Searching For [a] New Prey

Setting: Koridor, mulai menjelang malam.
Yang lagi ga ada kerjaan boleh nimbrung kok
_______________________________________


Jack akhirnya dapat kabur bebas dari guru berambut pink yang ada di cafe waktu itu. Sebagai gantinya Jack malah nyasar kekoridor sekolah yang masih terang karena lampunya dinyalakan. Buat apa juga lampu dinyalakan? Bukannya disini tidak ada orang sama sekali. Pikir Jack sambil terus berjalan. Kemudian ia berhenti di jendela yang terbuka dan seperti tertarik ia malah berdiri ditempat itu menatap bulan yang samar-samar terlihat.


"Hmmm..."

((OOC: Sepertinya thread ini akan Fast-Paced, nggak keberatan kan kalau saya rep pendek-pendek? Trims))

---------------------------------------

Setelah keluar dari kamarnya, Tokiya hanya berjalan-jalan di sepanjang koridor. Kakinya yang diperban sudah tak terlalu sakit (thanks pada dirinya sendiri karena dia pintar mengobati) dan langkah kakinya sudah tak terlalu terpincang-pincang.

Rasanya waktu cepat sekali berlalu. Kini tahu-tahu saja hari sudah hampir malam dan bulan terlihat samar di setiap jendela yang dilewatinya. Tokiya kemudian berhenti untuk memperhatikan bulan dari salah satu jendela, tak menyadari ada orang selain dirinya disana. Dia hanya memikirkan tentang pamannya yang sudah lama tak ditemuinya, dan juga rencana untuk menghabiskan waktu bersama Isaki besok ketika memandang bulan samar tersebut.

OOT: Ok
_______________

Jack berpaling dengan cepat karena merasakan/mendengarkan suara orang lain sedang berada disana. Kemudian ia melihat seorang perempuan yang sama-sama melihat bulan yang samar seperti dirinya. Dengan muka yang tenang Jack mendekati perempuan itu.



"Sedang apa kau disini?"


Tanya Jack kepada Perempuan itu, padahal alasan keberadaannya disanapun tidaklah jelas. Bahkan dirinya tidak tahu kenapa dia harus sampai ketempat itu.

Tokiya menoleh ke sumber suara tersebut. Seorang murid B Senior High laki-laki bertanya padanya dia sedang apa. Well, sudah jelas dia sedang memandang keluar jendela. Apa perlu dia bertanya lagi?

Gadis itu hanya mengangkat bahunya sedikit, "Tak sedang melakukan apa-apa. Kau?" Yah, bertanya balik tak ada salahnya, kan? Jarang baginya berbicara dengan orang lain.

"Aku disini karena...aku menginginkannya." Jawab Jack santai dengan nada yang kasual berbeda dengan cara bicaranya di Forest Cafe waktu di 'jahili' oleh Nappo-sensei. Jack kemudian berjalan mendekati perempuan itu dengan tenang tidak menunjukan akan melakukan reaksi tiba-tiba kapan saja.


"Apakah tidak apa-apa untuk seorang gadis sepertimu sendirian ditempat seperti ini?"


Jack tersenyum penuh makna. Well, tidak ada orang yang pernah mengerti pola pikirnya karena tidak pernah ada pula orang yang mau mengerti dirinya. Bahkan orang tuanya sendiri yang tega membuangnya kesini dengan alasan untuk bisa mengontrol alicenya lebih dalam lagi.

Ah. Kata-kata yang meremehkan dirinya.

Gadis sepertinya sendirian di tempat seperti ini? Itu terserah dia juga. Toh dia percaya diri dengan kemampuan beladirinya (walaupun dia sakit-sakitan). Tokiya menatapnya agak tajam, "Memangnya kenapa? Ini koridor, tempat orang berlalu-lalang." dia lalu kembali menatap keluar jendela.

Dasar cowok... Selalu meremehkan perempuan.

Ah. Kata-kata yang meremehkan dirinya.

Gadis sepertinya sendirian di tempat seperti ini? Itu terserah dia juga. Toh dia percaya diri dengan kemampuan beladirinya (walaupun dia sakit-sakitan). Tokiya menatapnya agak tajam, "Memangnya kenapa? Ini koridor, tempat orang berlalu-lalang." dia lalu kembali menatap keluar jendela.

