Walking Alone ?

OOT : free for all, gabung aja...

IT :

Setelah mendapat traktiran (lagi), Ichigo memutuskan untuk berkeliling di Central Town. Walau belum hafal betul jalan di sini, si pirang kecil ini nekat jalan-jalan sendirian. Tapi bukan berarti akan menyusahkan bukan? Bisa saja nanti ia bertemu teman baru.

"Hyaa... ramai sekali !" serunya sambil tersenyum lebar.

Suasana Central Town yang ramai mengingatkannya pada kedai es krim keluarga milik orangtuanya. Kedai itu selalu ramai di saat siang hari yang panas.

"Hoe... Kaasan dan Tousan sedang apa ya ?" gumamnya, sambil berdiri diam di tengah keramaian itu.

OOT : @Sakiko : ngikut di sini ya!

IT :

"Hah, keramaian yang merepotkan !" keluh Yuzu.

Gadis itu kini sedang berjalan bersama Sakiko, berkeliling Central Town. Keramaian yang lazim di tempat itu kini semakin merepotkan Yuzu. Bisa-bisa ia tambah sulit menemukan adiknya.

"Erh, Sakiko, kalau lihat anak kecil berambut pirang dan pendek, bilang padaku ya..." ujarnya sambil celingukan, berharap menemukan adiknya.

Central Town.... pusat kota? Entahlah.... tetapi tempat ini ramai dan sangat gupek. Ini central town bagian mana, Keiichi pun tidak tau. Jangan bilang Keiichi tersesat. Matanya mengerjab-ngerjab menatap sekeliling. Dan untungnya ada 2 orang yg tidak jauh darinya (Amamiya Yuzu). Mungkin bisa memberi tau jalan menuju asrama. "Ano, permisi, kalau boleh saya tau ini dimana ya???" tanyanya dgn nada polos ala anak2. Rasanya tidak pantas pemuda usia belasan tahun itu bicara dg gaya sok innocent. Tapi nyatanya memang tersesat & tidak tau harus bilang apa lagi.

Quote :

"Ano, permisi, kalau boleh saya tahu ini di mana ya ???"

Seorang cowok bertanya pada Yuzu. Sepertinya ia tersesat.

"Central Town," jawabnya singkat.

Ho, sepertinya Yuzu jadi mendadak cuek. Berhubung ia sedang sibuk, sih...

"Tersesat ?" tanya Yuzu pada Keiichi.

Daichi berjalan dengan cueknya di tempat itu - seperti biasa dengan mp3 player mengalunkan nada dengan volume maksimal, kupluk belel, dan mata ngantuknya. Ia melihat beberapa orang yang lalu lalang, seorang cewek pirang, cowok gondrong bermata biru, dan cewek mungil yang juga pirang.

Karena tidak mengenal mereka, ia pun berjalan tanpa mengindahkannya. Tapi tiba - tiba, ia ingat harus mencari suatu toko yang menjual buku 'Seribu Tanaman Obat' untuk pelajaran herbologi. Padahal teman - temannya sudah membelinya sejak satu bulan lalu, hanya ia yang belum.

"Wah...." Ia baru sadar ia tak tahu harus mencari dimana. Terlalu banyak toko di sini.

Dari jauh, suara roller blade yang meluncur terdengar. Seperti biasa, Shiori dengan roller bladenya tengah asyik menyusuri jalanan. Jalanan di area pertokoan itu memang salah satu tempat favoritnya untuk meluncur dengan roller bladenya. Ia melihat ada sosok orang yang cukup ia kenal berdiri dengan seperti tengah kebingungan.

"Ah, Kitamura-senpai?" tanyanya pada orang itu.

Quote :

"Ah, Kitamura-senpai?" tanyanya pada orang itu.

"Ya ?" Daichi menoleh mendengar suara itu. Suara perempuan, rasanya pernah terdengar entah dimana.

Tampak sosok seorang gadis berbandana hitam dan memakai rollerbladenya. Di betisnya ada perban bekas luka jatuh beberapa hari yang lalu.

"Ha-Hakuba ?" Ia terkejut saat melihat gadis itu. Perasaannya jadi aneh.

"Senpai sedang apa di sini?" tanyanya pada Daichi. Ia menangkap sedikit ekspresi aneh darinya.

"Ada yang salah?"

Quote :

"Ada yang salah?"

"Nggak, nggak ada....tenang saja..." Ujarnya sambil berusaha bertingkah senormal mungkin, padahal saat ini dia sedang kacau berat. Duh, kenapa hanya gara-gara seekor anak SMP saja dia jadi aneh begini sih ?


