakit olehnya,ia berjalan berpapasan dengannya,sampailah dia dihadapannya.

"Ah.." katanya sembari berhenti dihadapan Ayumu

"orang yang waktu itu" lanjutnya lagi.

Ayumu membuka sedikit kelopak matanya, melihat samar-samar Kyo yang berdiri di hadapannya.

"Orang itu... lagi?"

Tanpa berkata apa-apa, Ayumu menutup kembali kedua matanya. Ia terlalu malas untuk melayani orang-orang yang mengganggu ritual tidurnya. Lebih baik berpura-pura tidur saja sampai orang itu pergi.

Tapi, beberapa detik kemudian, ia memutuskan untuk setidaknya menjawab saja pertanyaan orang itu. Toh, pemuda itu akan bosan sendiri nantinya.

"... Ya?" ujar Ayumu singkat, sambil tetap tiduran dan menutup matanya.

"ya apa?" Kyo balik bertanya,sembari seperti biasa,menginvestigasi ayumu yang berada di hadapannya,lalu ida berjongkok dengan satu gerakan cepat lalu langsung mengulurkan tangannya, ia langsung menyentuh jidat ayumu dengan satu jari

"masih ada?" lanjutnya sembari menelusuri jidat ayumu dengan jari-jarinya.

Saat Kyo berjongkok dan memegang dahinya, tiba-tiba jari pemuda itu menyentuh bekas lukanya yang masih belum sembuh benar.

"...!" ia berguling cepat, ke arah yang menjauhi Kyo dan selang beberapa detik, gadis itu sudah terduduk sambil memegang plester di dahinya. Masih terasa sakit, terutama saat Kyo tadi memegang luka tersebut. Ayumu memandang Kyo dan memasang senyum santainya. Hampir tak ada yang berubah pada ekspresi wajahnya, tetap terlihat tenang.

"Ada apa?" tangan kanannya masih memegangi luka di dahinya, sementara tangan kirinya bertumpu pada rumput tempatnya terduduk itu.

"Apanya yang masih ada?" lanjut Ayumu, tentu saja dengan suara tenang yang menjadi ciri khasnya.

Sementara itu, halilintar mulai menyambar-nyambar di atas langit, menimbulkan suara yang cukup memekakkan telinga.

"codetnya" lanjut Kyo sembari berjalan mendekati Ayumu yang berguling menjauhinya,ia lalu melihat ke Ayumu lagi

"Wah,masih ada!" teriaknya dngan nada datar

"kenapa berguling??" lanjutnya lagi dengan nada yang sedikit bertanya kepada Ayumu yang masih tersenyum-senyum itu,kilatan petir melatar belakangi pertemuan mereka pagi itu

"bakal hujan ya..." gumamnya sembari membalikan telapak tangannya,setengah berharap akan hujan.

"Soal luka itu... Tentu saja masih ada." jawab Ayumu singkat, masih memegangi luka di dahinya seakan takut luka itu terbuka lagi. Sudah cukup darah yang mengalir keluar dari dahinya itu. Kekurangan darah hanya membuatnya lemas saja.

"Dan, apa kau tidak punya kerjaan lain selain mengurusi luka orang lain?" tanyanya dengan logat ramah.

"bakal hujan ya..."

Ayumu melirik Kyo yang membalikkan tangannya, kemudian pandangannya teralih pada langit yang semakin gelap. Pagi-pagi begini sudah gelap? Pasti hujannya akan sangat besar.

"Hei... Kalau hujannya besar, bagaimana?" tanyanya pada Kyo, setengah berharap pemuda itu akan cepat pergi meninggalkannya. Ia tidak ingin waktu tidurnya terganggu lagi.

"ga." jawabnya singkat pada Ayumu sembari menatapnya dengan tatapan datar.

"kalau ada kerjaan lain,aku akan berada di tempat lain selain ada disini bersamamu." lanjutnya sembari duduk di sebelah ayumu.

"Kalau hujannya besar??" Kyo mendelik ke arah langit,masih menimbang-nimbang tangannya dan masih pula berharap hujan akan turun pagi itu

"Mana kutahu" lanjutnya dengan datar sembari menoleh ke arah Ayumu dengan wajah yang masih datar seolah wajahnya itu kram.

"kalau ada kerjaan lain,aku akan berada di tempat lain selain ada disini bersamamu."

