Blah Blah Blah! EXTREME!!

"Kazu-pyon! Lain kali kalau becanda jangan kelewatan!"

Kazu menoleh pada Minagi, "Becanda?" tanyanya dengan nada datar. Yah, memang sih tadi itu 'agak' keterlaluan. Atau sudah sangat keterlaluan? Ta-tapi itu kan tidak disengaja. Gimana sih?!

"Soal tadi...Tapi hebat juga, nggak disangka Kazu-pyon bisa tersenyum secerah tadi" Minagi swt.

"Tapi maaf ya, Kazu-pyon, aku benar-benar ada orang yang disukai dan aku sudah jadian dengannya....Aku mau pergi dulu, hari ini episode terakhir C*** G**** R2!" Minagi lari keluar.

[out]

Tamarind meringis pelan. Murid yang tadi terlelap kini sudah bangun.

"Jangan tanya aku!" balasnya. "Kamu sendiri tidak apa-apa?"

"Soal tadi...Tapi hebat juga, nggak disangka Kazu-pyon bisa tersenyum secerah tadi"
"Tapi maaf ya, Kazu-pyon, aku benar-benar ada orang yang disukai dan aku sudah jadian dengannya....Aku mau pergi dulu, hari ini episode terakhir C*** G**** R2!"

Kazu terdiam. Bingung? Jelas!!!! Kazu menatap Chopin. "Hah? Ada apa barusan?"

"Jangan tanya aku!" balasnya. "Kamu sendiri tidak apa-apa?"
Kazu berbalik pada gadis tadi. "Aku baik-baik saja. Kamu tidak apa-apa? Perlu kubawa ke rumah sakit?" tanya Kazu dengan nada datar dan wajah tanpa ekspresinya itu. Namun bisa terlihat bahwa Kazu benar-benar khawatir terhadap gadis itu. Ahh?? Apa-apaan itu?? Kenapa Kazu jadi bersikap simpati pada orang lain?

"Huh. Kalau sudah tidak apa-apa, aku pergi. Terima kasih yah." ujarnya datar, kembali pada sifat semula.

Kazu berdiri dan merapikan pakaiannya, lalu tanpa kata-kata apa-apa lagi, dia berjalan keluar.

(out)

Buukk...!!

"E-Eh!? Salah target!" Ucap Chopin sudah terlanjur melontarkan tendangannya yang seharusnya terarah pada Kazu malah tendangannya terkena oleh seorang gadis yang tiba-tiba saja datang dan berdiri di depan badan lelaki berambut coklat tersebut, pastinya dengan maksud melindungi bukan? Chopin yang melihat tendangannya sudah telat, tak bisa ia tarik kembali, langsung melipat kakinya dan mendarat lagi di atas lantai dengan badannya juga ikut kebawah karena keseimbangannya sedikit goyah. Tapi kurang ajyar! Apa yang diperkirakan Chopin malah berubah. Siapa kira seorang 'Pangeran' Kazu diselamatkan oleh 'Putri' yang rambutnya dikuncir. Fairy Tales really do come true~

"AH! Hei, kau baik-baik saja? Maaf, maaf! Tendangan tadi seharusnya terarah pada Lazu si Ngantuk TO THE EXTREME!! Pasti sakit ya? Mau kurawat kakimu?" Chopin langsung panik, menunduk dikit sambil bertanya keadaan kaki gadis berkuncir yang menjadi korban EXTREME!! Flying Falcon Kick dari Chopin. Dengan segulung perban siap di tangan, ia menawarkan pertolongannya kepada gadis tersebut sambil juga menjelaskan target Chopin yang sebenarnya. "Oh ya!! Lazu, akhirnya kau bangun juga! KAU TAHU!? Dirimu saat tidur itu EXTREME!!" Sejenak topik dialihkan, Chopin kembali pada Lazu mengomentari akan diri anak berambut coklat tersebut yang Chopin tak bisa pungkiri akan masuk dalam list EXTREME!! People 2008. Kazu, CHECK!! Oh ya, kemudian Minagi pun pamit dari kelas untuk alasan menonton suatu acara?