Dasar cowok... Selalu meremehkan perempuan.

Jack tersenyum simpul mendengar perkataan gadis itu. Ia merasakan kalau gadis itu sedikit tersinggung dengan perkataannya yang tadi ia ucapkan sebelumnya. Ia menatap gadis itu dan mengayunkan tangan kirinya dengan santai ke depan dan kebelakang entah ingin melakukan apa.


"Memang tempat orang berlalu lalang, tapi apakah kau tidak menyadarinya? Hari sudah semakin gelap sudah semakin sedikit orang yang lewat ditempat ini. Bahkan bisa kukatakan sekarang mungkin hanya kita saja yang berada ditempat ini."


Memang benar kata Jack, koridor tempat itu sepi, tidak seperti siang hari yang dipenuhi murid yang berlalu lalang melewati tempat itu. Jack meletakkan telapak tangannya diwajahnya, bisa terlihat ia tersenyum lagi. Tapi senyumannya kali ini sedikit berbeda.

Tokiya tidak kembali menoleh untuk menatap anak cowok itu. Dia hanya mendengarkan perkataannya sambil menatap apapun yang ada diluar jendela. "Memang. Tentunya setiap hari selalu seperti itu keadaannya. Siang beraktifitas, malam beristirahat," katanya kemudian. Memikirkan hal monoton itu membuatnya merasa bosan. Seandainya Isaki tidak datang kemarin, dia pasti akan menjalankan hari ini dengan sama monotonnya.

Tokiya sedikit menguap (sebelumnya memalingkan muka dari anak cowok itu dan menutupi mulutnya dengan sebelah tangannya), merasa kantuk kembali menyerangnya tapi tidak terlalu. Kemudian akhirnya dia menatap cowok itu. Dia merasa agak heran dengan ekspresinya, "Ada apa?"

"Apa kau takut dengan yang namanya hantu?"

Ucap Jack suaranya jadi terdengar kekanak-kanakan tapi juga agak sedikit terdengar mengerikan. Jack kemudian berjalan menembus badan gadis itu dan sebelum gadis itu berpaling ia menembus tembok untuk bersembunyi....Ia memang tidak terlihat, tapi ia masih disana. Kalau orang yang memiliki insting yang lumayan tinggi pasti mengetahuinya.

...Hantu?

Kemudian anak laki-laki itu menembus tubuhnya, dan jujur saja, itu membuatnya agak kaget. Begitu dia berpaling ke belakang anak cowok itu sudah tak ada. Tokiya hanya menatap koridor kosong.

"..."

Jadi hantu benar-benar ada? pikirnya kalem, Mungkin aku harus menceritakan ini pada Isaki nanti.

Tapi Tokiya segera membuang pikiran itu jauh-jauh. Pikirkan saja dengan logika. Tempat ini adalah tempat menampung anak-anak yang memiliki beragam Alice, dan pastinya yang barusan itu semacam Alice. Tokiya kembali menatap keluar jendela, "Alice yang aneh juga..." bisiknya pelan.

"Ahhh, benar-benar tidak seru!"


Jack kemudian menampakan wujudnya dan memasang wajah yang masam , sepertinya ia tidak jadi bersenang-senang. Kemudian ia berjalan mendekati gadis itu.


"Apakah kau tidak kaget melihat hal yang tadi?!"


"Adakah hal yang bisa membuat .....setidaknya sedikit kaget?"


Wajah masam Jack digantikan dengan senyuman, senyuman yang seperti/seakan mengisyaratkan orang yang melakukan senyum itu minta dihajar. Jack kemudian mendekatkan langkahnnya, dan meletakkan kedua tangannya di pundak gadis itu.

"Ahhh, benar-benar tidak seru!" kata cowok itu yang tiba-tiba muncul kembali dengan wajah masam. Dia berjalan mendekat dan bertanya padanya dengan kesal apakah ada sesuatu yang membuatnya takut. Tokiya sekali lagi hanya mengangkat bahu ketika menoleh padanya.

Lalu cowok itu tersenyum dan dengan seenaknya meletakkan kedua tangannya di bahunya. Tokiya langsung menampiknya pelan, cukup untuk melepaskan tangan cowok itu dari bahunya. "Tahukah kau? Itu sedikit tak sopan bagiku," katanya kalem.