Ah, Sangat berbelit-belit. Sepertinya karena maksudnya yang sedikit berbelit-belit tidak jelas itu, Ayumu tidak begitu menggubris kata-kata Kyo tersebut. Gadis itu menatap wajah Kyo yang kelihatan kram itu. Kontras sekali dengan wajahnya sendiri yang selalu tersenyum, sehingga menjadikan mereka berdua sebagai sekumpulan orang-orang aneh yang ekspresi wajahnya seakan sudah di-setting seperti itu.

Gadis itu kembali mengalihkan pandangannya pada langit yang berselimutkan awan hitam yang menaungi mereka.

"Kalau hujan... Sepertinya menyenangkan." gumamnya pelan, tapi cukup keras untuk didengar oleh Kyo. Gadis itu kembali menyunggingkan senyumnya, memikirkan ia bisa berlari-lari bebas di tengah hujan ataupun bermain di kubangan air. Untuk beberapa saat, ia terhanyut dalam pikirannya sendiri sambil terus duduk di samping Kyo.

"senyam-senyum mulu" Kyo berkomentar dalam pikirannya melihat ayumu yang cengengesan begitu,dia pikir, orang macam apa Ayumu ini,dalam keadaan apapun bisa tersenyum dengan bebasnya,ia lalu menoleh ke langit,memikirkan bagaimana bila peir menyambar mereka berdua saat mereka sedang duduk,kontras sekali dengan pikiran ceria Ayumu

"Hujan menyenangkan?" tanyanya sambil menoleh ke arah Ayumu yang sedang sibuk berimajinasi tersebut

"sepertinya ya" jawabnya dengan tampang datar

Kata-kata Kyo tadi sedikit membuyarkan lamunannya. Ayumu perlahan menoleh ke arah Kyo, pemuda yang tadi mengatakan bahwa hujan itu menyenangkan.

"Tapi, kau tidak tampak seperti orang yang suka berlari-lari di tengah hujan atau bermain di atas kubangan air." sahut Ayumu tanpa pikir panjang sambil tersenyum pada Kyo.

Ya, bagaimana mungkin orang dengan wajah kram seperti Kyo menganggap bahwa hujan itu menyenangkan? Mungkin wajahnya itu yang harus dibuat menyenangkan terlebih dahulu. Dalam hatinya, timbul sedikit rasa penasaran pada sifat Kyo yang datar-datar saja itu.

"Begitu?" Kyo menjawab terhadap pernyataan Ayumu yang seolah mengatakan kalau wajahnya kram atau wajahnya kaku kayak tempurung kura-kura

"bagaimana kalau begini?" lanjutnya lagi sembari menyunggingkan senyum maksa yang lebuh mirip dengan seringai robot yang kaku,sehingga mukanya menjadi lebih menyeramkan dibanding saat dia kram.

"puas?" lanjutnya lagi.

"...."

Ayumu terdiam, memperhatikan Kyo yang kini tersenyum. Namun, senyumannya itu terlihat sedikit... Menyeramkan. Membuat Ayumu mau tidak mau memalingkan mukanya.

"Hmmph..." tangan kanannya menutupi mulutnya. Mata birunya sedikit menyipit.

Jelas sekali terlihat bahwa ia sedang menahan tawanya. Mulanya, hanya tawa tanpa suara yang ia keluarkan, tapi selang beberapa detik kemudian, gadis itu tertawa lepas.

"Ahahaha!!"

"Hm?" Kyo sekarang kembali ke wajah dungunya yang teramat datar sedatar papan surfing,ia lalu menatap Ayumu lekat-lekat,pikirnya,dia sering melihat gadis itu senyum-senyum ga jelas di setiap saat ia melihatnya,tapi,baru kali ini dia melihat gadis itu tertawa sampai seperti pinggangnya mau copot

"kenapa?" tanyanya datar.

"kenapa?"

Kata-kata Kyo yang tersebut membuat tawa Ayumu sedikit mereda. Gadis itu kembali menatap wajah Kyo yang sudah kembali datar sambil menyeka air mata di matanya (karena tertawa terlalu banyak).

"... Bukan, bukan apa-apa..." jawab Ayumu setelah berhasil meredakan tawanya. Kini senyum khasnya sudah kembali tersungging di bibirnya.

"Hanya saja... susah sekali untuk tersenyum, ya?"

"Hm??" kembali,dia kebingungan,salah sangka akan Ayumu yang ia kira menyatakan bahwa Ayumu susah tertawa,ia makin bingung,otak errornya berpikir namun tidak menemukan jawaban apapun

"Kau susah tersenyum apanya?" tanyanya masih menatap Ayumu dengan lekat dan dengan mukanya yang membosankan dan menyebalkan.