"Sedang jalan-jalan dan.... Yew, baru ingat harus beli sebuah buku tolol tentang kantong semar. Kamu sendiri ?" Tanyanya.

"Oh..."

Quote :

"Sedang jalan-jalan dan.... Yew, baru ingat harus beli sebuah buku tolol tentang kantong semar. Kamu sendiri ?" Tanyanya.

"Aku? Biasa, aku jalan-jalan saja, kok." jawabnya dengan tersenyum.

Yuzu mendapati ada seorang anak ber-roller blade di dekatnya. Hoo, rupanya di sekolah ini bebas juga.

"Hum... Di sini ternyata lumayan seru," gumam Yuzu.

"Tapi di mana kamu Ichigo ?!!" lanjutnya, agak berteriak.

Orang-orangpun menengok ke arahnya. Tapi Yuzu cuek saja...

"Begitu...."

Daichi terdiam. Mungkin gadis ini bisa dimanfaatkan.

"Hakuba tahu tidak toko buku yang bagus ?" Tanyanya sambil tersenyum ramah.

Quote :

"Tapi di mana kamu Ichigo ?!!" lanjutnya, agak berteriak.

Ngggiiiiiinngg

Telinga Daichi bergema sedikit karena gadis itu berteriak tepat di samping telinganya. Mearsa penasaran, ia pun bertanya, "Kenapa, Non ?"

Quote :

"Hakuba tahu tidak toko buku yang bagus ?" Tanyanya sambil tersenyum ramah.

"Uhm, kalo tidak salah, satu blok dari sini ada toko buku yang cukup bagus... Sebenarnya mau toko manapun bagus saja, kok." ujarnya.

"Senpai suka buku?"

Quote :

"Tapi di mana kamu Ichigo ?!!" lanjutnya, agak berteriak.

Shiori menutup telinga.

"Mengagetkan saja..." ujarnya.

Rupanya teriakan Yuzu cukup keras, sehingga 2 orang di sekitarnya sampai terganggu. Koreksi, teriakan Yuzu memang keras.

"Erh, aku sedang mencari orang..." ujarnya, memberi alasan kenapa ia berteriak.

Quote :

"Erh, aku sedang mencari orang..."

"Oh, begitu....." Daichi mengerti. Anak hilang memang menyusahkan. Tahu kenapa ? Dulu Daichi juga sering hilang dan membuat ibunya kewalahan sampai menangis dan menelepon polisi. Melihatnya, ia jadi kasihan.

"Memangnya anak yang hilang itu ciri-cirinya bagaimana ? Barangkali kami bisa bantu...." Tawarnya sambil melirik Hakuba. Gadis itu nampaknya agak suntuk hari ini.

Quote :

"Uhm, kalo tidak salah, satu blok dari sini ada toko buku yang cukup bagus... Sebenarnya mau toko manapun bagus saja, kok." ujarnya.

"Senpai suka buku?"

"Nggak....nerdy banget suka buku. Kecuali beberapa buku sih..." Balasnya sambil menyeringai kepada Hakuba. Ia melihat jalan yang ditunjukkan hakuba. Nampaknya toko-toko di sana masih tutup.

"Ada yang lain....?"

"Ciri-cirinya ?"

Yuzu lalu mengingat-ingat penampilan lengkap adiknya itu.

"Rambutnya pirang dan pendek. Tingginya sekitar 150 cm... Eh,lebih pendek sedikit. Matanya coklat-hazel..." ujarnya.

Ah, ia jadi semakin rindu pada adiknya itu. Gemas mengingatnya.

"Hm... Memangnya tadi janjian di sini tidak? Aku baru datang, jadi tidak lihat..." kata Shiori.

Quote :

"Nggak....nerdy banget suka buku. Kecuali beberapa buku sih..." Balasnya sambil menyeringai kepada Hakuba. Ia melihat jalan yang ditunjukkan hakuba. Nampaknya toko-toko di sana masih tutup.

"Ada yang lain....?"

"Oh... yang kutahu hanya segitu, sih..." jawabnya.
"Apa mau menunggu sampai tokonya buka?"

Quote :

"Rambutnya pirang dan pendek. Tingginya sekitar 150 cm... Eh,lebih pendek sedikit. Matanya coklat-hazel..." ujarnya.

"Sayangnya, daritadi tidak lihat...." uajarnya sambil memandang sekeliling. Anak selucu itu....jangan-jangan sudah diculik orang

Quote :

"Apa mau menunggu sampai tokonya buka?"

