Restaurant: Get Lunch

Quote :

"Tidak, cuma mentraktir anak ini....memangnya terlihat seperti orang yang sedang berkencan?"

"..." Cou tidak berkata apapun, hanya tersenyum mencurigakan seolah-olah dia tahu sesuatau padahal enggak. "Oke deh kalo kamu nggak mau sekarang, tapi kapan2 kutagih ya perkataanmu tadi~"

CHU

Cou mencium pipi cowok itu, the heck dia bahkan nggak tau nama cowok itu siapa! Dengan santai ia berkata, "Sampai jumpa lagi~" lalu melenggang ke counter seraya bersenandung pelan. Ia membeli burger, kentang goreng, dan cola untuk di take away.

Menyeruput colanya, satu tangan memegangi bungkusan kertas, ia berjalan menuju pintu keluar saat dilihatnya cowok yang mirip cewek yang ia goda tadi memasuki restoran.

CLING!

Lagi2 matanya bersinar, pemirsa!! Ia mengucek sedikit untuk memastikan dia nggak salah liat. Kufufufu~ >3 Cou sengaja mendekati kumpulan itu daaan...

CHU

Kali ini mencium pipi cowok itu (Isaki). Tanpa tedeng aling-aling! Wew, tukang cium2!! Cewek itu tersenyum jahil, tidak berkata apa-apa, kemudian pergi sambil ber-ohohohohoho~ Aaah, indahnya sekolah barunya ini! Penuh cowok2 oke! Yosha, Cou makin semangat menjelajahi dan menjahili sebanyak2nya cowok2 di sini~!!! >3

[OUT]

"Ah Helios, thanks atas tawarannya tadi. Gw Onigami Seiryoku, met kenal juga."


Pemuda di depannya ini bernama Onigami Seiryoku. Nama yang unik menurut Luke. Dan pemuda ini segera meninggalkan tempat itu ketika ia melihat jam tanpa berpamitan. Mungkin ia teringat sesuatu yang penting dan terburu-buru untuk mengejar waktu sehingga ia tidak sempat berpamitan. Luke hanya melambaikan tangan sedikit kepada Onigami meski ia tidak melihatnya.

"Yo, Toki. Sedang makan di sini juga?"


Seorang pemuda berambut hitam datang. Sepertinya Itsuki mengenalnya. Ada yang berbeda dari pandangan Itsuki kepada pemuda berambut hitam yang dipanggil Itsuki dengan nama 'Isaki'. Mungkin, pemuda ini adalah hubungan yang khusus dengan Itsuki. Luke kembali duduk dan menghabiskan minuman sidanya dengan pelan. Dan gadis berambut panjang hitam itu pergi dengan sebelumnya mengecup masing-masing pipi para pemuda yang ada disitu, kecuali Luke seorang.

Luke tidak tahu gadis ini ternyata suka mencium atau ia hanya jahil? Tapi untunglah Luke tidak dicium. Tapi ia merasa tidak enak kepada kedua pemuda yang menjadi korban itu. Luke memilih untuk diam, dan mengamati kejadian yang akan berlanjut.

Tokiya merasakan tarikan pada kaosnya dan mendengar suara kecil Voidy bertanya, "Itsuki Tokiya-Senpai..., apa tidak apa-apa?" Tokiya kemudian hanya mengelus kepala anak itu sekali sambil menjawab kalem. "Tidak apa-apa. Ini bukan masalah besar," katanya. Tokiya memandangi meja yang sekarang makin berantakan atas kecerobohan yang dibuatnya. What a mess. "Nah, bagaimana kalau--"

Tiba-tiba saja gadis berambut hitam panjang tadi mencium Isaki.

Hanya di pipi. Lalu gadis berambut hitam panjang tersebut pergi sambil tertawa menyeramkan dan meninggalkan mereka begitu saja. Untuk beberapa saat Tokiya hanya terdiam tanpa bisa bicara apa-apa. Matanya agak membesar, wajahnya sedikit kaget, namun segera digantikan dengan wajah kalemnya seperti biasa. Entah kenapa dadanya lagi-lagi terasa panas, seperti di waktu-waktu sebelumnya. Tapi tak ada yang aneh, tak ada perubahan apapun. Tokiya hanya memandang dadanya dengan keheranan. Tapi yang pasti, entah kenapa tiba-tiba saja dia jadi merasa sebal. Sebal karena apa, kepada siapa dia tak tahu.

