Mourning for the Stupid Dearest

KRASAK!

Terdengar bunyi dedaunian kering yang diinjak oleh kaki. Rokudou Mukuro pun melangkahkan kakinya, menyusuri pemakaman academy tersebut yang sebenarnya tidak cukup layak juga bagi mereka yang sudah meninggal.

Dia pun berjalan melewati beberapa makam yang ada di sana...hingga akhirnya dia sampai ke sebuah makam yang agak jauh, tampak sedikit tidak terawat.

Mukuro menghampiri makam itu dan...menendang batunya...?

"Hei, bodoh, aku datang lagi..." kata Mukuro pelan ke makam itu.

"......."

Hiino berjalan mengikuti Mukuro untuk mencari kuburan... si guru mesum. Saat sudah sampai, Hiino malah berjalan kearah kuburan yang lainnya. Toh yang paling penting bukan si guru mesum.

Sebuah nisan lainnya berukiran 'Neeve Mounsier' ada di depan matanya. Sahabat masa kecilnya (atau lebih tepatnya, tempat dimana Hiino meminta coklat gratis). Dengan santainya Hiino duduk di nisan orang yang tidak di kenalnya.

"...apa kabar, semuanya...?"

Mukuro berkali-kali menendang lagi makam Kazu, lalu kemudian membisikkan sesuatu yang tidak terlalu jelas...sesuatu yang sulit dicerna baik oleh mata maupun oleh telinga. Begitu selesai, pria ini pun menghampiri Hiino dan melihat makam yang dia kunjungi.

"Neeve? Siapa?" tanya Mukuro pelan.

"oh? Neeve?"

Hiino menundukkan kepala sejenak. Sudah berapa tahun yah sejak ia pertama kali berkenalan dengan Neeve, lalu mulai meminta coklat-coklatnya. Gara-gara Neeve juga, Hiino jadi maniak coklat dan senang minta minta makanan. Teman sebaya yang paling dekat dengannya (selain augus). Sifat polosnya membuat Hiino lebih lunak dengan orang lain. Lalu, Raven si kepribadian keduanya, otomatis hilang jika Neeve sudah tiada. Akhir yang tidak diduga, Neeve mati karena... suatu hal yang tidak diduga : jatuh dari pohon. Hiino saja 'cuma' retak tulang saat jatuh dari pohon...

"...." Hiino tidak berkata apapun. Ia hanya menatap batu nisan tersebut.

"temen deket..." jawab Hiino tersenyum tipis

Sebuah pesan dikirim ke tempat Kazu. Isinya mengenai pelayatan terhadap orang yang namanya sama dengan Kazu. Yah, namanya Kazu juga dan sepertinya kenalan Mukuro.

KRASAK!!

Tidak jauh dari tempat Kazu, sudah berdiri 2 orang di hadapannya. Keduanya orang yang ditemui Kazu di cafe itu.

Krasak..Krasak..

"Hei"

Quote :

"temen deket..." jawab Hiino tersenyum tipis

Mukuro menatap Hiino dengan sedikit tidak percaya. Tunggu dulu, Mukuro memang ingat kalau dulu dia pernah mengintip ingatan Hiino sekali, tapi rasanya dia belum pernah menemukan ingatan mengenai orang yang namanya Neeve ini... Atau dia melewatkannya ya? Mukuro cuma bisa terdiam sambil berpikir keras, sekeras otaknya mengizinkan.

"Oh, sekadar teman dekat..."

Quote :

"Hei"

"Oh, kau juga datang, bocah?" kata Mukuro pelan sambil tersenyum dan melambaikan tangannya pada Kazu.

"Oh, kau juga datang, bocah?"

Kazu memasukkan tangannya ke saku celana. "Kau pikir bagaimana?"

Kazu berjalan ke arah nisan batu di dekat Mukuro. Di sana memang tertulis 'Kazu'. 'Hidekazu'. Mungkin dulu orang itu juga dipanggil Kazu. 'Hidekazu Kaishou' mungkin orang baik dan mungkin sifatnya sama mesumnya seperti si nanas itu. Setidaknya itu yg Kazu pikirkan.