"OKEY! DADAH MINAGI!! Selamat menonton ya! Lain kali, ceritakan aku tentang film yang baru saja kamu tadi sebutkan!" Chopin melambaikan tangannya TO THE EXTREME!! Semangat sekali sewaktu Minagi berjalan keluar kelas dan hilang dari pandangan lelaki berambut putih tersebut. Tak lama juga, Kazu pun harus pergi karena...misinya selesai? HEBAT! Misinya mungkin terfokus untuk membuat hidup Chopin tertendang dan terpukuli yang ternyata EXTREME!! Chopin melihat kepergian temannya semua, kembali lagi kepada gadis yang tadi menjadi korban Chopin, memegang gulungan perbannya. "Nah! Sekarang, masih perlu dirawat kakimu itu? Sebentar lagi kelas juga akan dimulai. Kau yakin baik-baik saja?" Chopin kembali bertanya kepada gadis itu sambil tersenyum lebar dan mengacungkan jempolnya.

Tamarind menyipitkan matanya yang sudah sipit sehingga sekilas tampak sedang memejamkan mata, gadis itu juga mengangkat sebelah alisnya. Jujur ia tidak mengerti dengan kata-kata murid bringasan di hadapannya yang (menurut Tamarind) sangat... kontradiktif.

Di satu sisi ia tampak peduli dengan Tamarind, tapi di sisi lain gestur tubuhnya--caranya mengacungkan jempol dan tersenyum lebar--sama sekali tidak menunjukan simpati pada rasa sakit seseorang--atau setidaknya, begitulah pendapat gadis berkuncir dua itu.

"Aku tidak apa-apa kok, ehehe," jawab Tamarind dengan senyum simpulnya. Lalu sorot matanya berubah. "Aku hanya tidak suka melihat kegiatan barbarik berlangsung di hadapanku."

Untuk sesaat nada suaranya dingin, tapi ia segera tersenyum lebar lagi dan berbicara dengan nada semanis madu, "Tapi terima kasih atas perhatianmu."

Ia bangkit berdiri untuk menunjukan bahwa ia tidak apa-apa, lalu mengulurkan tangannya.

"Namaku Tamarind. Kamu?"

Huwaaa memalukan sekali!!!

Lari, lari, lari terus, Hibiki, dasar payah kamu. Masa megang tangan cewek aja kamu harus kabur karena malu? Sebenernya yang cewek kamu atau Asuka? Ah, tapi memang sudah sifat anak ini sih, polos, makanya ia bisa semalu ini. Gimana kalo dicium cewek nih anak? Pingsan kali ya...-w-

"Haah, haah..." karena lari tak tentu arah, ia malah nyasar ke ruang kelas sekolahnya. Hibiki berniat mencari ketenangan, tempat ia bisa menyesali tindakan, which is bad thing to do by the way, syukurlah ada beberapa orang disana untuk membuat bocah itu melupakan kejadian di kedai ramen tadi.

Ketika ia masuk, ia langsung melihat orang yang pernah menendang bukunya kayak bola dan ia menegurnya, "Chopin-san!" euh, dan ada seorang gadis disitu..."Eh...apa aku mengganggu kalian?"

Anak itu tersenyum ragu, hendak melangkah lagi keluar kalau-kalau ia memang mengganggu.

Souji yang sedang berkeliaran gajebo alias ga jelas bo sampai di dalam ke tempat kejadian perkara,dilihatnya seorang berambut koneng atau kuning dalam bahasa indonesia,ia melihat bocah itu berlari ke arah seorang beruban yang teriak-teriak macam superhero

"wah,wah,wah kejadian yang sangat menarik" gumamnya pelan sembari melihat mereka berinteraksi satu sama lain

"menarik sekali" cengirnya kayak kuda sembari datang kesana untuk berbaur

"hai para manusia!" sapanya so akrab

"bye semua!" lanjutnya lagi cuma lewat

[OUT!]

