Sunset

"...tolong apa?"

Mata Nacht sedikit berbinar ketika gadis ini menanggapi permintaannya, Nacht menyodorkan susu kalengannya yang dari tadi dipegang dengan tangan kirinya. Ia tersenyum minta maaf lalu membuka bibir kecilnya...

"Umm... bisa minta tolong bukakan susu kaleng ini tidak?" tanyanya pelan dengan nada yang sedikit takut-takut. "Aku tidak bisa membukanya..." lanjutnya dengan nada minta maaf. Takut merepotkan gadis ini sepertinya.

Quote :

"Menabrakmu? Aku tak ingat aku pernah menabrakmu! Walaupun tadi saat aku berlari SUPER EXTREME!! Sesuatu terasa terbawa angin!"

"Kalau begitu, saya minta maaf kalau sudah mencurigai anda." sahut Luke menundukkan sedikit kepalanya. Ternyata pemuda itu bukan orang jahat seperti yang dikira olehnya. Beberapa anak akademi yang lain mulai datang. Ada yang dikenal, ada yang tidak. "Nama saya Luke C Helios, salam kenal." Luke tersenyum kepada Chopin.

Quote :

"Halo semuanya, mau lihat matahari terbenam ya?"
"Apa yang kalian lakukan disini? Sekarang ini sudah sore."

Luke sedikit menundukkan kepalanya kepada kedua gadis yang sudah dikenalnya dulu, dan tersenyum lembut kepada mereka, sekedar memberi salam. Ia tidak menyangka kalau akan begitu banyak murid akademi yang berkumpul di atap sekolah.

Quote :

".....manusia...?"

"Saya memang manusia, nona. Nona murid akademi juga?" tanya Luke sopan kepada gadis yang kelihatannya pendiam tersebut. "Nama saya Luke, boleh saya tahu nama nona?"

Quote :

"Hallo Kakak Luke~"

Luke membalas sapaan Nacht dengan mengelus-elus kepala Nacht yang kecil dengan rambut putih lembut milik Nacht. Pandangan Luke mengedar ke angkasa yang mulai memerah dan matahari sudah mulai terbenam. Langit memang indah apapun warnanya.

"Kita tak bohong kok! Sebentar lagi kan Matahari
terbenam, maka dari itu kami akan mencoba mengejarnya! Hayolah! Ikut TO
THE EXTREME!!"

Misa menyipitkan matanya sedikit karena masih curiga alias tidak percaya dengan ucapan murid berambut ubanan yang satu ini. "Kau jangan bohong. Aku tanya sekali lagi, apa yang kalian lakukan disini? Aku tak beramksud apa-apa, hanya ingin bertanya, itu saja." ucap Misaki, mungkin setelah dia berkata hal demikian anak itu akan jujur?

"Umm.. karena Kakak Chopin takut kepada Kakak Misaki mungkin?", balas Nacht dengan tampang polosnya. Oh, jadi nama anak ubanan itu Chopin ya. Kok seperti nama pemusik ya? Jangan-jangan keluarganya fans dari Chopin si pemusik itu.

"Hei!! Aku dengar itu! A-Aku bukan kakek-kakek! Ini memang warna rambut alamiku!!" , teriak si anak ubanan alias Chopin itu yang sedang sibuk menghindari tendangan orang yang memanggilnya copet. Ups, rupanya kedengaran toh. Padahal jarak dirinya dengan Chopin kan tidak terlalu dekat. Ngomong-ngomong, copet? Sudah tampang tua, copet pula? Kasihan sekali orang tuanya.

"Tapi tampangmu seperti kakek-kakek tahu! Cat rambut saja sana jadi hitam sekalian biar tidak terlihat tua!", balas Hikari dengan sedikit iseng. Habis anak ubanan itu reaksinya lucu sih. Sementara itu, Hikari mengalihkan perhatiannya ke gadis pendiam itu. Dia memperkenalkan dirinya sebagai Hinata. Nacht mendekat ke arah Hinata dan meminta tolong kepada Hinata. Sepertinya Hinata sedikit bereaksi dengan kehadiran Nacht.

"Saya memang manusia, nona. Nona murid akademi juga?" tanya Luke sopan kepada gadis yang kelihatannya pendiam tersebut. "Nama saya Luke, boleh saya tahu nama nona?"

"....tanya saja yang lain...", ujarnya dengan sedikit kasar.

Umm... bisa minta tolong bukakan susu kaleng ini tidak?" tanyanya pelan dengan nada yang sedikit takut-takut. "Aku tidak bisa membukanya..." lanjutnya dengan nada minta maaf. Takut merepotkan gadis ini sepertinya.

"......"
Hanya membukakan kaleng itu saja, kan?
Hinata kemudian meraih salah satu kaleng yang dipegang Nacth dan membukanya.