"Nggak usah....Eh, begini saja...." Kata Daichi sambil menghela napas panjang. Oke, tenang....ini hanya ajakan biasa. Ajakan yang tidak nampak memiliki maksud khusus.

"Bisa kita bertemu besok di bawah pohon itu ? Sepertinya kamu tahu banyak tentang toko buku...besok bantu aku mencarinya ya....Ok !?" Lanjutnya, meminta persetujuan.

Quote :

"Bisa kita bertemu besok di bawah pohon itu ? Sepertinya kamu tahu banyak tentang toko buku...besok bantu aku mencarinya ya....Ok !?" Lanjutnya, meminta persetujuan.

Shiori berpikir. Sedikit lama, lalu...

"Baiklah." jawabnya sambil tersenyum lepas.

"Yes !" Teriaknya girang, tanpa sengaja.

"Maaf, aku ada urusan. bye, all.... " Katanya kepada Hakuba, Yuzu, dan yang lainnya sambil berlari ke arah utara.

[OUT]

"Bye." ucapnya pada Daichi.

Shiori melihat ke arah Yuzu.

"Kau masih mau mencari adikmu? Maaf, tapi aku tidak bisa bantu. Aku duluan, ya?"

Shiori mengencangkan ikatan roller bladenya. Setelahnya, ia meluncur dengan hentakan awal yang cukup cepat menuju ke dorm.

[OUT]

"Ng, Yuzu-san, mungkin adikmu tidak ada di sekitar sini," kata Sakiko, lemah, "Sebaiknya, sekarang kita cari di sebelah sana sekarang."

Sakiko sebenarnya agak khawatir juga melihat Yuzu-san yang (mungkin) sedikit putus asa karena sejak tadi tidak menemukan adiknya. Bagaimana pun juga, memang harus diakui bahwa akademi ini sangat luas sekali. Setelah sebulan di akademi, Sakiko pun masih sering tersesat (atau mungkin itu karena Sakiko tidak bisa menghafalkan jalan?).

"Ayo, Yuzu-san, semangat!" Sakiko tersenyum seraya memperlihatkan kepalan tangannya.

Yuzu jadi tertawa kecil mendengar kata-kata Sakiko. Ternyata gadis itu bisa juga menyemangatinya.

"Ahahaha, tenang saja. Aku tidak mungkin putus asa !" ujarnya.

"...tapi tempat ini terlalu luas... Jangan-jangan nggak bisa ketemu..." lanjutnya muram. Dasar nggak konsisten.

Yuzu merogoh sakunya. Ia mengambil ponsel miliknya. Sebuah ponsel berkamera dengan model slide warna hitam.

"Hah... Aku coba saja pakai dia. On !" ujarnya, sambil memegang ponsel itu.

BLIP

Di layar ponsel itu terbentuk sepasang gambar mata. Bukan wallpaper ataupun screensaver.

'Perlu apa, Nona Yuzu ?' sebuah suara yang berasal dari ponsel itu bertanya.

Yuzu mengambil remote control-nya. Lalu memegang remote itu di tangan kiri, sedang ponselnya di tangan kanan.

"Pakai kameramu, cari adikku. Ada fotonya kan ?" perintah Yuzu, dan mulai mengarahkan kamera ponsel ke arah keramaian.

Sakiko tertegun melihat ponsel kamera (hidup?) itu berbicara.

"Itu Alice Yuzu-san?" tanya Sakiko, takjub, "Sepertinya, menyenangkan sekali bisa membuat ponsel menjadi hidup seperti itu."

Tiba-tiba, Sakiko juga ingin turut membantu Yuzu mencari adiknya, "Aku kira kalau adik Yuzu-san dalam atau tidak jauh keramaian ini, aku bisa membantu mencarinya. Bolehkah?"

"Yep, ini aliceku..." balasnya, sambil mengutak atik remote di tangannya.

Quote :

"Aku kira kalau adik Yuzu-san dalam atau tidak jauh keramaian ini, aku bisa membantu mencarinya. Bolehkah ?"

"Ah ? Benar ?" Yuzu tersenyum senang.

"Baiklah ! Terima kasih Sakiko..."

'Nona...' ponsel di tangan Yuzu bicara, 'Tidak ketemu.'

Yuzu menghela napas, ia baru ingat ponselnya hanya memiliki 2.2 zoom out.

"Hah, tak apa deh. Off !"

Yuzu menon-aktifkan alicenya. Ponsel itu kembali seperti semula.