"Aku tidak apa-apa kok, ehehe,"

"Kau yakin!? Maksudku, tendanganku tadi kan kalau tidak salah cukup keras juga!" Chopin bertanya lagi kepada gadis berkuncir tersebut. Benarkah dia baik-baik saja? Chopin sendiri mengakui bahwa tendangan yang ia lakukan cukup powerful karena tadinya tendangan itu tertuju kepada Kazu untuk membanguninya namun sekarang karena kejadian yang tak terduga, ia merasa bersalah kaki gadis yang ia khawatirkan itu tertendang walaupun tidak sengaja. Chopin kembali berdiri masih melihat gadis itu, ia berkomentar tentang perilaku 'barbarik' Chopin. Dengan serentak Chopin mengepalkan kedua tangannya dan menyatukannya sedikit di depan dadanya sambil tersenyum.

"Barbarik!? AH! Yah, namanya juga laki-laki! Kita berdua tadi hanya bermain-main TO THE EXTREME!! Kau tahu? Lazu dapat bertarung di tidurnya! Maka dari itu tadi aku mencoba menyerangnya dengan EXTREME!! Flying Falcon Kick!" Jelas Chopin kepada gadis tersebut. Chopin sama sekali tak merasa apa yang ia lakukan sebelumnya itu barbarik karena ia tahu apa yang ia lakukan adalah sesama laki-laki dan Kazu dapat bertarung saat tidurnya jadi ia tak begitu mempermasalahkannya kecuali ya~ Kalau ia menyerang Minagi dengan sengaja itu baru barbarik TO THE EXTREME!!

"Namaku? Namaku, Frederic Chopinston! Salam kenal kau begitu Tamarind! Hmm...! Tamarind itu kalau tidak salah semacam buah yang panjang, coklat, dan rasanya asam-asam itu kan!?" Chopin langsung tersenyum dengan sangat semangat sambil memperkenal dirinya, membalas guluran tangan gadis berambut kuncir dua itu sampai sempat-sempatnya ya...nama gadis itu disangkut pautkan dengan Tamarind yang lebih dikenal sebagai 'Asam Jawa' di pasar-pasar. Hmm...kari ayam terdengar enak sekarang TO THE EXTREME!! Tak lama setelah itu, dengan SANGAT tiba-tiba masuklah seorang lelaki berambut pirang yang Chopin nampak kenal sesaat ia menoleh ke arah laki-laki itu. Namanya-- Chopin lupa TO THE EXTREME!!

"Chopin-san!"

"AH! Kau! Laki-laki berambut pirang yang waktu itu aku temui di Central Town bersama Minagi and Friends!" Spontan, Chopin kangsung menunjuk ke arah pria tersebut dengan sangat semangat dan juga terkejut bercampur jadi satu. Kira-kira mengapa ia terlihat lelah seperti itu? Habis lihat hantu di tengah siang bolong ini mungkin?

oot: wei dasar pikun to the extreme anda D:

Hibiki tersenyum meskipun kelelahan ketika Chopin menunjuk dengan over-powered padanya. "Ke-kebetulan sekali -haah- ya, Chopin-san. Dan kau -haah- tetap semangat seperti biasanya," ia menunjukkan wajah ^_^a "Tidak berlari keliling -haah- kota lagi?"

Hibiki mengambil nafas dalam-dalam lalu ia hembuskan untuk menetralkan perkataannya. Kemudian bocah itu melangkah lebih dalam, tidak jadi keluar karena sepertinya ia tidak mengganggu siapapun, tapi anak itu bertanya lagi sambil malu-malu pada Chopin untuk memastikan, "Maaf, aku benar-benar tidak mengganggu kalian kan?"

"Ini...ruang kelas apa ya? Tadi ada pelajaran?" sahutnya memutar-mutar kepala, memandangi ruangan itu.