"Ini yah, si Kazu itu?" tanya Kazu datar. Rasanya aneh, seperti memanggil nama sendiri.

Drap drap drap...!!

"EXTREME!! Huah, sekali lagi hari yang cerah dan tepat untuk bisa olahraga EXTREME!! Satu, dua, tiga!!" Langkah kaki Chopin semakin cepat sesaat ia mulai lebih bersemangat. Ah, memang tanpa hari tanpa adanya olah raga bagi bocah berambut perak yang satu ini. Handuk berwarna putih bergantungan di lehernya dan keringat masih hangat pun nampak di sekujur tubuhnya. Tak lama saat jogging, Chopin berpapasan dengan sebuah pemakaman...oh? Ada pemakaman toh di kampus?

"HUOH! Pemakaman! Siapa kira akan ada pemakaman di sekolah seperti-- Hmm? Ada orang yang mengunjungi makam ini juga rupanya!" Chopin menatap ke arah pemakaman tersebut sambil mengelap keringat di mukanya itu dengan handuk warna putih di tangannya. Ada tiga orang di pemakaman itu. Termasuk si Rambut Coklat! Uoh, apa yang ia lakukan di tempat seperti ini?

"HEI! Rambut Coklat!!" Seru Chopin ke arah bocah berambut coklat jabrik yang Chopin selama ini belum ketahui namanya. Ia hanya memanggilnya dengan sekedar si "Rambut Coklat" saja.

Quote :

"Kau pikir bagaimana?"

Quote :

"Ini yah, si Kazu itu?"

"Begitulah..." gumam Mukuro pelan sambil menatap Kazu. Setelah mengedikkan kepalanya ke arah Hiino, Mukuro pun kembali ke makam Kazu dan mengelus permukaan batu makam itu. Sehabis menendang-nendang, sekarang mengelus-elus, eh, Mukuro? Senyum kecut tersungging di bibirnya, senyum yang berbeda dari senyumnya yang biasa.

Terdengar teriakan yang sangat keras dari belakangnya dan Mukuro pun menoleh. Dia melihat seorang bocah berambut perak yang kelihatannya tengah berolahraga. Handuk di sekeliling lehernya dan juga keringat yang membasahi tubuh bocah itu menjadi pembuktian konkrit atas dugaannya.

"Hmm..." gumam Mukuro pelan. "Dia rasanya mirip seseorang..."

Ah iya! Dia baru saja ingat. Anak itu lumayan mirip dengan bocah yang pernah dilihatnya di balik ingatan Kazu. Mukuro pun berbalik dan mengacungkan jarinya ke arah bocah itu.

"Baik, bocah! Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Mukuro berlagak seperti guru ngaco.

"Baik, bocah! Apa yang kau lakukan di sini?"

"W-Wha!?" Chopin langsung terkejut ketika ia baru saja mendekat dengan kerumunan orang disana, tiba-tiba ia ditanya secara tak diduga oleh pria berambut hitam kebiruan yang nampak lebih tua dari Chopin. "Err...ehem! Aku disini karena sempat melihat dia!" Chopin menjawab dengan asal dan lalu menunjuk pria berambut coklat jabrik yang dulu pernah menciumnya itu.

"Jadi, tadi aku sedang jogging TO THE EXTREME!! Di hutan ini, lalu saat aku melakukan itu aku melewati pemakaman ini kemudian karena aku melihat orang ini aku berhenti sejenak deh!" Lanjut Chopin sekarang lebih panjang lebar, mengelap keringatnya, lalu menggerakkan kepalanya ke arah orang yang sama, si Rambut Coklat.

Mukuro terdiam sejenak sambil sweatdropped. Gaya bicara bocah di depannya ini...entah kenapa bisa membuat orang jadi keringatan ya... Ukh... Mana giginya kinclong-kinclong gitu lagi! Belum lagi badannya yang berkilau karena keringat... Astaga.

"Jogging, jogging, kok bisa sampe Woods, eh...? Eh, maksudnya kenapa bisa sampe ke pemakaman ini, bocah?" tanya Mukuro yang mendadak sudah di belakang Chopin, berbisik ke tengkuknya.

