Show me the Way!

Kazahaya Kudo, seorang siswa SMU yang... nampaknya kebiasaan buruknya kembali, ia tersesat setelah sebelumnya berhasil keluar dari dalam hutan dalam hujan.

Keadaannya nampak kacau setelah jatuh bangun berusaha keluar dari tempat mengerikan itu, akan tetapi nasibnya sama. Kini ia berdiri di jalanan kota, penuh dengan aksesori pedagang kaki lima di sepanjang jalan tanpa ada seorang pun yang ia kenal.

"Jadi, di manakah ini?"

Hayashi berjalan dengan mulut berlolipop. Ia terlihat sedikit basah mengingat ia habis kehujanan sebentar di hutan. Ia melihat sosok pemuda berwajah 'cantik' yang nampak kebingungan. Merasa sedikit kasihan, ia menghampirinya.

"Maaf, ada yang bisa kubantu?" tawar Hayashi.

"Haaa?!" Kazahaya sedikit kaget dengan kedatangan Hayashi -yang memang berniat membantunya-. "Aaah, iya aku... sedikit tersesat," ucapnya kemudian setelah emosi anehnya berakhi sambil menggarukkan tangan ke kepala karena sedikit kebingungan.

"Jadi... ini di mana ya?" tanyanya berusaha mengetahui tempat apa yang ia datangi kali ini.

Quote :

"Jadi... ini di mana ya?" tanyanya berusaha mengetahui tempat apa yang ia datangi kali ini.

Hayashi melihat kiri dan kanan.

"Ini di Central Town area pedagang kaki lima. Di sini harga barang lebih murah." jawab Hayashi.

Ia memperhatikan pemuda itu.

"Sepertinya aku pernah ketemu denganmu... Aku Hayashi, Yamadera Hayashi, kamu?" tanyanya.

Ditanya seperti itu oleh Hayashi, dengan lantang Kazahaya segera menjawab, "Kazahaya, Kazahaya Kudo...." Namun kemudian ia memperhatikan wajah Hayashi dengan cermat, "Ng... murid sekolahan Alice?" tanyanya kemudian, menanggapi komentar Hayashi sebelumnya.

Sebelum Hayashi menjawab kemudian Kaza menempelkan tangannya di dahi pria di hadapannya itu, mencoba membaca ingatan masa lalu pada Hayashi -mungkin untuk memamerkan kemampuannya-, dan benarlah "Ah, benar! Murid SMU juga ya kan?" ucapnya dengan bangga berharap bacaannya benar.

Quote :

Sebelum Hayashi menjawab kemudian Kaza menempelkan tangannya di dahi pria di hadapannya itu, mencoba membaca ingatan masa lalu pada Hayashi -mungkin untuk memamerkan kemampuannya-, dan benarlah "Ah, benar! Murid SMU juga ya kan?" ucapnya dengan bangga berharap bacaannya benar.

Hayashi terkejut saat Kazahaya tiba-tiba menyentuh dahinya.

Hey, apa yang kau lakukan???

"Err... Kau seperti..." Ia melanjutkan, "Membaca pikiranku?" tanya Hayashi.

((OOC : Ikut, gw dah di APP ko >=3))


Miho berjalan puntang-panting sambil melantunkan kata favoritnya.
"Igloo~"

Gadis polos itu begitu terobsesi dengan Igloo, bukan karena itu alicenya melainkan karena bentuk dan namanya yang unik.

Hari ini Miho berjalan jalan di sekolah barunya. Tipikal Miho Amaterasu dari desa terpencil, kemanapun ia pergi selalu tak lupa membawa sekop kecil punya ayahnya.

"...-..-...."
Miho mempercepat langkahnya dan mulai meloncat-loncat riang. Tanpa sengaja, ia menubruk seseorang di tikungan dan sekopnya terjatuh dengan bunyi keras.


*Terserah siapa yang kena, X3*

"Eeeh!!" Kazahaya sedikit terkaget dengan tingkahnya yang seenaknya saja mendekati orang yang baru dikenalnya, ia kemudian mundur selangkah dari Hayashi. "Bukan, itu bukan membaca pikiran... ng, sejenis membaca ingatan, yah seperti itulah." lanjutnya lagi berusaha menjelaskan.

"Jadi... apa yang kutebak benar kan? Bukankah kemampuan laten kita.... Aaaah!!" ucapnya lagi, tanpa bermaksud menebak-nebak, namun perkataannya tehenti karena seseorang yang menubruknya.

"Heeey!! Hati-hati!!" ucap Kazahaya pada orang itu, tanpa maksud membentaknya.

