what 'bout my star?

Kiri mendengar kalau gadis di depannya bernama Mitsuba. Oh, begitu rupanya. Mata biru Kiri pun mengamati Mitsu dengan cepat, dari atas hingga ke bawah. Entah kenapa gaya rambut pineapplenya mirip dengan Kiri dan juga kakaknya.

"Kenapa?" tanya Kiri sambil tersenyum. "Ah iya. Namaku Rokudou Kirisa. Salam kenal."

Lalu Eirlys memeluk Kiri. Dan Kiri pun balas memeluknya. Aih, gadis itu masih sama seperti dulu. Enak untuk dipeluk, haha.

"..mungkin ini pacarnya?"

"He? Pacar siapa?" tanya Kiri bingung.

Quote :

"He? Pacar siapa?"

Mendengar hal tersebut Eirlys melepaskan pelukannya dari Kirisa, lalu tersenyum lebar. The mischievous smile. Ia penasaran dengan reaksi anak berambut nanas itu... Hm~ "Yap~ masa sih Kirisa tinggal di sini.. Leon ga pernah bilang apa-apa?"

"Yap~ masa sih Kirisa tinggal di sini.. Leon ga pernah bilang apa-apa?"

"Leon gak pernah bilang apa-apa...maksudnya?" tanya Kiri lagi, masih bingung nggak ngerti.

Yap, jangan harap dia konek kalau persoalan percintaan atau apalah itu. Di matanya, Leon dan juga Eir hanyalah teman, jadi bagaimana...?

Mata birunya dipenuhi kebingungan, dan dia pun menggaruk-garuk kepalanya.

God, please let it be no D:

Tapi itu kan, itu kan kata adik Leon sendiri dan Leon sepertinya sangat akrab dengan Kirisa, makanya...mungkin saja itu benar. Mitsuba memandang Eirlys dan kirisa bergantian, mereka juga akrab. Aaah...

"...Oh, sou desu?" kata Mitsuba pelan sambil tersenyum pahit. Memang ini sepertinya tidak mungkin, batin gadis berambut nappo itu sambil mengerling Leon. Mitsuba memeluk CD-nya erat, nyaris saja casenya pecah. Masa' dia mau nangis disini?

Leon mengecek jam tangannya, sudah berapa lama ia menunggu? Eirlys memang harus ditarik keluar kalau sudah belanja. Lagipula bisa gawat, jangan-jangan nanti Eir menghabiskan uangnya. Ia menegapkan posisi berdirinya, lalu melangkah masuk ke dalam toko CD tersebut. Melihat kalau Eirlys sedang berbicara dengan Kirisa dan... gadis berambut nanas yang ia lupa namanya.

Hm, lebih baik tidak diganggu. Leon berjalan menuju kumpulan CD di sisinya, mencari sesuatu yang mungkin menarik baginya.

Quote :

"Leon gak pernah bilang apa-apa...maksudnya?"

"Ya... sesuatu yang dapat diartikan dengan... Kirisa menjadi 'kakak ipar'-ku di masa depan? Hehehe," Ia menjawab pertanyaan Kirisa, mencoba menahan tawa. Fufufu~ jiwa usilnya lagi keluar sekarang.

Quote :

"...Oh, sou desuka?"

"Hai~ Sou desu~~" jawabnya santai, ia lalu memperhatikan wajah Mitsu yang tampak kecewa tingkat 10. Fufufu~ "Leon~ iya kan?" Ia menoleh pada kakaknya yang sedang mencari CD.

"...Oh, sou desu?"

"Eh, tunggu dulu. Aku masih belom ngerti nih..." kata Kiri panik. Nada Mitsuba terdengar sedih. Aduh, padahal apa yang mereka bicarakan saja dia tidak terlalu ngerti!

"Ya... sesuatu yang dapat diartikan dengan... Kirisa menjadi 'kakak ipar'-ku di masa depan? Hehehe."

Kakak ipar...

Kakak ipar...

...

...

Sekalipun Kiri agak lemot kalau menyangkut percintaan dan sebagainya, tapi dia mengerti yang ini. Kakak ipar...hanya ada satu cara dia menjadi kakak ipar Eir...yaitu dengan...