Mukuro pun mengangkat wajahnya dan mengarahkan padangannya ke Kazu, lalu ke Chopin lagi.

"Kau kenalan Kazu-kun...?"

"HEI! Rambut Coklat!!"
Kazu menoleh ke belakang, tampak seorang pemuda berdiri di sana. Oh, ya dia pernah menjadi korban bersama Kazu di Woods beberapa hari yg lalu.

"Kau kenalan Kazu-kun...?"
Kazu hanya diam saat ditanya begitu. Dibilang teman tidak, namun bukan teman juga tdiak. Oh, sedang-sedang eh? Tapi Kazu memang pernah bertemu beberapa kali dengan si Rambut perak atau sebutan khas Kazu. "Hei, banci ngesot." panggilnya

"Kazu-pyon! Paman Nanas! Chop-chop!" sapa Minagi riang. Dia ke kuburan padahal takut hantu; pada intinya sih dia nyasar dan ingin cari orang, ternyata ramenya di kuburan ^^a

"Sedang apa disini?" senyum Minagi.

"Hei, banci ngesot."

"A-ARGH!! Kenapa harus banci ngesot!? Aku kan lagipula hanya mengesot karena kalelehan!" Ucap Chopin shock karena ia masih diapnggil dengan banci ngesot. Sepertinya Chopin memang seharusnya tidak ngesot sewaktu ia mengenal Kazu dan juga Minagi di hutan. Kalau tidak kan pasti ia tidak dipanggil begitu.

"Kazu-pyon! Paman Nanas! Chop-chop!"

"AH!! EXTREME!! MINAGI!" Seru Chopin keras dan bersamangat sambil melambaikan tangannya tinggi-tinggi ke arah Minagi. Reuni pertemuan Kazu, Chopin, dan Minagi nih? Nope. Sepertinya semuanya datang karena kebetulan saja namun sangatlah senang Chopin bisa bertemu mereka kembali!

"Aku tersasar!" Jawab Chopin sesaat Minagi bertanya apa yang semua lakukan di pemakaman tersebut. Ya, sangatlah jujur untuk bocah berambut perak tersebut.

Quote :

"Aku tersasar!" Jawab Chopin sesaat Minagi bertanya apa yang semua lakukan di pemakaman tersebut. Ya, sangatlah jujur untuk bocah berambut perak tersebut.

Minagi mendekati Chop, lalu berbisik.

"Aku juga sama, nyasar, jangan bilang sapa-sapa ya! Malu, masa Principal nyasar!" bisiknya.

"Kuburan jadi tempat favorit semua orang, eh?" Tanya Kaname ke Mukuro dan Kazu, serta yang lainnya.

Walaupun menyeramkan, tapi itu 'tempat tinggal'nya selama 7 tahun. Tidak aneh kalau sering dikunjungi kan?

Kaname berjalan ke arah kuburannya dulu dan duduk di atasnya. Kuburan Hidekazu berada tidak jauh di sebelahnya.

"Aku juga sama, nyasar, jangan bilang sapa-sapa ya! Malu, masa Principal nyasar!"

"OKEH!! Aku tak akan bilang siapa-siapa! Rahasia TO THE EXTREME!!" Balas Chopin kepada Minagi dengan bisikkan sehingga suara Chopin yang semangat itu terdengar lebih kecil dan bising bagi yang mendengarnya selain Minagi.

"Kuburan jadi tempat favorit semua orang, eh?"

Tiba-tiba suatu suara datang dari arah tak jauh dimana Chopin dan yang lainnya berada. Saat Chopin menoleh ternyata suara itu tak lain datang dari EXTREME!! Puncher Girl! Chopin tersenyum ketika melihat gadis berambut pirang yang satu itu.

"Eh!? Tempat favorit? Heh, kalo aku nyasar kok!" Jawab Chopin dengan polosnya kepada Kaname. Ia melihat gadis tersebut berjalan ke arah kuburan lalu...diduduki!? Chopin langsung terlintas sesuatu di pikirannya. "Kana! Jadi, seperti yang kau katakan dan yang Gossip Girl katakan, kau benar-benar bangkit dari kuburan?" Tanya Chopin kepada Kaname sedikit mendekati arah kuburan yang diduduki Kaname.