"ini....", ujar Hinata dengan harapan agar dia segera pergi.

"Kau jangan bohong. Aku tanya sekali lagi, apa yang kalian lakukan disini? Aku tak beramksud apa-apa, hanya ingin bertanya, itu saja."

"Oke, oke! Baiklah! Sebenarnya mereka," Chopin menunjuk ke arah Nacht dan juga orang-orang yang sedang mengumpul bersama Nacht disitu. Sepertinya penjaga sekolah ini mungkin akan mengerti bila Chopin mengatakan sejujurnya...hmm, tapi ia memang sudah jujur tapi omongannya kelewat berlebihan untuk jawaban jujur.

"Mereka, terutama bocah berambut yang lucu itu mau melihat Matahari yang terbenam disini! SUWER! Aku tidak bohong kali ini! Walaupun, aku yang membuat ide untuk mengejar Matahari!" Chopin menjelaskan panjang lebar yang sebenarnya kepada penjaga sekolah berambut hitam panjang di hadapannya itu. Itulah memang kenyataannya, walaupun memang Chopin juga jujur akan ide Mengejar Matahari itu.

"AOHHH!!! TIDAK SEMUDAH ITU COPET SIAL!!!! FLYING KICK DX!!!!"

"EXTREME!!!" Chopin, hanya dengan satu hentakkan dan tanpa melihat ke samping, depan ataupun kebelakang sudah dapat menangkap kaki lelaki yang mencoba menendangnya lagi dan sekarang melemparnya ke arah samping lagi dengan mudahnya. Chopin memang sekarang benar-benar terkonsentrasi pada penjaga sekolah karena ia mau mengurusi segala hal supaya yang lain tidak terkena hukuman.

"Nama saya Luke C Helios, salam kenal."

"Oke Luke salam kenal!! Oh dan kau gadis berambut pink! Ini rambut adalah tradisi dari keluargaku! Jadi, tak bisa seenaknya di cat!" Seru Chopin menoleh sebentar kebelakang dan mengacungkan jempolnya ke arah Luke kemudian sekaligus kembali menanggapi perempuan yang memanggilnya 'ubanan'. Sejenak setelah itu, perhatiannya kembali pada si Satpam Wanita yang masih mempertanyakan niat anak-anak yang ada di atap. "Percaya sekarang Mbak Satpam!?" Tanya Chopin hormat kepada gadis lebih tua di depannya itu, badan tegap, seperti sedang upacara bendera, menunjukkan kejujuran Chopin dan kehormatannya sekarang terhadap satpam tersebut.

Quote :

"....tanya saja yang lain..."

Sungguh tidak disangka oleh Luke kalau gadis itu akan berkata seperti itu. Gadis itu sepertinya bukan pendiam, tetapi enggan untuk berbicara dan bersosialisasi dengan teman-teman seakademinya. Luke tidak begitu menanggapi balasan gadis itu sebagai sesuatu yang kasar.

"Baiklah. Maaf, kalau menyinggung perasaan nona." balas Luke.

Quote :

"Oke Luke salam kenal!!"

"Maaf, kalau tidak keberatan, bolehkah saya mengetahui nama anda?" tanya Luke tersenyum.

"adududududuh.... sakit.."pikir Sakurai,yang lalu terdiam dan akhirnya duduk dan bertanya kepada si Copet.

"Kamu ngapain disini? Mau nyopet lagi kayak di Central Town?"tanya Sakurai,sambil membetulkan sepatunya.

Sungguh tidak disangka oleh Luke kalau gadis itu akan berkata seperti itu. Gadis itu sepertinya bukan pendiam, tetapi enggan untuk berbicara dan bersosialisasi dengan teman-teman seakademinya. Luke tidak begitu menanggapi balasan gadis itu sebagai sesuatu yang kasar.

"Baiklah. Maaf, kalau menyinggung perasaan nona." balas Luke.

baguslah kalau mengerti, cepat pergi dari sini...

tapi ia tidak ingin mengatakannya.

Oh dan kau gadis berambut pink! Ini rambut adalah tradisi dari keluargaku! Jadi, tak bisa seenaknya di cat!", balas Chopin sambil berteriak juga. Oke... tradisi kelurga? Hikari tidak bisa membayangkan satu keluarga yang isinya semua berambut putih. Bagaimana membedakan yang mana ayah dan kakeknya kalau begitu? Hikari tertawa agak keras mendengarnya. Mungkin tidak sopan, tapi memang lucu jadi mau diapakan lagi.

"Tradisi yang keren juga! Namamu Chopin ya? Namaku Hikari, salam kenal ya!", balas Hikari kepada Chopin sambil masih setengah berteriak. Anak itu aneh juga tapi terlihat menarik. Yah, kenalan kan tidak ada salahnya. Sementara itu, Luke yang mencoba berkenalan dengan Hinata tapi usahannya tidak berhasil sepertinya. Hikari mendekat ke arah Luke dan berbisik.