"Bukan aku, tapi kau."

Ayumu menunjuk Kyo dengan jari telunjuk tangan kanannya.

"Padahal, tersenyum itu hal yang paling mudah untuk dilakukan... Seperti ini." Telunjuknya kini menunjuk senyum di wajahnya yang seakan tak pernah hilang itu. "Iya, kan?"

Ya, Ayumu memang selalu tersenyum apapun yang terjadi. Tapi, justru senyum itu yang menjadi tanda tanya besar. Kenapa gadis itu selalu tersenyum? Mungkin, hanya Ayumu yang tahu. Atau bahkan dia juga tidak.

"Oh.." jawabnya singkat sembari mencoba mencerna kata-kata Ayumu yang sekarang tersenyumj lagi,atau mungkin mukanya sudah diprogram untuk tersenyum seperti itu

"Mudah ya?" lalu dia mencoba tersenyum lagi,tapi apa daya,yang keluar hanya senyum robotik menyeramkan,paling banter juga keluar seringai macam genderuwo lagi haus darah.

"susah ah." gumamnya pelan.

"Sulitkah?" tanya Ayumu lagi. Ia masih bertanya-tanya, hal apa yang membuat Kyo sepertinya sangat sulit untuk tersenyum. Memangnya, penyakit kram wajah itu benar-benar ada?

Selagi gadis berambut cokelat itu sibuk bertanya-tanya di dalam hatinya, tiba-tiba setetes air menetes di pipinya.

"...?" gadis itu menyeka air di pipinya, dan menengadahkan kepalanya. Tetes demi tetes air kini turun dari langit yang gelap.

"Hujan..." gumamnya.

"iya" jawabnya singkat,air hujan kini mulai turun,kepalanya kini mulai dibasahi oleh tetes demi tetes air hujan yang turun menghujami kepalanya dengan air dingin

Lalu Kyo membalikan tangannya,merasakan Air Hujan juga di tangannya
"Hujan turun.." gumamnya lagi pelan

"sebaiknya berteduh" Kata Kyo sembari menunjuk suatu tempat beratap yang nampak seperti paviliun,seolah menyuruhnya berteduh,padahal dirinya sendiri masih santai duduk.

"Tidak mau."

Ayumu bangkit dari duduknya dan merentangkan kedua tangannya. Hujan yang turun semakin deras seakan sama sekali tidak mengganggunya. Gadis itu tersenyum dan memejamkan kedua matanya.

"Menyenangkan, kan? Hujan seperti ini..."

Perlahan, gadis itu membuka matanya dan memandang Kyo sambil tetap tersenyum.

"ya" ia merespon singkat terhadap Ayumu yang menyatakan bahwa hujan itu menyenangkan dan melihatnya bangkit dari tanah bak zombi bangkit dari alam sana

"Hujan memang menyenangkan" tandasnya lagi seperti mendukung pernyataan Ayumu,yang membuatnya aneh adalah dua orang dengan sifat yang benar-benar berkebalikan memiliki pendapat yang sama mengenai suatu hal

Ayumu hanya tersenyum dalam diam saat mendengar pernyataan Kyo tersebut. Hujan terus turun, seakan tanpa henti menghujam mereka berdua. Sesekali, angin membuat rambut cokelatnya yang kini basah kuyup melambai. Suasana di situ sangat sepi, seakan semuanya menghindari hujan besar tersebut dan memilih untuk meringkuk dalam selimut yang hangat.

Untuk beberapa saat, tidak ada suara selain suara sambaran petir, dan tentu saja suara desiran hujan yang tak kunjung berhenti tersebut.

JEGEEERRR!!!

beberapa saat kemudian,ada sebuah petir menyambar dihadapan Kyo,keheningan dari beberapa saat yang lalu terebut hanya dengan satu gertakan petir itu,dia lalu melihat tanah yang jebol dan terbakar karena petir itu

"waduh" lanjutnya sembari merangkak mencoba melihat ke sana

"dengar-dengar,petir suka menyambar benda yang lebih tinggi loh.." lanjutnya sembari menoleh kepada Ayumu yang berdiri dan menari-nari di tengah hujan itu

Perhatian Ayumu teralihkan pada lubang besar yang diakibatkan oleh petir tersebut.

"...."

Belum sempat ia berkata-kata, sebuah petir kembali menyambar, kini menyambar tepat di sebelah Kyo.

"Dengar-dengar, petir suka dengan orang berambut hitam." ujarnya tenang sambil tetap berdiri.