Street Performance

"Salah," jawab Nauka, masih dengan senyum asimetrisnya. "Kalian punya waktu... 15 menit lagi."

"Aku tidak menjamin apa yang akan terjadi setelah itu, ya?"

Ia tertawa kecil, kali ini barulah ia terlihat mengerikan.

"Bukankah ini menyenangkan?"

"Um...piano?" tebak Cyalle kepada Nauka.

"Hee.. bukan harmonika?" kini NANA juga memiringkan kepalanya, terlihat bingung memikirkan alat musik yang mungkin dikuasai Nauka. Lagipula, apa maksud dari waktu yang diberikan hanya lima belas menit? NANA sama sekali tak terpikir apa yang sedang direncanakan oleh Nauka. Sebenarnya ia tidak begitu peduli dengan hadiahnya, sih. Hanya saja, kan kalau Nauka menguasai suatu alat musik yang bisa dibawa-bawa, mereka bisa berkolaborasi!

"Oke... Biola?"

Sementara itu, Cyalle menjawab piano. Yah, lumayan memungkinkan juga sih.

Nauka melirik ke arah Cyalle, dan senyum asimetrisnya mendadak terlihat lebih cerah.

"Kamu menang!"

Ia lalu merampas lolipop yang tadi ia berikan pada Cyalle, dan kembali menepuk kepala Cyalle. Sebuah robot yang sangat, sangat kecil terjatuh dari rambut Cyalle. Nauka memungutnya dan segera menyimpannya ke dalam sakunya.

"Sekarang, aku sudah menyelamatkanmu. Dan ini," Nauka mengeluarkan sebuah gelang manik-manik. "Ini hadiahnya."

Lalu ia beralih pada Nana.

"Kamu masih memiliki kesempatan untuk ditolong," senyumnya. "Kalau kamu bisa menebak hal apa yang biasa kulakukan dengan pianoku."

"Wah, wah! Cyalle hebaaat! " NANA bertepuk tangan dengan gembira sambil memandang Cyalle. Sepintas ia melihat Nauka merebut kembali lolipop milik Cyalle, dan ada yang mencurigakan dari tindakan Nauka itu.

Dalam diam, NANA melirik sebatang lolipop yang masih dipegangnya. Menyelamatkan = membuang lolipop? Oke, sepertinya ada yang sudah NANA mengerti. Perlahan, ia menaruh tangannya di belakang punggungnya, dan melempar lolipop itu ke arah kanannya. Lolipop itu terlempar sejauh satu setengah meter dan mendarat di atas rumput sehingga menimbulkan bunyi 'srak' yang sangat pelan, lebih mirip seperti desiran angin yang sepanjang malam ini terus bertiup.

Oke, kini ia sudah terbebas dari lolipop mencurigakan itu. Barang itu sudah menjadi miliknya bukan? Berarti, terserah baginya untuk melakukan apapun pada lolipop itu.

"Yosh, soal yang menarik!" NANA tersenyum lebar saat Nauka melontarkan pertanyaan keduanya.

"Yang mungkin kau lakukan dengan pianomu adalah... memainkan lagu, menurutku!"

"Lagu apa?" senyum Nauka merekah.

"Wah, waaah..." NANA menggaruk-garuk kepalanya sambil nyengir bodoh. "Bagaimana aku bisa menebak lagu apa yang dimainkan oleh seseorang yang baru beberapa belas menit berkenalan denganku?"

gadis berambut panjang itu menarik napas dalam-dalam.

"Yah, aku tidak mengerti maksudmu tentang 'menyelamatkan', tapi kalau aku boleh mengajukan jawaban, mungkin... Lagu yang sedang ingin kau mainkan dengan piano!" serunya sambil tersenyum.

"Kehehe... jawaban yang bodoh, ya?" NANA hanya nyengir lagi. "Kalau jawabanku salah dan itu menjadi alasanmu untuk tidak 'menyelamatkan' ku, silahkan selamatkan mereka." NANA dengan segera menunjuk Noa dan Souji.

"Tidak, aku mau menyelamatkan yang bisa menjawabnya," tukas Nauka cepat. "Aku tidak berminat menyelamatkan orang yang tidak berusaha menyelamatkan dirinya sendiri dulu."