"Nama gadis itu Hinata"

Mendengar jawaban jujur dari Chopin itu, Misaki hanya mengangguk-angguk senang karena akhirnya murid itu mau jujur. "Well, tak masalah sih jika kalian kesini untuk melihat matahari terbenam, tapi jangan sampai malam dan jangan berkeliaran saat jam tidur." ucap Misaki, dengan sedikitnasihat dan peringat disana.

"ini...."

"Terima Kasih Kakak~" ujar Nacht polos sambil mengambil susu kalengan tersebut dari tangan HInata dan kemudian duduk kembali di pinggir pagar lalu meminum susu kalengannya sedikit demi sedikit.

Ia memandangi Chopin yang sedang bentrok dengan Misaki dan hanya tersenyum kecil, mata biru kecilnya beralih pada Matahari yang mulai tenggelam, memancarkan warna merah yang menyebabkan langit seperti terbakara... singkat kata, INdah.

"Waw....."

".....indah..."

benar begitu, kan? Hinata...

Terngiang di kepala Hinata sebuah suara, dirinya yang lain..

Ia ingat akan Shiki, saudara yang sangat dikaguminya. Orang yang paling ingin ia lihat wajahnya saat ini. Orang yang paling mengerti kesendiriannya..

"....mataharinya indah ya...", gumamnya

"....mataharinya indah ya...",

Nacht menoleh pada HInata, lalu menghentikan minumnya sambil mengelap sedikit bekas susu yang menempel di sekitar pipinya dengan riang. Puas sekali dengan susu kaleng tersebut.

"Kakak juga suka matahari terbenam seperti ini?" tanya Nacht pelan pada Hinata.

"Tradisi yang keren juga! Namamu Chopin ya? Namaku Hikari, salam kenal ya!"

"He? Oh ya! Salam kenal juga Hika-Hika! Tunggu, aku masih ada urusan disini!" Seru Chopin balik kepada perempuan yang menyahutkan namanya kepada Chopin. Chopin membalikkan badannya pada saat itu juga untuk menanggapi salam kenal gadis tersebut sebelum ia kembali pada petugas sekolah.

"Well, tak masalah sih jika kalian kesini untuk melihat matahari terbenam, tapi jangan sampai malam dan jangan berkeliaran saat jam tidur."

"Hokey! Eh! Maksudku, siap laksanakan TO THE EXTREME!!" Balas Chopin dengan semangat dan menyegir dengan hangat kepada gadis yang ada di hadapannya itu. Masih dalam posisi hormat dan badan sekarang lebih tegap. Sepertinya Chopin memang dapat menghargai orang hanya saja ia orangnya sedikit telat dan memang lama untuk menyadarinya.

"Oh ya! Mbak Satpam gak mau ikutan juga!? Lebih banyak, lebih meriah! Tapi kalau memang anda tidak mau ikut dan harus terus berpatroli tidak masalah! Pekerjaan seorang penjaga kebenaran memang tidak pernah usai!" Tawar Chopin kepada penjaga sekolah berambut hitam tersebut namun ia juga mengerti apabila gadis tersebut tidak bisa ikutan, apalagi karena tugas satpam yang memang tidak pernah selesai. Suatu ajaran yang tidak dapat dilupakan Chopin dari kakaknya.

"Ah! Mataharinya sudah mulai-- WAW!!" Chopin menyadari bahwa mungkin Matahari sudah mulai tenggelam saat suara yang sepertinya milik Nacht mengatakan hal tersebut. Hari juga mulai sedikit gelap hingga Chopin menoleh dan ternyata benar. Matahari tenggelam dengan indahnya memancarkan sinar merah dan pemandangan sekitar yang mendukung. Chopin hanya bisa ternganga melihat pemandangan menakjubkan tersebut. Tak lama laki-laki yang sempat menendang Chopin itu kembali mendekati Chopin.

"Ah! Saya tak mau mencopet kok! Saya kan lagipula murid disini! Kalau saya memang copet, pasti saya sudah bilang bukan!?" Tanya Chopin kembali kepada pemuda tersebut yang sekarang memperhatikan Matahari terbenam.

".....Sunset,huh?"ujar Sakurai sambil menatap Sunset,dan berjalan sedikit dan duduk didekat anak Perempuan yang nampaknya hanya ingin sendiri itu.

"hmm?sepertinya kau terlihat menyukainya ya?"tanya Sakurai.

Nacht menoleh pada HInata, lalu menghentikan minumnya sambil mengelap sedikit bekas susu yang menempel di sekitar pipinya dengan riang. Puas sekali dengan susu kaleng tersebut.

"Kakak juga suka matahari terbenam seperti ini?" tanya Nacht pelan pada Hinata.

"Tidak juga..."
singkat Hinata dengan nada datar...

