Blue Sky

Lagi-lagi panas, siang selalu panas. Tetapi tidak ada yang bisa menandingi panasnya Central Town. Aoi kapok ke sana, ditambah lagi banyak orang berdesak-desakan. Well, sesekali ingin ke tempat yang lebih sejuk. Dimana lagi kalau bukan di Woods.

Kali ini ia sanggup menatap matahari. Tentu saja, banyak pohon-pohon tinggi yang menghalangi masuknya cahaya matahari, tetapi tidak menutupi langit biru yang cerah di siang itu.

Kemudian Aoi duduk di bawah pohon. Sayang sekali Aoi tidak bisa naik pohon. Ia membayangkan rasanya asik kalau berada di atas pohon. Well, mau tidak mau, yah di bawah pohon. Kemudian ia mengeluarkan iPod-nya dan memakai headsetnya. Menyetelnya volumenya keras-keras, hutan itu sepi, jadi kalau hening yah seram.

Tubuh Luke melayang di udara seakan ia berenang. Matahari bersinar begitu terik membuatnya harus cepat-cepat istirahat dulu daripada dia memaksakan diri. Berteduh dibawah pohon memang salah satu keputusan yang tepat untuk beristirahat dan mengistirahatkan alicenya. Kaki Luke menyentuh bumi, ia menarik nafas panjang. Sinar panas terus menerus menyinarinya sewaktu terbang tadi. Perhatiannya tertuju pada seorang gadis muda yang tengah mendengarkan lagu.

"Ada orang disini juga..?" sahut Luke lirih terkejut.

Samar-samar suara mengalir ke telinganya yang ditutupi headset itu. Entahlah siapa itu, dan tentunya membuat Aoi merinding. Ada saja suara-suara aneh siang-siang begini. Aoi menoleh ke kanan dan kiri mencari sumber suara. Gotcha! Ternyata memang orang.

"Kau tadi bicara sesuatu, Tuan?" Tanyanya sambil melepaskan headsetnya sejenak. Mungkin pemuda itu mau bicara sesuatu.

Gila-gilaan bersama teman-teman...Gila-gilaan...Eh, tunggu. Rasanya Kaede berjalan sendirian deh. Maklum, dia kan bagian makan kacang goreng, alias dikacangin! Jadi, dia tidak betul-betul keluar dari Woods, rupanya. Kaede takut dikacangin.

Ia melihat ada seorang gadis di sana. Hoo, rupanya gadis ini bisa diajak main, ya? Karena dia menyetel volume iPodnya keras-keras. Hoh, this gonna be interesting!

"Setel lebih keras lagi...Ayo kita mengacau bersama-sama..." ujar Kaede kepada gadis itu, dengan nada ala Raja Pengacau yang seperti biasanya

"Setel lebih keras lagi...Ayo kita mengacau bersama-sama..."

Uh-Oh! Suara siapa lagi itu? Ternyata di hutan banyak orang juga. Ngapain sih ke hutan rame-rame, ngga takut binatang buas 'kah? Kalau begitu ngapain Aoi di sini?!"

"No... no... kau bisa pakai headset punyaku yang sebelah, kalau terlalu keras, nanti tuan ini terganggu.." Ucapnya dengan senyum polos sambil menyodorkan headset sebelah kiri Aoi pada seorang anak lelaki yang baru datang.

Tanpa menghiraukan ucapan gadis itu, Kaede langsung mengambil headset punya gadis itu yang sebelah, kemudian menyetelnya dengan keras-keras. Kaede menyetel lagu "Kucing Garong" dan dimainkan sebanyak 3 kali berturut-turut, kemudian dimatikan.

"Kelakuan si Kucing Garong, ora kena ndeleng sing mlesnong...Main sikat main embat opo sing liwat..." ujar Kaede, menirukan lagu Kucing Garong

Quote :

"Kau tadi bicara sesuatu, Tuan?"

"Tidak. Saya hanya terkejut karena ternyata ada orang di hutan." balas Luke. Gadis muda itu melepaskan headsetnya, sepertinya tadi ia sedang mendengarkan lagu sehingga tidak mendengar kata-kata Luke. Itu bukan masalah yang besar. "Nona, murid akademi juga?"

Seorang pemuda datang dan kelihatannya terganggu dengan suara musik yang tengah didengarkan oleh gadis itu. Mungkin suaranya terlalu keras sehingga sampai terdengar keluar. Luke hanya tersenyum kecil melihat hal itu. Dan mendadak saja pemuda itu menyetel lagu yang tidak dikenal Luke dari i-pod milik gadis itu.

"The other weird guy?" batin Luke ketika melihat kejadian itu.

"Oi, mau main juga?" ujar Kaede, mengajak anak lelaki selain dirinya itu untuk...Hem, apalagi kalau bukan mengacau.

Kaede sendiri, sebenarnya sudah menyiapkan berbagai peralatan khasnya...Dan bersiap-siap mengeluarkannya.