"Ah, ya... Kegiatan laki-laki," gumam Tamarind. Bibirnya tampak ingin memberikan argumen, tapi entah untuk sebab apa ditahan.

"Aku benar-benar tidak apa-apa kok," lanjut gadis itu dengan sungguh-sungguh. "Apa segitu sulitnya untuk orang-orang--untuk laki-laki--untuk mengakui bahwa perempuan juga bisa kuat?" Argumennya lepas.

Murid itu lalu menyangkut-pautkan namanya dengan sejenis makanan.

"Ah ya, dan bukankah Chopin sebuah partitur kuno?" balasnya tenang. "Disini yang memiliki nama berarti unik bukan hanya aku, jadi tolong tidak usah dibuat menonjol."

Suaranya manis, tapi auranya berubah lagi. Seperti bermuka dua.

"Tidak berlari keliling -haah- kota lagi?"

"Nope! Tentunya bukan saat ini! Mungkin nanti saat pulang sekolah aku akan melakukannya! Mau ikut!? Kau terlihat kekurangan olah raga dengan pola bernafas seperti itu!" Chopin mengacungkan jempolnya tersenyum semangat menjawab pertanyaan dari lelaki tersebut yang ia lupa namanya...Yah, entah bilang Chopin pikun atau hanya karena daya ingatannya rendah. Ia memang seorang yang mudah melupakan sesuatu.

"Menganggu? Tidak sama sekali! Jangan khawatir, ini ruang kelas aku kok dan pelajaran masih akan dimulai sebentar lagi. Tenang saja-- Umm, siapa namamu!? Aku lupa TO THE EXTREME!!" Lanjut Chopin kepada laki-laki berambut pirang tersebut meyakinkan lagi bahwa ia tak perlu bersalah akan berada di kelas tersebut. Dengan senyuman masih terpampang di wajahnya sambil menunjuk diriny sendiri...dan setelah lama, akhirnya Chopin pun bertanya lagi kepada laki-laki tersebut akan namanya. Mudah-mudahan sekarnag tanpa menjadi pikun!

"Apa segitu sulitnya untuk orang-orang--untuk laki-laki--untuk mengakui bahwa perempuan juga bisa kuat?"

"Ah-- EH!? Bukan maksudku begitu! Aku hanya khawatir bila terjadi apa-apa dengan kakimu. Lagipula kan aku bertanggung jawab atas tendangan yang salah target tadi!" Chopin melambaikan tangannya dengan cepat, mukanya sambil tersenyum lalu tangannya ke arah kepala sekarang menggaruk-garuk rasa gatal di bawah rambut peraknya itu. Bukannya Chopin menilai bahwa perempuan lebih lemah dari laki-laki tapi ia sebenarnya hanya khawatir berlebih dan merasa bertanggung jawab atas apa yang ia perbuat. Kembali lagi dengan gadis berkuncir di hadapannya Chopin membahas tentang tak perlunya Chopin menonjolkan akan nama gadis itu.

"Aku tahu itu! Tapi, namamu benar-benar unik TO THE EXTREME!! Kan jarang sekali aku bertemu orang yang namanya adalah nama sebuah bahan makanan! Walaupun ada yang unik pun, itu kan karena nama mereka panjang-panjang dan rumit!" Jelas Chopin berpanjang lebar entah berargumen balik atau apa. Yah, mau diapakan lagi? Sifatnya dalam kondisi Alicenya memang membuatnya 'berlebihan' dalam berbagai arti.

Quote :

"Mau ikut?"

"Euh, sepertinya tidak, terima kasih," langsung saja ia tolak tawaran Chopin dengan mengangkat kedua tangannya, gerakan menolak. Ia kan menghindari kota saat ini hahaha mana mungkin ia berlari mendekati sumber rasa malunya.

Quote :

"Umm, siapa namamu? Aku lupa TO THE EXTREME!!"