Wajahnya memerah berat dan dia pun memegangi pipinya. Aduh, aduh, apa yang dia pikirkan sekarang. Dan dia mendengar Eir memanggil Leon. Dengan panik, dia menoleh ke arah Leon yang tengah melihat-lihat CD.

"N...nggak mungkin..." gumam Kiri pelan.

"Kakak ipar...,"

Perkataan Eirlys terngiang-ngiang di kepala Mitsu. Ternyata benar, Eirlys saja sudah sangat menyukai Kirisa. Dan mereka sudah kenal lama. Wajah Mitsu makin kecewa. Mana Leon makin tenang-tenang saja lagi... Well, itulah dia. Rasanya dia tidak akan protes juga.

"...Oh--umm, semoga berbahagia?" kata Mitsu, meski ekspresi wajahnya sangat berlawanan dengan perkataannya. Matanya berkaca-kaca. Dia tidak tahu kalau Eiryls hanya iseng, begitulah Mitsuba. Makanya banyak yang senang mengusilinya.

Quote :

"Leon~ iya kan?"

Ia menghampiri Eirlys, Kirisa dan si rambut nanas dengan tampang datarnya biasa, dan menggenggam sebuah CD SoAD baru. Ah, siapa yang sangka Leon menyukai musik keras seperti itu? "Iya apa...? Udah selesai kan?" Tanyanya pada adiknya itu. Ia lalu menoleh pada Kirisa yang mukanya merah padam. "Kirisa... sakit?"

"...Oh--umm, semoga berbahagia?"

"Eh! Itu! Tunggu sebentar! Itu belum tentu, belum tentu!" kata Kiri gugup. "Maksudnya...bukan mustahil bukan pasti...ARGH!!!"

Dia makin bingung, wajahnya makin memerah dan matanya berputar-putar. Aduh, masakan dia juga termakan oleh bercandanya Eir sih?

"Kirisa... sakit?"

"Eh... Itu... Nggak, nggak sakit... Cuma..." Kiri terdiam, wajahnya makin merah padam begitu melihat Leon.

Quote :

"...Oh--umm, semoga berbahagia?"

'Hell yeah,' Otaknya benar-benar sudah termakan oleh dewa kelicikan --jika ada dewa seperti itu. Fufufu~ Rencananya berhasil. Ternyata... kakaknya hebat juga eh? "Iya apa...? Udah selesai kan?" Ia tersenyum licik pada kakaknya itu. "Belum~ dan..."

Eirlys berjinjit, berbisik pada kakak semata wayangnya tersebut, "...bagaimana kalau acara ini kita buat menjadi lebih seru? Misalnya.. Leon," ia berbisik pada kakaknya, "jatuh cinta dengan Mitsuba?"

Ah, lagipula ia harus minta maaf pada Mitsuba, sudah membuatnya seperti ini. Eh...dan terima kasih juga. Ternyata Kirisa juga 'begitu' toh... Fufufu!

Quote :

"Eh... Itu... Nggak, nggak sakit... Cuma..."

"Hm," Leon menjawab datar dan berjalan pergi dari sana. Tetapi baru saja ia mau meninggalkan kumpulan orang-orang arisan ini, adiknya menghentikannya dan membisikkan sesuatu padanya. "...jatuh cinta dengan Mitsuba?"

Selama beberapa detik, Leon hanya diam mematung. Matanya kosong.

"Eh.. kakak?" Eirlys menghampirinya. Leon lalu menggelengkan kepalanya, entah kenapa kepalanya terasa berat sekarang. "Hm? Kenapa, Eir?"

Kiri melihat Leon mau pergi. Aih, wajahnya yang merah benar-benar susah dikembalikan seperti semula. Dia pun berbalik dan mengipas-ngipas wajahnya, supaya hangat di sana sedikit hilang.

Dan Eir mendekati Leon lalu berbisik. Berbisik mengenai apa, Kiri tidak tahu. Yang pasti, Leon mendadak berhenti dan matanya terlihat kosong. Kenapa ya...?

"Leon kenapa?" tanya Kiri dari jauh, karena dia memang tidak berani mendekat kalau wajahnya belum kembali seperti semula.