"Kelakuan si Kucing Garong, ora kena ndeleng sing mlesnong...Main sikat main embat opo sing liwat..."

Aoi hanya bengong swt melihat seorang anak laki-laki, err-- yang sepertinya seumuran dengannya. Sekacau-kacaunya Aoi, sepertinya anak lebih kacau. Oh well, biarkan saja, asalkan dia senang dan tidak merugikan orang juga

"Nona, murid akademi juga?"

Aoi mengangguk kecil dengan senyum >> :3 "Aoi Misuzu, murid B - Junior High School." Ucapnya memperkenalkan diri sambil membungkuk sedikit. Yeah, semua orang begitu kalau memperkenalkan diri. Err-- atau Aoi saja yang melakukan ini?

Quote :

"Oi, mau main juga?"

"Maaf, saya tidak berminat." balas Luke tersenyum. Ia tidak tertarik karena ia baru saja menggunakan alicenya cukup lama untuk terbang, menemui langit tadi. Tapi Luke tidak tahu kata bermain yang dimaksud itu bermain dalam arti tertentu atau biasa.

Quote :

"Aoi Misuzu, murid B - Junior High School."

"Nona... Aoi Misuzu.." sahut Luke mengulang nama gadis muda itu. Ternyata gadis itu juga salah satu murid akademi, dan mempunyai alice seperti dirinya. Gadis kecil itu membungkukkan badannya sedikit ketika memperkenalkan diri. Luke melakukan hal yang sama untuk menghormati gadis itu. "Namaku Luke C Helios, saya murid A - Senior High School. Salam kenal, nona Misuzu."

Hngg...Jadi nama gadis itu Aoi Misuzu, yeah. Kaede sudah cukup bisa mendengar gadis itu menyebut namanya sendiri dengan cukup jelas. Hoh. Ini bisa dibuat untuk...Sesuatu yang lebih menyenangkan. Nah, sekarang Kaede tidak dikacangi lagi. Hore.

Yeah, for the Raja Pengacau atau apalah itu.

"Namanya kayak makanan...Eniwei, nama gue Sousetsu Kaede," ujar Kaede dengan nada geje seperti biasanya.

Susah dijelaskan...

"Namanya kayak makanan...Eniwei, nama gue Sousetsu Kaede,"

"He? Nama siapa yang kayak makanan?" Tanyanya sambil menegakkan badannya kembali, lalu menaikkan alisnya menatap orang yang sedari tadi gupek itu. Entah kenapa anak ini paling gupek, cari perhatian 'kah? Atau memang hobinya gupek-gupekan?

"Nama lu tuh, kayak namanya sup," ujar Kaede, tanpa basa-basi dan sangat direct. Sudah tujuannya di Akademi ini untuk mengacau sebanyak-banyaknya.

Aoi menaikkan alisnya, Kaede bukannya tambah takut, ia malah tertawa cengengesan ga jelas.

Quote :

"Namanya kayak makanan...Eniwei, nama gue Sousetsu Kaede,"

Mendengar nama dari pemuda itu, Luke segere mengingatnya. Ia memang lemah untuk mengingat nama orang, apalagi hanya satu kali bertemu. Sousetsu Kaede, seorang dari murid akademi lagi. Pemilik Alice memang semuanya unik-unik.

Quote :

"He? Nama siapa yang kayak makanan?"
"Nama lu tuh, kayak namanya sup,"

"Tuan Sousetsu, itu tidak sopan mengatakan hal tersebut di depan nona Misuzu." sahut Luke, semoga saja Kaede mengerti apa yang dimaksud olehnya.

"Ups! Pelanggaran!"

Untuk pertama kalinya, Kaede menggunakan alicenya pada anak lelaki selain dirinya itu. Apa lagi kalau bukan Word Replacer Alice, Alice yang bisa mengubah kata-kata.

-------------------------------------------------------

((OOT: Kata2 yang dirubah, 'tidak' menjadi 'sangat' dan 'Misuzu' jadi 'Misua'))

"Tuan Sousetsu, itu tidak sopan mengatakan hal tersebut di depan nona Misuzu."

"Never mind, Tuan Helios, mungkin dia lapar, makanya yang ada dipikirannya cuma makanan..." Ucapnya membalas dengan bahasa yang formal juga. Well, rasanya aneh kalau Aoi bicara bahasa formal, tetapi tidak enak kalau membalas bahas formal dengan bahasa sehari-harinya.

"Kau lapar 'kan?" Tanyanya sambil menyodorkan 1 buah howalon yang dibelinya tadi pada Kaede.

Luke hanya terdiam ketika kata-katanya mendadak berubah. Sepertinya itu pekerjaan dari anak pemuda yang mempunyai kemampuan mengubah kata-kata sepertinya. Luke menghela nafas panjang, dia bertemu dengan satu orang aneh selain saptam yang memukul Nacht kemarin.