Hibiki ber-swt sambil tertawa kecil. "Namaku Asakura Hibiki," jawabnya. "Apa terlalu susah diingat ya?" Anak itu bergumam pelan sambil menggaruk sisi kepalanya.

Ia lalu mengalihkan pandangan pada gadis di dekat Chopin. "Ah, halo. Salam kenal," ia mengangguk sopan.

"Mau ada kelas lagi? Kelas apa ya, apa kau tahu?" tanyanya lagi pada Chopin sambil menarik bangku di dekatnya. Haduh kalau kelas sains atau hitung2an, aku bolos saja deh...-w-

"Euh, sepertinya tidak, terima kasih,"

"AH! Yang benar!? Padahal menyenangkan lho! KIta selain bisa berlari nanti akan melompati jurang, berenang melawan arus sebuah kali di hutan, lalu kita menutupinya dengan berlari tujuh keliling di kuburan!" WAW!! Mungkin benar-benar EXTREME!! Atau memang Chopin yang sedeng, semua itu pastinya akan sangatlah berat apalagi untuk laki-laki berambut pirang tersebut yang nampak sudah lelah habis berlari-lari mungkin? Entahlah, karena Chopin jarang sekali terlihat lelah walaupun telah melakukan olah raga rutinnya.

"Asakura Hibiki...Asakura Hibiki! Hibi-Hibi!! OH YA! Aku ingat sekarang!" Seru Chopin langsung mengingat kembali tentang nama pemuda tersebut. Ternyata, setelah diingatkan Chopin langsung benar-benar bisa ingat akan namanya yaitu Asakura Hibiki yang lalu dipendekkan menjadi Hibi-Hibi. Mudah-mudahan sekarang ia tidak lupa. Waktu berjalan cepat nampaknya. Jam dinding dalam kelas menunjukkan waktu tepat--

DING DONG DING DONG DONG!

"AH! Sudah bel kah!? Baiklah, Asam Jawa dan Hibi-Hibi aku harus pergi. Ada kelas Sejarah Alice habis ini dan aku sama sekali belum belajar untuk ulangan dadakannya TO THE EXTREME!! Dadah!" Chopin langsung mengambil bukunya dan tempat pensilnya, melambaikan tangannya ke arah kedua orang tersebut dan akhirnya berlari sekencang kekuatan seratus kuda disatukan ke kakinya, meninggalkan ruang kelas.

[Out]

Tamarind menaikan sebelah alisnya mendengar julukannya yang baru. Bibirnya tersenyum, tapi siapapun bisa menilai kalau ia tidak benar-benar sedang senang.

Ia menengok pada murid yang baru saja memperkenalkan dirinya sebagai Asakura Hibiki. Gadis itu menghela nafas, tidak tahu apa yang harus dilakukannya sekarang.

Jujur, tendangan Chopin memang menyakitkan. Tapi Tamarind memiliki ego yang tinggi.

"Hmm... Kurasa sebaiknya aku lari ke gedung sebelah. Aku seharusnya di High School Building," ucapnya, entah pada dirinya sendiri atau Hibiki. "Duluan ya."

Setelah itu dengan lincah--gaya larinya persis seperti seekor kancil--Tamarind berlari-lari di koridor.

[out]

Hibiki kembali ber-swt mendengar rute yang akan ditempuh Chopin. Oh my God, definitely a big no-no! "T-tidak, te-terima kasih...OAO" gumam anak itu takut2.

Ketika mendengar bel berbunyi, Chopin langsung meninggalkan kelas dan disusul gadis yang dipanggil asam Jawa (??) wth? itu. Karena kosong, Hibiki kemudian pergi dari sana, mungkin ke kamarnya untuk bersantai sejenak.

[OUT]

Segalanya berjalan begitu cepat di depan Kaname. Memusingkan, ya, hanya itu yang bisa menggambarkan perasaannya kali ini. Baru saja ia mengambil kesadarannya, taunya udah bel Yasudahlah, mesti balik ke kelas juga. Kaname melenggang pergi ke arah kelasnya.

[OUT]