"Dan jawabanmu... bisa kubilang benar," nada suaranya terdengar lebih bisa berkompromi sekarang. "Jadi kuselamatkan saja deh."

Ia mengambil remote control dari balik kemejanya dan mulai menekan-nekan tombol. Setelah itu ia mengembalikan remote control itu pada tempatnya lagi.

"...Sudah kubilang bukan aku orang yang mencurigakan?" senyum Nauka semakin terlihat menyebalkan.

Cyalle yang memang masih polos hanya memandang perbuatan isengnya Nauka. Sebenarnya bapak---maksudnya orang yang bernama Nauka itu tujuan permainan iseng ini?

"...Sudah kubilang bukan aku orang yang mencurigakan?"

Cyalle hanya termanggut2 tanpa tahu yang entah mungkin bakalan lebih gawat lagi situasinya.

Tiba-tiba Nauka menepukan tangannya dan menjatuhkan tas selempangnya ke tanah. Ia lalu berjongkok dan mengubek-ngubek isi tasnya itu. Entah bagaimana caranya, ia mengeluarkan sebuah... alat yang memiliki tuts piano di atasnya.

"Hmm... Lagu apa ya?" gumamnya. Setelah berpikir sesaat ia menyalakan alat yang tampaknya piano elektrik ber-MIDI itu, dan mulai menekan tuts-tuts yang ada dengan jemari kurusnya yang panjang.

Alunan musik yang miris menggema di kegelapan malam.

Lalu ia... tidak bernyanyi; ia menge-rap.

OOC: lagunya ini http://www.imeem.com/vi3tboitim/music/CH_2_SZ4/epik_high_nocturne_tablos_word/ cocok kan buat malem2 n buat nakut2in anak kecil >D

Anak berambut pirang ini yang pada dasarnya tidak takut dengan apapun yang namanya seram/hantu/setan dan sejenisnya mendengar alunan musik yang dimainkan oleh Nauka.

Sambil menggenggam gelang yang diberikan oleh pria tersebut, Cyalle terpesona dengan lagu rap tersebut. Ada apa dengan ini anak? Anak yang aneh...

Mau tidak mau, ada secercah rasa lega yang merasuk ke dalam diri NANA. Dirinya sempat mengira Nauka sudah menaruh bahan peledak di dalam lolipop, atau sudah merencanakan hal-hal lain seperti mengeluarkan alat yang bisa membuat seseorang jadi banci sesaat. Eh? untuk dugaan yang terakhir ini sepertinya imajinasi NANA sudah melanglang buana ke tempat yang terlalu jauh.

"Benar? Waah, aku sungguh beruntung..." gadis itu perlahan memeluk gitarnya yang sejak tadi disandangnya di paha sambil bersila itu dan menempelkan wajahnya di gitarnya -- tentu saja sambil tetap memeluk gitarnya. Wajahnya tersenyum lega setelah beberapa menit ia memacu jantungnya -- jujur saja, walaupun sudah pasrah, rasa tegang masih merayapi lubuk hatinya saat menunggu Nauka mengklarifikasi jawabannya.

"Permainan yang cukup menegangkan, eh?" sahutnya sambil tersenyum pada Nauka. Kemudian ia mengerling pada Noa dan Souji, berharap mereka juga bisa terselamatkan. Bagaimanapun, mereka semua adalah teman pertama NANA.

Lalu tiba-tiba, Nauka mengeluarkan piano elektriknya dan mulai nge-rap. Apa yang terjadi dengan pemuda itu? Kesambet kuntilanak? Tapi, permainan pianonya lumayan.

"Bagus..." NANA tersenyum lebar. "Keren juga permainanmu!" yah, walaupun Nauka mengaku bahwa ia tidak bisa menyanyi, rap-nya lumayan.

Mau tidak mau, ada secercah rasa lega yang merasuk ke dalam diri NANA. Dirinya sempat mengira Nauka sudah menaruh bahan peledak di dalam lolipop, atau sudah merencanakan hal-hal lain seperti mengeluarkan alat yang bisa membuat seseorang jadi banci sesaat. Eh? untuk dugaan yang terakhir ini sepertinya imajinasi NANA sudah melanglang buana ke tempat yang terlalu jauh.