Quote :

"Never mind, Tuan Helios, mungkin dia lapar, makanya yang ada dipikirannya cuma makanan..."

Bibir Luke tersenyum mendengar hal itu. Misuzu menawarkan sebuah howalon kepada Kaede. Mungkin dia bukan orang aneh, tapi orang kelaparan sehingga menjadi aneh. Mungkin itu pemikiran yang lumayan masuk akal.

Aoi menyodorkan 1 buah howalon pada Kaede. Wah, suatu keberuntungan bagi Kaede. Khe khe khe. Howalon ini, mungkin bisa buat mengacau. Nah, tapi yang jadi masalah, Howalon ini sepertinya tidak bisa dijadikan alat untuk mengacau. Jadilah, Kaede hendak memakannya.

"Engg...Makasih, tapi lu ga makan juga kah? Nih, buat lu setengah. Buat gue setengah juga," ujar Kaede sambil "memecah" Howalon itu menjadi 2 bagian. Tumben, Kaede bisa sesopan itu.

----------------------------------------------

((OOT: Gwa kgk ngerti howalon...))

((OOC: Howalon, permen yang di Alice Academy))

---

"Engg...Makasih, tapi lu ga makan juga kah? Nih, buat lu setengah. Buat gue setengah juga,"

Aoi menggeleng, kemudian ia mengeluarkan sekotak howalon, yang sedari tadi belum ia makan. "Masih ada lima kok, Kita makan bertiga saja!" Ucapnya sambil membuka kotak howalon itu, lalu menyodorkan pada Luke dan Kaede.

Nah, masih ada lima. Buset. Kaede tidak sadar akan hal itu, rupanya howalon yang dipegang oleh Aoi itu masih tersisa lima, dengan satu buah Howalon sudah ada di tangannya. Artinya, tadinya Howalon itu berjumlah 6 buah. Tapi, punya Kaede sudah terlanjur dipecah menjadi dua.

"Oi, lu," ujar Kaede pada Luke, "Makan gih, ntar dikeroyok semut lho," lanjutnya sambil memakan Howalonnya

Quote :

"Masih ada lima kok, Kita makan bertiga saja!"
"Oi, lu,"
"Makan gih, ntar dikeroyok semut lho,"

"Tidak, terima kasih." tolak Luke. Ia berjalan ke sebuah pohon yang cukup besar dan menyandarkan tubuhnya di batang pohon itu. Cukup lelah juga, menggunakan alicenya tadi dari pagi sampai siang. Kepalanya sedikit tertunduk karena kecapaian. "Seharusnya tadi aku tidak memaksakan diri seperti ini."

Si Luke itu menolak pemberian Aoi. Kejamnya! Inilah salah satu alasan mengapa seorang Sousetsu Kaede ini tidak pernah bisa menyukai orang sopan dan berkelas. Mereka selalu saja menolak pemberian orang, dan merasa tidak layak. Menjijikkan sekali!

"Ngg...Kita makan berdua saja yuk,"

Hngg...Mulai lagi deh, Kaede. Ia tanpa sadar mengucapkan kata "berdua". Maksudnya apa, sih? Mengajak kencan? Tentu bukan!

"Ngg...Kita makan berdua saja yuk,"

Aoi mengangguk kecil. Kemudian ia mengambil satu buah howalon lalu memakannya. Ah! selain howalon, ia beli apa lagi ya? Rasanya ia beli banyak barang saat membeli sekotak permen howalon itu.

Aoi berbalik, merogoh sakunya dan menemukan benda-benda lain yang ia beli. "Petok-petok pil? Koyo penenang?" Gumamnya bertanya-tanya sendiri sambil membaca benda-benda itu lebih detil.

Luke merasa kondisi tubuhnya sedang tidak begitu baik. Mungkin ia kembali ke asrama untuk beristirahat saja? Tidak terlalu baik kalau langsung meninggalkan keduanya disini. Dan, pohon yang menjadi tempat untuk berteduh cukup rindang dan nyaman. Luke hanya mengamati keduanya dari tempat dimana ia beristirahat.

Kaede mendengar kata-kata Petok dengan sangat jelas, diucapkan oleh Aoi sendiri. Koyo penenang juga. Sepertinya, akademi ini dipenuhi banyak hal gila yang bisa membuatnya menggila terus-terusan. Bayangkan saja. Petok-petok ada, ayam kalkun ada, ayam jantan berkokok ada, kukuruyuuuukkk!!

"Petok-petok pil, kata lu? Itu...Efeknya bisa jadi kayak ayam yah,"

Bukan, bukan. Kaede bukannya bisa membaca pikiran. Memangnya ia peramal, sampai bisa membaca pikiran sebegitu mudahnya. Rasanya, alicenya itu Word Replacer dan bukan ramal-meramal. Kaede hanya menebak-nebak saja.