Kirisa, seperti dugaan Mitsu, sepertinya memang menyukai Leon. Kepala Mitsuba jadi pusing, dia bahkan tidak menyadari Eirlys membisikkan sesuatu ke Leon. Rasanya limbung, dan Mitsu berpegangan pada rak CD yang ada disitu. Dia akan kehilangan hal yang berharga lagi...

Brukk..

Rak CD itu jatuh, beberapa ada yang pecah dan melukai tangan Mitsu, membuatnya berdarah. Mitsu memandangnya lemas, "...Oh..," darah bercucuran dari tangannya.

'My plan is done~' Eirlys tersenyum senang. Ia lalu berjalan menghampiri Mitsu, berbisik pelan dengan nada liciknya, "...Jangan cium kakakku oke?" Lalu berjalan keluar dari toko tersebut. Walaupun tidak jadi beli CD, tapi ada sesuatu yang lebih seru. Fufufu~

[OUT]

Kiri melihat Mitsu terjatuh. Dan tangan Mitsu berdarah. Memang naluri anak baiknya bangkit, Kiri pun menghampiri Mitsu. Dia mengecek tangan gadis itu yang terluka, lalu merobek celemek putih dari kostumnya, digunakan untuk menyeka luka Mitsu.

"N...nggak apa-apa?" tanyanya sambil membersihkan luka Mitsu.

Quote :

"Leon kenapa?"

"Eh?" Leon berpaling menghadap Kirisa. "Ngga... ga apa-apa..." Ucapnya pelan pada gadis tersebut.

Brukk..

Terdengar suara sesuatu --sesuatu yang banyak jatuh. Leon menoleh, memperhatikan tumpukan CD yang jatuh. Dan gadis berambut nanas itu tertimpa di bawahnya. Leon berjalan menuju tumpukan tersebut, tetapi didahului Kirisa. Ia dapat melihat darah mengalir dari tangan gadis tersebut. Leon menepis tangan Kirisa, dan menunduk, mengambil tangan si rambut nanas.

"Tanganmu berdarah..." Ucapnya pelan pada gadis itu, lalu menjilat darah yang mengalir. "Lain kali hati-hati... Mitsuba."

PLAK!

Tangan Kiri ditepis ke samping. Oleh Leon. WTH? Kira-kira begitulah pikiran Kiri sekarang. Leon, yang tadinya cuek saja pada Mitsu, sekarang malah menunduk dan...menjilat darah dari tangan Mitsuba...?

Oke, mungkin memang Leon pada akhirnya mempedulikan orang lain?

Dan Kiri pun hanya terdiam, memegang robekan kain celemek putihnya. Dia mengangkat bahu, dan menatap mereka berdua. Dia tidak mengerti, tapi sesuatu di hatinya terasa sakit melihat itu. Sesuatu. Entah apa, dia tidak mengerti, sangat tidak mengerti.

Quote :

"...Jangan cium kakakku oke?"

Apa maksudnya, Mitsuba tidak mengerti. Gadis misterius (?) itu pergi begitu saja dan rasa sakit karena tangannya berdarah mulai menyerangnya. Ahaha, belum lagi kerugian yang harus dibayar Mitsu karena beberapa case CD rusak...

Quote :

"N...nggak apa-apa?" tanyanya sambil membersihkan luka Mitsu.

"..Arigatou..,"
Walaupun Mitsu sangat cemburu pada Kirisa, namun gadis itu baik. Dia bahkan merobek celemeknya demi membersihkan luka di tangan Mitsu. Baru saja kirisa akan membersihkannya, Leon menepis tangan anak gadis itu dan menjilati...tangan Mitsu?

Quote :

"Lain kali hati-hati... Mitsuba."

Ini pertamakalinya Leon memanggil namanya---err, mungkin bukan, tapi maknanya lebih dalam. Apa yang menyebabkan perubahan sikap Leon seperti ini? Mitsu merasakan lidah Leon yang menelusuri lukanya. Wajah Mitsuba memerah.

"Aah...," gumamnya.