Klontang !

Terdengar suara kaleng kopi kosong terjatuh.

Daichi yang kebetulan berjalan di sekitar situ terkejut melihat sahabatnya sedang berdekat-dekatan dengan seorang anak lelaki asing. Ia bertanya-tanya apakah yang sebenarnya terjadi.

"...kau ini ngapain, Hayashi ?" Ujarnya setelah cukup mendekati mereka dengan wajah yang sangat...swt.

Tak lama kemudian seorang gadis udik juga ikut datang dan menubruk si pemuda mungil. Suasana jadi makin aneh saja.

Hayashi tersenyum.

"Iya, kebetulan kemampuan kita hampir..." ucapan Hayashi terputus saat tahu ada seseorang yang menabrak Kazahaya. Seorang anak perempuan.

"Hey, kamu siapa?" tanyanya pada anak perempuan berambut hitam yang pendek itu.

Ditambah lagi, Daichi Kitamura, kawannya muncul.

"Oh, hai..."

"Eeeh... kenapa semua orang berkumpul di sini..." Kazahaya sedikit kebingungan, mulai dari anak perempuan tadi sampai pemuda yang kini menyapa Hayashi. Benar-benar rangkaian orang asing yang membuatnya semakin tidak nyaman.

"Jadi... jadi, kalian-kalian ini siapa lagi?" tanya Kazahaya dengan nada tak bersemangat sambil menunjukkan ujung jarinya pada Miho dan Daichi secara bergantian.

Hayashi berdehem pelan.

"Perkenalkan, pemuda berkupluk itu temanku, Daichi Kitamura. Sedangkan anak perempuan itu..." Hayashi berhenti.

"Hey, dia bahkan belum menjawab pertanyaanku." tukasnya.

Araki sedang berada tak jauh dari tempat itu ketika ia melihat seorang gadis yang terjatuh. Naluri kebapakan kegentlemanan-nya ---entah apa yang dimaksud dengan naluri itu--- seketika muncul. Dengan sigap ia menarik tangan gadis itu, membantunya berdiri.

"Hahaha, dasar... Kalau tak hati-hati begini jadinya... Yang kau tabrak itu senior loh, sebaiknya kau cepat minta maaf,"

Dengan nada menggoda yang biasa hanya dilontarkannya pada wanita Araki berkata, dengan nada yang tak serius.
Selanjutnya ia melihat orang-orang disana. Ada Dichi, Hayashi, dan seorang senior yang pernah ia temui di hutan tapi tak pernah diketahui namanya.

"Hoi semua....."

Seketika ia berusaha agar semua orang yang sibuk dengan urusan mereka masing-masing memusatkan keberadaannya padanya.

Quote :

"Jadi... jadi, kalian-kalian ini siapa lagi?"

"Cuma orang lewat...." Jawabnya pendek, sedikit merasa risi ditunjuk-tunjuk seperti itu. Ia seakan tidak mempedulikan perkenalan dirinya yang diwakilkan oleh Hayashi tadi. "Kau sendiri ?" Lanjutnya dengan wajah setengah bete.

Ia melirik Hayashi. Matanya seolah berkata, 'Kau tadi diapain ama dia, hah?'

Daichi melihat si gadis sekop masih tersungkur dari posisi jatuhnya tadi. Merasa kasihan, ia membantu gadis itu berdiri dan bertanya apakah ia tidak apa-apa.Benar-benar aksi kebetulan yang luar biasa, karena ia melakukannya bersamaan dengan pendatang baru itu, Nakamura Araki.

"Yo!" Ia mengucap salam akrab kepada tetangganya itu.

"Heeey!! Hati-hati!!"

Ahh... Menabrak seorang pemuda manis yang bertampang keren. Miho dapat melihat wajahnya lewat matanya yang merah, bulat.

"Maaf! Aku sudah hati-hati, tapi karena Igloo........."
Miho mengambil sekopnya kembali ketika ia memotong ucapannya tadi. Masa' mau bilang 'Aku tak bisa melihatmu karena dimata ku hanya ada Igloo'. Miho tak mau mempermalukan dirinya sendiri, well.

"A.. minta maaf, mataku mungkin rusak, tapi.." Miho meminta maaf untuk yang kedua kalinya. Tapi tak bisa menemukan kata kata yang cocok

Quote :

Ia melirik Hayashi. Matanya seolah berkata, 'Kau tadi diapain ama dia, hah?'

Dia marah...

Hayashi melihat Araki muncul.