Quote :

"Tahukah kau? Itu sedikit tak sopan bagiku,"

"Hoo...jadi masalah sopan-tidak sopan ya?..."


Jack kemudian memasang sarung tangan putihnya . Setelah memasangnya ia mundur beberapa langkah sambil menatap gadis itu dengan tatapan yang serius.


"Saya yakin saya belum memberitahukan nama saya sebelumnya. Jack Cromwell, sebenarnya mudah ingat tapi lebih dipilih untuk dilupakan...Kalau nama anda?"


Tanya Jack dengan senyum simpul mata birunya yang cemerlang bagaikan jendela langit di siang hari.

Tokiya memiringkan kepalanya sedikit, "Sungguh sopan, aku terkesan." Tokiya tertawa kecil. "Jack Cromwell? Akan kuingat," katanya sambil tersenyum samar, membalas senyumannya. "Aku Itsuki Tokiya, salam kenal," dia sedikit mengangguk padanya.

Tokiya kemudian bersandar membelakangi jendela, menatap cowok itu ingin tahu. "Bagaimana mungkin aku tak tahu siapa kau? Oh, maaf, itu karena selama setahun ini aku jarang keluar kamar. Suka tertinggal berita," katanya.

Quote :

"Bagaimana mungkin aku tak tahu siapa kau? Oh, maaf, itu karena selama setahun ini aku jarang keluar kamar. Suka tertinggal berita,"

"Mungkin karena saya memang memilih untuk tidak muncul di permukaan seperti yang lainnya lakukan sehingga saya tidak cukup dikenal?"


Jack tertawa kecil. Matanya tidak berhenti menatap gadis yang bernama lengkapkan Itsuki Tokiya itu, senyuman kecil di wajah Jack yang dari tadi tidak hilang-hilang entah karena alasan apa. Mungkin karena akhirnya ia bisa berbicara kepada seseorang dengan cara yang normal?

"Tidak muncul di permukaan? Maksudmu tidak pernah bergaul dengan banyak orang? Mungkin mirip denganku," ujarnya sambil tersenyum kalem. Tokiya kemudian menatap keluar jendela lagi, mengamati bulan yang mulai terlihat jelas. "Alice-mu menarik. Kau tak berniat untuk menakut-nakuti orang lain malam ini?" tanyanya, sedikit iseng. Mungkin dia bisa mengkopinya dan ikut menakut-nakuti orang, tapi berpikir dua kali karena efek yang harus ditanggungnya nanti.

Ah, bersenang-senang baginya memang tidak mudah.

Quote :

"Alice-mu menarik. Kau tak berniat untuk menakut-nakuti orang lain malam ini?" tanyanya, sedikit iseng

"Sebenarnya saya menggunakan alice ini ketika mau tidur. Well, karena Alice ini membuat penggunanya semakin mengantuk jika semakin banyak digunakan"


"Tapi karena tidak ada yang lewat ....maksud saya tidak ada orang penakut yang lewat makanya saya tidak bisa bersenang-senang dengan Alice saya ini."


Jack menyatukan kedua telapak tangannya , ia kadang melirik ke arah lorong yang sepi entah kenapa dia mengharapkan ada orang yang lewat dan menghampiri mereka berdua agar suasana disana lebih ramai. Tapi Jack tidak pernah menampakan perasaan kesepian itu diluar, hanya disimpan dalam dirinya tanpa ada seorangpun yang tahu akan hal itu.


"Katakan....apa kemampuan dari Alice anda?"


Jack kembali tersenyum cerah seakan tadi ia tidak berpikir hal-hal yang menyedihkan.

Tokiya tertawa sedikit mendengar penjelasan darinya. "Ah, maafkan aku karena aku bukan penakut. Dan itu berarti sekarang ini kau merasa mengantuk?" Wah, jarang sekali dia bisa tertawa seperti ini pada orang yang baru dikenalnya. Jujur saja, Tokiya menyukai anak laki-laki ini karena kesopanannya. Menurutnya, dia pantas untuk dihormati.