Dia kemudian mengalihkan perhatiannya pada hal lain. Helios terlihat sendirian tanpa ada Onigami Seiryoku. Kemana orang itu? Toilet? Ah, sudahlah. Yang penting sekarang dia secepatnya menyelesaikan tugasnya saja. Ah... Ah, ya, aku lupa. Tokiya bergegas mendekati Helios sambil tersenyum, "Mengenai yang tadi, tak apa. Silakan memanggilmu dengan Tokiya atau apapun yang kau sukai."

Oke, dengan ini selesai. Semoga dia tak bersikap tidak sopan padanya.

Setelah itu dia kembali memandang Isaki, tapi kali ini dengan pandangan agak sebal (yang dia juga tidak tahu kenapa). "Kebetulan kau ada disini. Cepat lepas jaketmu, berikan padaku supaya jaket pinjaman ini bisa dipakai lagi olehnya," perintahnya dengan suara dingin dan agak tajam pada Isaki. Ya, perintah, seperti biasa. Sikapnya bisa berubah egois seperti ini hanya pada Isaki. Tapi... Biasanya dia tak akan bicara seketus ini pada Isaki.

Good Lord, apa dia sudah mendekati masa-masa PMS?

Bales yang Lizzy

Tanpa tersadar, tenyata memang benar bahwa Kazahaya segera tertidur seperti seekor kucing setelah ia menghabiskan seluruh makanannya. Batinnya kemudian tenang untuk beberapa saat, namun tiba-tiba saja ia tersadar, "Aaaah!! Aku lupa harus buru-buru kembali ke Akademi!!" Kazahaya panik tanpa sebab, ia lalu melupakan keadaan sekitarnya.

Beranjak dari kursinya, akan tetapi kembali berjalan mundur mencari Lizzy... "Ah Lizzy, maaf aku duluan... nampaknya tadi aku tertidur ya?" ucapnya tergesa-gesa. "Dan terima kasih untuk makanannya!!" lanjutnya lagi sambil berlari keluar dari restoran tersebut.


OUT

Itsuki Tokiya wrote:

"Tidak apa-apa. Ini bukan masalah besar,"

Fuuhh, Voidy menghela nafas lega. Syukurlah... Batinnya.

Quote :

"Kebetulan kau ada disini. Cepat lepas jaketmu, berikan padaku supaya jaket pinjaman ini bisa dipakai lagi olehnya," perintah Tokiya pada Isaki.

Voidy agak kaget mendengar nada bicara Itsuki Tokiya-Senpai berubah ketus dan galak. Perasaannya jadi tidak menentu. Ada sesuatu yang berbeda, dan entah kenapa Voidy merasakan sesuatu yang familiar baginya.

"Itsuki Tokiya-Senpai... Apa kau marah?" Tanyanya perlahan. Voidy tidak suka jika ada perselisihan, terlebih ada sesuatu dari cara bicara Itsuki Tokiya-Senpai yang mengingatkannya akan sesuatu.

"Mengenai yang tadi, tak apa. Silakan memanggilmu dengan Tokiya atau apapun yang kau sukai."


"Baiklah kalau begitu, Tokiya." balas Luke tersenyum. Setidaknya ia sudah mendapatkan persetujuan dari gadis itu untuk memanggil nama gadis itu. Dan sebutan 'Tokiya' entah mengapa jauh lebih mudah diucapkan oleh Luke. Ia seperti menganggap Itsuki seperti teman sendirinya, atau mungkin adiknya. Tapi, dari umur kelihatannya Itsuki lebih tua darinya. "Terima kasih banyak, Tokiya."

Wajah gadis itu berubah menjadi sedikit berkerut. Apalagi ketika gadis berambut hitam panjang itu mengecup pipi pemuda yang dipanggil Itsuki dengan nama 'Isaki'. Sepertinya tebakan Luke tepat sekali. Wajah gadis ini segera berubah, menjadi kesal. Luke bangkit berdiri dari kursinya, dan tangannya menepuk-nepuk kepala Tokiya dengan pelan namun lembut.

"Anda tidak perlu marah atau kesal seperti itu." sahut Luke mengelus-elus kepala Tokiya seperti tengah mengelus kepala adik sendiri. Luke tidak melihat gadis ini sebagai gadis yang ia sukai, tapi lebih mengarah kepada seorang adik. "Nona manis ini [Voidy] menjadi khawatir." sahut Luke kepada Toki.

Tokiya agak kaget mendengar pertanyaan dari gadis kecil itu. Marah? Dia marah? Sepertinya tidak. Dia tidak marah, tapi memang dia merasakan rasa sebal yang membuat hatinya panas. Dan apa itu sebutannya? Marah? Oh baiklah, gunakan saja kata marah. Tapi yang benar saja, memangnya apa alasan dia untuk marah? Dan marah pada siapa?

