Shopping da yo! Minagi-chan

oot: rencananya si mau RP bareng si mishuto di sini >3

ikut boleh

episode title is a parody of Bokusatsu Tenshi Dokuro-chan that I do not own.

----

Minagi bersenandung kecil, mengitari Central Town.

"Aku mau beli sesuatu ah, untuk diberikan pada Shirushiru" Minagi memandangi etalase toko.

"Kira-kira apa yang Shirushiru suka, ya?" Minagi blush sedikit.

"Apa aku beli untuk diri sendiri ya?" Minagi melihat pita yang manis.

"Awh, here we go...... the GREAT Alice Academy...... or so they thought."

Langkah Yuuki terhenti di tengah tempat yang asing baginya, ia mengira ia telah mengambil jalan yang benar untuk menuju asrama.... Tapi sepertinya, ini terlihat seperti sebuah kota.

Ia mendapati pemandangan disekitarnya sedikit membingungkan, apa pun nama kota ini, pasti tidak banyak turis yang datang--- or is it isn't the time of the month?

"Bukankah aku ada di Akademi Alice, I swear I pass thru that entrance, that's what they say..." katanya agak risau, "Anyway, I'll stroll for now. Maybe I'll find one or two new things."

... Dan terlihatlah seorang perempuan kecil yang mengamati etalase jendela. Yuuki sempat memiliki niat untuk bertanya, tapi sepertinya anak itu tidak tahu banyak.

"It never hurts trying..." gumam Yuuki dalam hati, ia menghampiri perempuan itu dari belakang, lalu menepuk bahunya.

"Hai."

"KYAA!" Minagi kaget.

"Ka...kau siapa?" ujarnya.

"Jangan jangan HIDUNG BELANG??"

"This is a total misread." bisik Yuuki dalam hati,

Ia tidak menyalahkan perempuan itu, Yuuki belum memakai seragam Akademi Alice-nya, wajar saja jika ia beranggapan bahwa Yuuki adalah seorang freak, setiap orang tua berkata untuk tidak berbicara pada orang asing. Bisa jadi ini dia, orangnya.

Ia ingat satu lencana bintang yang diberikan sewaktu ia masuk. Mereka berkata bahwa bintang itu ada hubungannya dengan pangkatnya, jika begitu, satu lencana bintang itu dapat mengenalkan dirinya sebagai seorang baru.

"Err, maaf. Saya tersesat....... I just wonder if...." errr, gadis itu terlihat takut, mungkin ia tidak suka suara berat Hyde. Yuuki sempat berpikir sejenak, suara apa yang kira-kira cocok untuk berbicara dengannya, sebelum ia menyimpulkan bahwa suara Koichi Domoto adalah suara yang paling pas.

"Maaf, saya sedikit serak tadi." lanjut Yuuki dengan suara yang telah berganti, "Saya hanya ingin bertanya tentang tempat ini, apakah ini benar-benar Akademi Alice?"

Minagi melihat bintang yang ditunjukkan Yuuki.

"Murid baru, toh"

"Iya sih...disini memang Alice Academy"

"New student? You can say so.... Saya dengar ini tempat sepupu-sepupu saya pernah bersekolah...... tapi." Yuuki menoleh ke kanan dan ke kiri, dan menyimpulkan "Tempat ini tidak terlihat seperti sekolah."

"Maaf dik, kakak akan terlambat untuk akreditasi pangkat......" lanjutnya, memperhatikan bintang yang baru diberikannya.

Mereka bilang makin banyak bintangnya, makin bagus fasilitasnya. Modal satu bintang, standar, tapi ada akreditasi yang dilakukan beberapa petugas akademi. Entah siapa yang ada dibalik layar. Tapi ia harus dapat mengesankan guru untuk dapat meraih bintang kelas yang sekiranya memadai.

"Emm... jadi, boleh kakak tahu dimana akademi Alice ini?"

"Akademi ini kan ada di Tokyo?" ujar Minagi.

"Aneh juga.....Jangan-jangan dia dibius terus dibawa kesini?" pikir Minagi.

"Bummer...... this is a total misread after all.", ratap Yuuki, penasaran akan anak didepannya yang sepertinya tidak mengerti apa yang coba Yuuki katakan.

"Maksudku, dik." kata Yuuki pelan, menambahkan isyarat badan dengan menunjuk ke utara "Ini tidak terlihat seperti akademi, dimana bangunan akademinya? Kakak akan terlambat untuk akreditasi pangkat..."

Pasti ada cara yang lebih baik, anak ini dapat mengantarkan Yuuki berkeliling
jika Yuuki dapat membantunya. Jika ia butuh sesuatu, itu berarti ada di dalam etalase itu...

Yuuki menyimpulkan percakapan sebelumnya dan berkata, "Hey, bicara tentang hal lain... kau butuh sesuatu? kakak dapat menolongmu jika kau butuh sesuatu dari etalase itu."