Kemudian Cromwell bertanya padanya tentang kemampuan Alice-nya. "Alice-ku dapat mengkopi Alice orang lain," jelasnya memulai. "Bisa mengkopi tiga Alice sekaligus dan Alice-Alice tersebut akan aktif selama 24 jam dan kemudian hilang. Mengenai efeknya... Semakin kuat atau berbahaya jenis Alice yang dikopi, semakin parah sakit yang harus kuterima. Itu hasil eksperimenku," katanya panjang. Dan memang dulu ketika dia mencobanya terhadap tipe Dangerous dia langsung dibawa ke ruang ICU dibawah pengawasan langsung para staff utama.

Quote :

"Ah, maafkan aku karena aku bukan penakut. Dan itu berarti sekarang ini kau merasa mengantuk?"

"Belum, tapi mungkin kalau Nappo-sensei datang kesini saya jadi semakin tidak dapat tidur...anda kenal dengan Nappo-sensei kan?"


Tanya Jack hanya memastikan saja. Ia tidak ingin mengingat kejadian bersama Nappo-sensei atau yang lebih tepatnya bernama Rokudou Mukuro...karena orang itu bisa membawa mimpi buruk kepadanya sehingga Jack lebih memilih tidak tidur sama sekali meski ia sudah ngantuk luar biasa.

Quote :

"Alice-ku dapat mengkopi Alice orang lain," jelasnya memulai. "Bisa mengkopi tiga Alice sekaligus dan Alice-Alice tersebut akan aktif selama 24 jam dan kemudian hilang. Mengenai efeknya... Semakin kuat atau berbahaya jenis Alice yang dikopi, semakin parah sakit yang harus kuterima. Itu hasil eksperimenku,"

"Hmmm, sepertinya Alice yang sangat berguna sekaligus sangat berbahaya" Jack masih tersenyum, ia kemudian bersandar di dinding terdekat. Sambil menatap bulan yang semakin jelas terlihat.

"Uh, Nappo-sensei...?" Tokiya menatap ke langit-langit, berusaha mengingat-ingat siapa dia. Rasanya dia tak pernah ingat ada pengajar bernama Nappo. Euh... Nama yang... Tidak bagus. Tokiya lagi-lagi mengangkat bahunya tanda tak tahu.

"Yah, memang berbahaya untukku," katanya sambil tersenyum padanya, kemudian tiba-tiba menambahkan, "kau suka melihat bulan?"

"Kau tidak kenal dengan Nappo-sensei? Bagaimana Kalau Rokudou Mukuro?"


Mungkin saja kalau Nappo-sensei digantikan dengan Rokudou Mukuro Itsuki bisa mengetahui dengan jelas siapa yang sebenarnya Jack maksudkan.

"Lumayan...hanya saja...dirumah saya dulu kalau malam seperti ini saya tidak bisa melihat bulan dengan jelas seperti saat ini."


Jack tersenyum kecil meski sebenarnya ia teringat sesuatu yang tidak ingin diingatnya, tapi dengan keahliannya menyembunyikan perasaan Jack tidak terdeteksi sedang sedih ataupun senang.

"Rokudou Mukuro? Oh. Ya, aku tahu dia. Tapi aku tak pernah bicara dengannya," kata Tokiya setelah teringat wajah pengajar berambut biru dan berwarna mata berbeda tersebut. Kemudian mendengar kata 'rumah' membuatnya teringat akan pamannya. Dia sedih, tentu. Tapi tak akan menampakkannya pada orang lain.

"Apa dari kamarmu kau juga suka menatap bulan?"

Jack ber-oh kecil mendengar penjelasan Itsuki kemudian Itsuki menanyakan apakah dirinya sering menatap bulan di kamarnya. Jack hanya tersenyum sambil menggeleng pelan.



"Aku kekamar hanya untuk tidur"


Ujar Jack dengan nada sopan namun santai.

"Kau mau kembali ke kamarmu? Ini sudah malam," kata Tokiya kemudian, menatap Cromwell. Tokiya sendiri tidak tahu apa yang akan dilakukannya setelah ini. Apakah kembali ke kamarnya, atau ke tempat Isaki, atau berkeliling asrama.

Bicara tentang berkeliling, kakinya masih terlalu dini untuk diajak berjalan terus-terusan. Tokiya kemudian menghapus salah satu opsi tersebut dari pikirannya.