Semua mulai menoleh ke arah matahari terbenam. Oh iya, hampir saja Hikari lupa dengan tujuannya kesini. Dia kan mau melihat matahari terbenam! Hikari ikut menoleh ke arah matahari terbenam. Matahari mulai terbenam dengan perlahan sambil bersinar dengan indahnya. Warna merah keoranyean yang dihasilkan oleh matahari tersebut seakan-akan membakar seluruh kota dengan cahayanya itu. Hiperbola? Sepertinya Hikari mulai jadi puitis atau mungkin dia kena sindrom orang puitis kalau itu memang ada tentunya.

"Huaaaa, indahnya!", ujar Hikari ketika melihat matahari terbenam. Rupanya rumor itu memang benar. Sayang dia tidak bawa makanan. Kan siapa tahu mereka bisa piknik bersama.

Sungguh tak biasa,sore tampak damai,sampai ketika Eiji saat itu datang membawa aura kenistaan ke atas genting yang terkenal tempat bolos para murid SMA tersebut,ia melangkah dengan santainya sembari bersenandung,tiba-tiba aura kegelapan pun menyerbak disana.

"hoi makhluk nista,apa kabar" lanjutnya dengan cengiran lebar menandakan suasana hatinya lagi baik dan hanya mau bincang-bincang saja.

"Oh ya! Mbak Satpam gak mau ikutan juga!? Lebih banyak, lebih meriah! Tapi kalau memang anda tidak mau ikut dan harus terus berpatroli tidak masalah! Pekerjaan seorang penjaga kebenaran memang tidak pernah usai!"

"Haha, kau kira aku kesini untuk patroli ya?" Tanya Misaki, tetapi pandangannya terarah ke matahari terbenam itu. Wow, memang indah -- sangat indah malah. Tak rugi Misa teleport asal kesini.

"......"

Nacht mengangguk kecil mendengar jawaban HInata, kemudian menjauh sedikit darinya, membiarkan gadis itu larut dalam kesendiriannya. Ia tak ingin mengganggunya, bukankah setiap orang ada saatnya untuk sendirian? Dan itu haknya bukan?

Ia menoleh pada seorang cowok lain yang ada disana [Sakurai], menatapnya polos dengan perasaan yang ingin tahu sebelum mendekatinya sambil menyodorkan tangan kecilnya untuk bersalaman.

"Nama kakak siapa?" tanya Nacht riang,

"Aku Nacht" lanjutnya pada sakurai. Dan kemudian sesosok satpam berpakaian kumel nan nista menyeruak muncul, membuat Nacht sedikit bergidik dan kemudian menoleh dengan takut-takut, dan begitu sadar kalau yang datang adalah Kurogane Eiji.

Nacht langsung ngumpet di belakang Hikari yang masih menikmati indahnya matahari yang baru saja terbenam dengan wajah --> T^T sepertinya sangat ketakutan dengan kehadiran Eiji.

"......"

Untung dia pergi....
Hinata pun keluar dari tempat itu dengan sedikit terdiam..

Kalau dilihat dengan pelan, ternyata dia tersenyum kecil..

[out]

Eiji datang mendekati lalu menyapa nacht,dia tiba-tiba menepuk kepalanya dengan pelan sekali "apa kabar bocah tanggung! dah sembuh loe??" tanyanya dengan sangat santai bak tak terjadi apapun yang membuat nacht masuk RSJ

"waaah...sore yang cerah ya..." katanya menghiraukan nacht yang ketakutan seperti merasakan reiatsunya yang teramat besar macam kenpachi.

Tiba-tiba Hikari merasakan kalau dibelakangnya ada seseorang. Dia langsung menoleh ke belakang dan melihat Nacht yang bersembunyi lagi di belakangnya. Pertama kali dia melakukan ini adalah saat si psikopat aneh itu datang. Jadi seharusnya sekarang pun ada sesuatu yang membuatnya takut. Hikari memandang ke arah Nacht memandang dan melihat si psikopat aneh itu ada disini lagi. Bagus, mau apa lagi dia kali ini? Menyiksa Nacht lagi? Psikopat aneh itu datang dan menepuk kepala Nacht dengan santai dan tanpa merasa bersalah.

"Ada apa kamu kesini? Mau berulah lagi?", ujar Hikari dengan nada sedikit tajam kepada orang itu. Semoga saja psikopat edan ini tidak berbuat yang aneh-aneh lagi saja.

"Ada apa kamu kesini? Mau berulah lagi?"

Terdengar suara seorang anak perempuan berambut pink itu mengatakan hal yang agak tak layak untuk dikatakan kepada orang yang lebih tua, yah.. Walau Misaki tak tahu apa-apa tentang ini. "Hei, ada apa ini?" Tanya Misaki sok wise, yang akhirnya turun tangan dalam hal ini.