"Benar? Waah, aku sungguh beruntung..." gadis itu perlahan memeluk gitarnya yang sejak tadi disandangnya di paha sambil bersila itu dan menempelkan wajahnya di gitarnya -- tentu saja sambil tetap memeluk gitarnya. Wajahnya tersenyum lega setelah beberapa menit ia memacu jantungnya -- jujur saja, walaupun sudah pasrah, rasa tegang masih merayapi lubuk hatinya saat menunggu Nauka mengklarifikasi jawabannya.

"Permainan yang cukup menegangkan, eh?" sahutnya sambil tersenyum pada Nauka. Kemudian ia mengerling pada Noa dan Souji, berharap mereka juga bisa terselamatkan. Bagaimanapun, mereka semua adalah teman pertama NANA.

Lalu tiba-tiba, Nauka mengeluarkan piano elektriknya dan mulai nge-rap. Apa yang terjadi dengan pemuda itu? Kesambet kuntilanak? Tapi, permainan pianonya lumayan.

"Bagus..." NANA tersenyum lebar. "Keren juga permainanmu!" yah, walaupun Nauka mengaku bahwa ia tidak bisa menyanyi, rap-nya lumayan.

"Terima kasih," jawab Nauka singkat. Senyumnya lalu kembali merekah. "Apakah kau takut pada serangga dan binatang melata lainnya?"

Ia terus memainkan pianonya, tanpa bernyanyi lagi. Alunannya terdengar miris dan penuh nada-nada minor.

"...Karena aku punya permainan selanjutnya."

"Hebat!!" puji Cyalle sambil bertepuk tangan kepada Nauka. Di saat seperti itupun tampaknya anak ini belum merasakan ketegangan yang sebenarnya sewaktu Nauka berkata,

"Apakah kau takut pada serangga dan binatang melata lainnya?"

"Tidak tuh! Biasa saja!" jawab Cyalle dengan senyuman yang lagi2 meyakinkan kalau dia tidak takut dengan apapun. Kalau begitu, dia sebenarnya takut apa? atau dia memang gak punya indera ketakutan?

"...Karena aku punya permainan selanjutnya."

"Hee...permainan apa?" tanya anak berpita biru itu antusias.

"Apakah kau takut pada serangga dan binatang melata lainnya?"

Nauka berujar sambil tetap memainkan pianonya. NANA hanya memiringkan kepalanya, sedikit heran. Pemuda itu sedikit aneh, pikirnya.

"Kalau serangga sih tidak... Tapi, kalau binatang melata yang berbahaya seperti ular, tentu saja aku takut!" sahut gadis berambut cokelat terang itu. Mana ada orang yang tidak takut dengan ular dan binatang berbisa lainnya?

"Memangnya, permainan apa sih?" tanyanya penasaran. "Sepertinya kau suka sekali mengadakan tantangan-tantangan seperti itu..."

Nauka melirik ke arah Cyalle dan masih tersenyum.

"Dalam hal ini kamu berbeda dari adikku," komentarnya. "Tapi bagaimanapun juga meskipun kamu tidak takut, sebaiknya hati-hati ya."

Nauka lalu mendorong masuk pianonya ke dalam tasnya.

"Kalau sampai ada kecoak kecil masuk ke dalam telingamu, segera ke rumah sakit." saran pria muda itu santai.

Tiba-tiba dari kejauhan datang segerombolan serangga dan binatang melata. Gerombolan itu entah kenapa tampak tidak tertarik pada pengunjung central town, dan hanya tertarik pada pengamen dkk itu.

"Hmm... Selamat berjuang."

NANA yang masih duduk bersila sempat termenung mendengar kata-kata Nauka. Apa maksud pemuda itu tentang kecoak yang masuk telinga dan sebagainya? Tiba-tiba pandangannya teralihkan pada kumpulan serangga dan binatang melata yang mendekati mereka dari kejauhan.

"He?! Apa itu?!" NANA buru-buru berdiri dan menyenderkan gitarnya di dinding toko, sementara tangan satunya lagi memegang kotak gitarnya yang lumayan keras. Ia tidak sempat memikirkan kenapa binatang-binatang menjijikkan itu tiba-tiba muncul. NANA buru-buru mengambil ancang-ancang seperti pemain golf -- dengan kotak gitarnya yang bisa diibaratkan seperti stik golf, dan memukul dua ekor kecoak yang mulai mendekatinya.