"Bangunan akademi sih....Coba naik bus jurusan gedung yang ingin kakak kunjungi" ujar Minagi.

Quote :

Yuuki menyimpulkan percakapan sebelumnya dan berkata, "Hey, bicara tentang hal lain... kau butuh sesuatu? kakak dapat menolongmu jika kau butuh sesuatu dari etalase itu."

"Sebenarnya sih aku ingin pita itu, cuma aku nggak yakin aku bakal memakainya" Minagi menunjuk sebuah pita putih berenda.

Bus.

Menurutnya, tempat ini diraih dengan naik bus.

Berarti, sudah sejauh apa Yuuki berjalan?

Yuuki melongo, sempat terheran dengan kekuatannya yang telah berjalan, mungkin berkilo-kilo dari tempat yang seharusnya. Ia tahu ia seharusnya tidak percaya dengan penunjuk jalan aneh yang ada di semak semak.

"Ei..." katanya, masih terperanjat, mencoba untuk membuat keadaan agak lebih kalem "Pita putih.... kurasa pita putih tidak akan cocok, dik. Jika ini untuk kau pakai, kusarankan pita ungu atau biru muda di ujung sana."

OOT : Udah minta ijin dari senpai buat ikut =3

---

TLAK

Ritsu terus saja berjalan sambil menendang-nendang batu yang menghalangi jalannya tersebut. Berjalan di jalan setapak CT yang ramai memang membuatnya sangat capek. Tetapi, satu-satunya jalan untuk keluar dari CT memang harus melewati jalan setapak yang ramai ini. Mau tidak mau, harus lewat jalan ini.

Ditengah perjalanannya, dia melihat seorang pemuda yang sepertinya pernah dia lihat. Entah kenapa, di dalam pikirannya, terlintas bahwa pemuda yang ada di hadapannya itu mirip dengan seseorang yang selalu membulying-nya sejak kecil. Tidak mungkin dia berada di akademi ini! Tetapi, semua hal yang tidak mungkin bisa saja jadi mungkin terjadi. Apalagi, gerak-gerik pemuda itu sangat mirip dengan'nya'.

Ritsu menggeram kecil, kemudian dia segera berlari dari arah belakang pemuda itu dan langsung menyerangnya dengan cara menendangnya dari belakang.

BUAGH!

"Ah! Dasar kakek bangka! Kenapa kau bisa ada di sini, hah?!" bentak Ritsu kepada pemuda itu (Yuuki).

"...... What's with her?!" pupil Yuuki membesar, mengindikasikan ia benar-benar kaget. Semuanya baru berjalan dan tiba-tiba saja ada yang meneriakinya dengan sebutan kakek? Yuuki bahkan tidak mengenalnya.

"Permisi sebentar dik......" Yuuki mengelus rambut anak kecil itu sekali dan menghadap perempuan yang baru saja meneriakinya. Ia tidak terlihat tangguh, rambut ungu, mata biru, wew, tidak terlihat seperti seseorang yang berbahaya.

Bagaimana pun juga, Yuuki tidak mengerti tentang ide perempuan ini yang tiba-tiba saja datang untuk membentaknya, ada kesalahpahaman lain disini, dan ini harus segera dibereskan..

"Emm....... do I know you?" tanya Yuuki dengan seorijinal mungkin.

"Emm....... do I know you?"

Eh? Tidak kenal...? Ritsuki menatap pemuda yang ada di depannya itu seteliti mungkin, dari kepala hingga ujung kaki. Er-- Postur tubuhnya memang mirip dengan orang itu. Tetapi, sepertinya ada yang berbeda. Pemuda ini sekilas terlihat mirip dengan'nya', tetapi sekilas juga terlihat berbeda jauh dengan'nya'. Jangan bilang kalau Ritsuki...

S-salah orangkah...?

Ritsuki mulai berkeringat dan pelan-pelan bergerak mundur, menjauh dari pemuda itu. Kemudian, dia buru-buru membungkukkan badannya berkali-kali tanda bahwa dia meminta maaf yang sebesar-besarnya pada pemuda yang baru saja dilabraknya tersebut.

"Maaf...!" ucap Ritsuki. "Habis, kau sekilas terlihat mirip dengan temanku."

Uah, sekarang Ritsuki benar-benar tidak berani menatap pemuda di depannya itu lagi. Bagaimana tidak? Pasti dia akan marah padanya karena sudah langsung main hakim sendiri.

"Tidak apa-apa." katanya pelan, sepertinya semua yang terjadi kebelakang hanya salah sangka. Tentu saja dengan ini, Yuuki tahu ia harus berhati-hati. Kalau benar Alice ini adalah sesuatu yang spesial...... ia bisa mati.

Yuuki membungkuk sekali dan memperkenalkan diri, "Ryuusei Yuuki. Saya mungkin bukan orang yang anda maksud, tapi mohon bantuannya untuk kedepan." Katanya pada wanita itu. lalu berdiri tegap.