Quote :

"Kana! Jadi, seperti yang kau katakan dan yang Gossip Girl katakan, kau benar-benar bangkit dari kuburan?" Tanya Chopin kepada Kaname sedikit mendekati arah kuburan yang diduduki Kaname.

"Humn... Iya." Jawab Kaname singkat.

"Tapi aku gak pernah operasi plastik." Tambahnya, dia gak mau dikira operasi plastik, ini emang wajahnya kok =_=a

"Kazu-pyon! Paman Nanas! Chop-chop!"
"Sedang apa disini?"

Kazu menoleh lagi pada orang yg baru datang. Si Minagi. Ah, hampir Kazu lupa akan kecurigaannya dulu. Nanti mungkin akan ditanyakan oleh Kazu.

Kazu menoleh pada org lain lagi. Datang tiba-tiba seperti hantu.

"Kuburan jadi tempat favorit semua orang, eh?"
"Hmm..Begitulah."

"Kana! Jadi, seperti yang kau katakan dan yang Gossip Girl katakan, kau benar-benar bangkit dari kuburan?"
"Dia sudah meninggal?"

"Humn... Iya. Tapi aku gak pernah operasi plastik."

"Aha, jadi sebagian gossip itu benar-- Oh? Hey, hey! Tapi kalau aku sengaja bilang kamu operasi plastik, kamu bisa menonjok aku sejauh sepuluh meter kan Kana!?" Chopin mengangguk-ngangguk mendengar jawaban Kaname. Lalu, setelah itu pun malah ia bertanya pada Kaname tentang tonjokkannya yang konon bisa mementalkan seorang Chopin sejauh sepuluh meter. Maukah Chopin mengambil resiko itu?

"Dia sudah meninggal?"

"Yup! Katanya sih begitu, namun karena Alicenya, EXTREME!! Puncher Girl masih bisa hidup! Coba saja ia tidak, mungkin aku tak akan merasakan tonjokkannya yang EXTREME!!" Chopin dengan santai menjawab seperti itu kepada Ren, padahal mungkin sungguh-sungguh ia akan ditonjok oleh Kaname.

Quote :

"Dia sudah meninggal?"

"Humn... Mungkin aku agak sulit menunjukkan Aliceku..." Gumam Kaname. Ia menonjok batu nisan Kazu secara keras.

"WADAWW!!" Teriak Kaname, tangannya berdarah, dan rasanya tadi ada suara 'aneh' saat Kaname menonjok batu nisan Kazu.

"I-- Ini Aliceku..." Ujar Kaname sambil menahan sakit, matanya agak berair.

Tangan Kaname yang berdarah perlahan-lahan kering. Bahkan lukanya menutup dan tidak meninggalkan bekas.

"Re-- Regeneration... Alice..." Lanjut Kaname sambil memaksakan diri tersenyum.

Melihat apa yang dilakukan Kaname tadi entah kenapa karena spontan atau apa, Kazu tertawa.

"Hmph....HUAHAHAHAHA!!!" Kazu menahan ketawanya. "Kau sangat bodoh." ujar Kazu dengan senyum yang ditahan karena yah..berlebihan?

Pertama kalinya tertawa begitu? Yah, pertama kalinya di akademi ini.

"Berguna juga."

Kazu berjalan ke arah Kana dan menyentuh tangan Kana yang sakit. "Jangan lakukan itu lagi, kau terlihat bodoh." ujar Kazu.

Kaname langsung menarik tangannya begitu Kazu hendak menyentuhnya.

"Masih sakit! Jangan dipegang!" Seru Kaname. Alice miliknya membuat rasa sakit terasa makin lama memang.

"Sulit sekali menunjukkan Alice ini, aku harus melukai diri sendiri dulu = 3="

"Lain kali jangan begitu." Kazu melanjutkan. Yak, rencananya gagal. Oh, setidaknya Kazu sudah tau.

Kazu duduk di atas sebuah makam. "Kuburan jadi rame"