"...Aku tidak mar--" baru saja dia mau menjawab pertanyaan Voidy, namun langsung terpotong ketika sesuatu terasa di kepalanya. Dan itu ternyata Helios yang sedang membelai kepalanya. Membelai dirinya. Dan langsung saja Tokiya menampik tangan Helios. Hei, jangan salahkan dia untuk bersikap seperti itu. Dia memang tak terbiasa disentuh orang lain, apalagi laki-laki (tentunya selain Isaki). Tokiya berusaha untuk bersikap kalem dan biasa saja, namun gagal menyembunyikan sedikit rona merah dipipinya. Well, dia tak menyadari bahwa tampangnya saat ini terlihat sangat manis. "Aku tidak marah, tapi memang dia harus--harus..." Tokiya tak melanjutkan lagi kata-katanya karena sepertinya dia akan makin emosi setiap kali dia membuka mulut.

Benar-benar mendekati masa PMS, sepertinya.

"...Ayo Voidy, kita lanjutkan," katanya kemudian, agak menunduk untuk menyembunyikan wajahnya yang semakin merah dan pucat, dan menggandeng lengan kecil Voidy. Dia tak menatap Isaki maupun Helios, serta gadis yang meminjamkannya jaket dan Cromwell yang masih bersama Tsuba. Dengan langkah kalem dan anggun seperti biasa (dia berusaha untuk tidak lari walaupun ingin supaya Voidy tidak terjatuh), dia meninggalkan restoran fast food tersebut.


-OUT-

PS: Voidy, langsung ke Elementary aja sendiri. Anggap Tokiya sudah menunjukkan semuanya dan mengantar Voidy ke dorm.

"...Aku tidak mar--"
"Aku tidak marah, tapi memang dia harus--harus..."

Gadis berambut hitam itu menampik tangan Luke. Sepertinya gadis ini tidak suka dibelai oleh seorang pemuda kecuali pemuda yang dipanggil 'Isaki' itu. Dan wajah Tokiya terlihat memerah. Lucu sekali. Benar-benar seperti seorang adik bagi Luke. Well, gadis itu segera membawa pergi anak perempuan mungil itu. Sepertinya Luke melakukan sesuatu yang salah.

Luke menghabiskan minuman sodanya. Sepertinya dia juga harus kembali ke asrama daripada menghabiskan waktu tidak jelas disini. Hari juga mulai sore, sudah saatnya kembali ke akademi. Dan Luke sendiri juga sudah puas dengan penyegaran yang diterimanya. Meski ia tahu, bahwa hatinya masih sakit.

"Semuanya, saya permisi dahulu." sahut Luke membungkukkan tubuhnya dalam-dalam dan meninggalkan fastfood itu.


[Out]

OUT~~~~~~~~

to dorm~~~~~~~~

"Yah... Basah. Terkena air mineral dan cola, dan ini jaket pinjaman darinya. Lalu kau sendiri sedang apa? Mau makan juga?"

"Yah, aku-" Belum selesai isaki menjawab... CHU Seorang gadis berambut panjang tak dikenal mencium pipinya. Isaki hanya terbengong. Ia pikir manusia yang bisa berbuat ekstrim di dunia ini hanya Akihiko Sturmwind... Kebingungan dan tidak tahu harus berespon bagaimana, Isaki hanya menoleh balik ke arah Tokiya. Namun yang ia dapati hanya ekpresi marah Tokiya. Tunggu, tunggu! Memangnya aku salah apa? Kan cewe itu yang... Tunggu dulu... memangnya Tokiya marah karena ia dicium gadis tidak dikenal itu? ...Sepertinya bukan...

"Kebetulan kau ada disini. Cepat lepas jaketmu, berikan padaku supaya jaket pinjaman ini bisa dipakai lagi olehnya," nada suara Toki dingin dan ketus. Uuh... Dia marah... Anak kecil dan seorang anak laki-laki yang juga tidak ia kenal tampaknya berusaha menenangkan Tokiya, anak laki-laki tak dikenal itu bahkan membelai kepala gadis itu. Isaki merasa agak aneh, selama ini ia tidak pernah melihat seorangpun memperlakukan Tokiya seperti itu kecuali dirinya sendiri. Rasanya... agak aneh...

Belum Isaki memberikan jaketnya, Tokiya sudah pergi sambil menggandeng anak kecil di dekatnya tadi. Astaga, kenapa dia hari ini...? Anak laki-laki tidak dikenal itu pun juga pergi setelah sebelumnya berpamitan. Sopan sekali, jaman sekarang sudah susah menemukan orang seperti itu...

Wanita memang kadang sulit dimengerti... Isaki lalu meninggalkan restoran itu.

((OUT))