Kiri masih terdiam, melihat wajah Mitsuba yang memerah. Karena tangannya dijilat Leon? Ah, Kiri tidak mengerti, tapi ada bayangan seekor anjing yang menjilati kaki tuannya melintas di kepala Kiri. Dengan wajah senyum kucing, Kiri menonton adegan di depannya.

"Kue daifuku...seifuku..." gumam Kiri dan bajunya berubah jadi seragam, menggantikan kostum maidnya yang sudah robek. "Begini lebih baik..."

Begitu selesai, Kiri kembali menonton dengan mulut terbuka, seperti anak kecil yang penasaran.

Leon mendongak, mendengar Mitsu yang sepertinya malah kesakitan. Ia memperhatikan wajah gadis itu, lalu menunduk lagi. Leon menoleh ke arah Kirisa, "Aku minta ini..." Ia menarik robekan celemek Kirisa dan mengikatkannya ke tangan Mitsuba. "Sakit...?" Leon lalu berjalan ke kasir, yang sepertinya bermuka marah melihat kejadian tersebut.

"Saya yang bayar kerusakan ini..." ucapnya pada kasir tersebut, mengeluarkan credit cardnya. Well, ia paling malas menggunakan uang lembaran, uang sakunya selalu ia tabung. Setelah transaksi tersebut, ia kembali menghampiri Mitsu, dan mengusap kepala gadis itu. "Mau pergi?"

"Aku minta ini..."

"Hmm... Ambil saja..." jawab Kiri, masih bengong menatap Leon dan Mitsuba. Dia hanya diam ketika Leon mengikatkan robekan celemeknya di tangan Mitsuba

Lalu Leon membayarkan kerusakan CD akibat perbuatan Mitsuba. Aih, aih, Leon yang segitu pemalasnya sampai mau melakukan hal tersebut? Bahkan di kepala Kiri, angan-angannya mengenai dunia yang mustahil terjadi, hal itu tidak pernah melintas sedikitpun.

Melihat mereka, sesuatu yang sakit di hatinya terasa makin sakit. Tapi Kiri hanya menghela nafas pelan. Dia tidak boleh merasa sakit, bukan? Kalau pada akhirnya Leon jadi peduli pada orang di sekitarnya, bukannya itu malah bagus?

Tapi...rasanya...

Dia tidak sadar, sedikit air mata berkumpul di sudut matanya.

Wajah Mitsuba memerah lagi. Bukan, bukan sakit, Leon...Mitsuba jadi merasa kotor pada dirinya sendiri.

"..Terima kasih," kata Mitsuba pada Leon yang membalut luka Mitsuba. Gadis itu melirik Kirisa, dia jadi merasa sedikit bersalah. Dan lagi, Leon berubah sikap terlalu drastis. Hanya saja, Mitsuba terlalu senang sehingga dia tidak bisa berpikir straight. Leon yang membayar semua kerugiannya--

"Tu-tunggu, aku bisa membayarnya, Leon," kata Mitsuba sambil meraih dompetnya. Namun Leon mengusap kepalanya dan menanyakan apakah mereka mau pergi...Pergi kemana? Lalu Kirisa...mau tidak mau Mitsuba merasa agak bersalah..

"Baiklah, kita pergi," kata Mitsuba akhirnya. Walau cuma sebentar, maafkan aku. Gadis ber-eyepatch itu memandang Kirisa...

"Terima kasih banyak atas bantuannya, Kirisa-san," ucap Mitsuba pelan, dan dia tulus. Kemudian dia keluar bersama Leon dari music shop.

[out}

"Terima kasih banyak atas bantuannya, Kirisa-san,"

"Sama-sama~" jawab Kiri sambil tersenyum.

Dan dia ikut melangkah pergi, tidak tahu mau ke mana.

(OUT)

Quote :

"Baiklah, kita pergi,"

"Hm," Leon mengangguk pelan, lalu berdiri di samping gadis itu. Entah mengapa ia dapat berbuat seperti ini. Ia ikut saja dengan Mitsuba, padahal gadis itu tidak mengatakan mereka mau ke mana. Ia lalu menoleh sebentar ke arah Kirisa. "Pergi dulu ya," ucapnya pelan.

[out]