"Mati kalian!!" serunya keras-keras sambil memukulkan kotak gitarnya pada kedua kecoak tersebut. Dan alhasil, kedua kecoak itu melayang terlempar dan nemplok di rambut Nauka.

"Gyaa... Masih banyak! Kalian, bantu aku!" seru NANA pada yang lain sambil tetap mengayun-ayunkan kotak gitarnya, menyebabkan beberapa serangga --terutama kecoak-- terlempar ke berbagai arah.

Nauka mengambil kecoak itu dari rambutnya dengan tenang lalu kembali melepaskannya, lalu berdiri sedikit menjauh dari mereka.

"Wew, hati-hati... Nanti mereka bisa rusak," ujarnya tenang.

Melihat Nauka sang summoner cecunguk mulai berulah dengan mengganggu Nana dan Cyalle,ia lalu mengambil inisiatif untuk mengusir Nauka dari sana,ia lalu membatin "maaf,tapi kau mungkin harus pergi,meskipun memakai googles keren itu lagi" sembari tersenyum,ia menarik daftnote,note kecil yang kertasnya mudah dilepas dan segulung selotip,lantas ia mencabut secarik kertas dan menulis 'menjauh dari Nana,Cyalle,Souji dan Noa,pergi sana!' diatas kertas tersebut,lalu menempelkan kertas itu dengan indahnya di punggung Nauka


setelah memastikan kertas tersebut benar-benar menempel,ia menoleh ke arah Nana dan dilatarbelakangi oleh Nauka yang mulai mengangkat kakinya,tanda bahwa Nauka sudah terpengaruh Alicenya
"Nampaknya dia sudah mau pulang" ujarnya Pada Nana dan Cyalle sembari memajang cengir kuda.



OOT:mengusir secara paksa,mau ga mau Nauka kudu out >ditampol<

Cyalle yang sepertinya memang tidak punya indera ketakutan hanya diam saja sewaktu para kecoa tersebut mulai menjalar ke tubuhnya. Melihat NANA yang sudah ketakutan setengah mati gara2 kecoa itu, dia berkata, "Kak Natsu, gak apa kok2. Mereka tidak menyakiti kita!"

Kemudian dia berbalik kepada Nauka, "Om--maksud Cyalle, Kak Nauka! Ini permainannya seperti apa?" tanya dengan wajah yang sangat-sangat-bodoh-nan-polos.

OOC: Nauka out, tp alicenya masih tinggal loh xDD

OOT: uh...Alice-nya? yang mana? ^^;
IT:

Nauka terusir berkat Alice-nya Sanada. Cyalle dengan wajah yang masih polos namun penasaran langsung menatap kepada Sanada. "Kok bap--maksudnya Kak Nauka pergi?" tanyanya.

OOC: "kecoaknya nanti rusak" <<< itu petunjuknya ^^

OOT: waduh ^^; apa artinya tuh... ol di Y!M donk
IT:

Bagus, karena si sumber dari penyebab semua ini sudah diusir oleh Sanada sekarang masalahnya...bagaimana caranya ngusir nih para kecoa!! Mana lagi mereka pada ngerayap ke badan2 mereka!! Yah, meski itu tampaknya tidak mempan bagi anak aneh seperti Cyalle ini. Tapi tetap saja naratornya takut DX *dibakar* mau tidak mau semua kecoa itu harus segera disingkirkan.

"Wah, om--kak Nauka tidak ada...bagaimana caranya kita mengusir kecoa2nya?" tanya Cyalle sambil melihat badannya yang sudah dipenuhi dengan serangga2 menjijikan tersebut.

"Um...katanya: mereka bisa rusak...kalau begitu, semuanya robot ya!" ujarnya sambil menarik kesimpulan jikalau para kecoa itu dikendalikan oleh sebuah remote. "Eh? Tunggu dulu...kak Nauka sempat mengutak-atik sebuah remote control...jangan2...dia masih pegang lagi..." lanjutnya yang sepertinya mulai sadar kalau keisengan pria itu belum selesai.