Ia mengucapkan salam formal, kembali pada anak kecil itu dan berkata, "Kakak harus pergi, thanks for the help anyway.", mengacak-ngacak rambutnya, sambil memberi dua puluh koin yang ia terima dari pihak "panitia" penyambut.

"Pita putih juga bagus, tapi ia tidak akan menarik! See you!" Yuuki berbalik dan mulai berjalan untuk mencari bus ke bangunan akademi.

[out]

Quote :

"Ei..." katanya, masih terperanjat, mencoba untuk membuat keadaan agak lebih kalem "Pita putih.... kurasa pita putih tidak akan cocok, dik. Jika ini untuk kau pakai, kusarankan pita ungu atau biru muda di ujung sana."

"Tapi aku suka yang itu..." Minagi agak kecewa.

Tak lama kemudian, Ritsuki masuk.

"Halo, senpai?" kata Minagi pada Ritsuki

Well, Ryuusei-senpai, eh? Benar, sepertinya Ritsuki salah orang. Haha, lagipula tidak mungkin si 'kakek tua bangka' itu berada di dalam akademi ini. Lagipula, Ritsuki rela masuk akademi ini demi menghindari si kakek bangka itu.

"Halo, senpai?

Merasa dirinya dipanggil, dia menengok ke arah anak kecil itu. Eh, benar kan Ritsuki yang dipanggil? Lagipula, sepertinya tidak ada orang lain di sekitar sini selainnya. Kemudian, dia tersenyum kecil kepada anak kecil itu, Minagi.

"Well, halo, dik. Maaf atas keributan yang terjadi tadi ya. Sepertinya aku salah orang tadi." ucapnya.

"Aku Ritsuki, panggil saja begitu. Well, dan namamu?" tanya Ritsuki.

"Namaku Minagi" senyum Minagi.

"Salam kenal, Ritsuki-senpai"

"Minagi-chan, ya? Sip, salam kenal juga, Minagi-chan!" ucap Ritsuki.

Melihat etalase sebuah toko yang sepertinya tadi menjadi bahan pembicaraan Minagi dan pemuda itu, Ritsuki tiba-tiba saja bertanya,

"By the way, apa yang tadi kau bicarakan dengan pemuda itu. Mengenai pita rambut kah?" tanya Ritsuki.

"Iya. Cowok murid baru itu bilang, aku nggak cocok pake pita putih" Minagi menunjuk pita putih di etalase.

"Tapi lucu, kan?"

Ritsuki menatap ke arah pita putih yang sepertinya dimaksud oleh Minagi. Kemudian, dia tersenyum kecil ke arah Minagi seraya menatap balik mukanya.

"Cocok kok. Warna putih bersih itu melambangkan kesucian, cocok dengan dirimu yang masih polos juga." jawabnya.

"Jadi, kau mau membeli pita itu? Atau mau aku yang membelikannya untukmu?" tanya Ritsuki balik.

"Aku beli sendiri saja" senyum Minagi.

"Lagipula, uangku sudah dibagikan...." ujar Minagi, masuk ke toko dan membeli pita itu.

Dan memakainya.

"Ritsuki-senpai, cocok kan?"

[IN]

Sakurai memasuki Shopping District,membeli 2 kotak Croissant dan berniat membeli Pita untuk dipasang di Tas nya.

"err,mana Pita warna Merah ya..." pikir Sakurai,lalu akhirnya berjalan dan bertanya kepada salah satu orang yang ada disana *Rits*

"ehm,Pita warna merah ada nggak sih..?"tanya Sakurai.

"Kurasa sih ada...itu?" Minagi menunjuk pita merah berenda.

"Jangan jangan dia banci, nyari pita" Minagi menatap Saku curiga.

Ritsuki tersenyum kecil kepada Minagi. "Cocok kok. Memang, warna putih cocok untukmu." jawabnya.

"ehm,Pita warna merah ada nggak sih..?"

Ritsuki menoleh ke arah sumber suara yang sepertinya memanggilnya. Er...? Seorang laki-laki mencari pita? Apakah hadiah untuk pacarnya? Atau dia pakai sendiri? Ah, sepertinya kalau pakai sendiri tidak mungkin.

"Pta merah? Sepertinya di rak sana ada tuh." jawab Ritsuki sambil menunjuk ke salah satu rak yang ada di dalam toko.

"Kau... Tidak berniat untuk memakai pita berwarna merah itu sendiri, 'kan?" tanya Ritsuki iseng.

Setelah keluar dari kafe, Hibiki mencari-cari tempat yang tenang untuk melanjutkan membaca. Ia memandang kesana kemari, separuh mencari, separuh terkesan akan keramaian kota yang masih tergolong baru olehnya itu.

Karena perhatiannya teralih, ia tidak menyadari telah berjalan terlalu dekat dengan seseorang (Minagi). Hibiki pun tak pelak menabrak bahu orang itu dan menjatuhkan buku tebal yang ia pegang tepat di kaki orang itu.