"Hai, lama tak kelihatan." tukasnya pada Araki, padahal matanya masih tertuju pada Daichi yang terlihat sebel dengannya.

Kazahaya hanya mengangguk-angguk saja ketika Hayashi memperkenalkan rekannya. "Ooh siswa dari sekolah yang sama," komentarnya singkat. "Kazahaya Kudo, namaku." Ia menjawab seadanya ketika Daichi bertanya seadanya pula.

Ia kemudian menunggu respon dari Miho, "Igloo? Haah?" wajahnya kini diliputi pertanyaan.

Lalu perhatiannya berubah pada Araki yang mungkin baru saja ditemuinya beberapa saat yang lalu di hutan. "Aaah, kamu lagi!" ucapnya sambil menunjuk Araki yang kini ada di dekatnya. Walau ia senior -yang tertua mungkin- tapi sifatnya jauh dari kata senior.

Quote :

Lalu perhatiannya berubah pada Araki yang mungkin baru saja ditemuinya beberapa saat yang lalu di hutan. "Aaah, kamu lagi!" ucapnya sambil menunjuk Araki yang kini ada di dekatnya. Walau ia senior -yang tertua mungkin- tapi sifatnya jauh dari kata senior.

Hayashi bengong.

"Kalian... Sudah kenal?" tanyanya.

"Eeh, hanya bertemu sekali. Memangnya siapa dia?" Kazahaya malah balik bertanya sambil menunjuk-nunjuk Araki dengan sangat tidak sopannya.

"Hooo...begitu... Namamu kudo, eh ? Salam kenal dariku..." Daichi membalas dengan seringainya yang sangat legendaris itu. Betapapun, ia ingin tahu kenapa tadi ia menyentuh dahi hayashi tanpa alasan yang jelas. Bukan karena cemburu, tapi lebih karena khawatir.

"Kenapa melihatku seperti itu?" Daichi bertanya kepada Hayashi.

Quote :

"Eeh, hanya bertemu sekali. Memangnya siapa dia?" Kazahaya malah balik bertanya sambil menunjuk-nunjuk Araki dengan sangat tidak sopannya.

"Err... Itu tetangga kamar si Daichi, Nakamura Araki..." jawabnya.

Quote :

"Kenapa melihatku seperti itu?" Daichi bertanya kepada Hayashi.

"Err, tidak... Hanya saja..." Hayashi tidak menyelesaikan kalimatnya.

"Ah!"

Araki dengan gaya lebainya mendadak terkejut karena melihat wajah Daichi yang mendadak sudah berada tepat didepan matanya.

"Yo juga!"

Entah apa maksud salam balik yang sangat seadanya itu.

"Ternyata bukan hanya aku yang paling gentleman di sini, sial juga....."

Quote :

""A.. minta maaf, mataku mungkin rusak, tapi.."

"Matamu rusak? Kalu begitu mungkin lebih cepat kalau kau memerikasakan mata ke optik, mungkin kacamata plus bisa membantumu...."

Sadar bahwa kata-katanya barusan lebih mirip sebuah sindiran yang bisa membuat imej gentlemannya rusak, Araki cepat menambahkan,

"Ah~~kan demi kebaikanmu juga..... Eh, kamu anak A--SHS juga kan? Kenapa aku tak pernah melihatmu?"

Sambil memutar-mutar mata, Araki kembali mengingat-ingat sambil membuka daftar database nama cewek-cewek di otaknya.

Quote :

"Aaah, kamu lagi!"

"Memang saia lagi! Senior masih ingat dengan saia?"

Araki membalas dengan wajah senang karena ternyata wajahnya (seseorang yang diam-diam mengumpat dalam hati padanya) masih diingat oleh orang itu.

Quote :

"Eeh, hanya bertemu sekali. Memangnya siapa dia?" Kazahaya malah balik bertanya sambil menunjuk-nunjuk Araki dengan sangat tidak sopannya.

"memang hanya sekali, memang kenapa? Senior tak mau bertemu saia untuk kedua kalinya?"

Melihat telunjuk Kaza yang menunjuk-nunjuk wajahnya secara tidak hormat, Araki membalas,

"Saia Araki Nakamura! Salam kenal!"

Jawabnya sambil bergaya 'hormat dengan wajah inosen, mencegah diri agar tidak membalas seniornya itu dengan sama sengitnya.

"Ng... ya, panggil saya Kazahaya." Ucap Kazahaya seadanya ketika Daichi memberikan komentar tentangnya.

Kemudian bicaranya terhenti ketika Hayashi dan Daichi saling bicara, seakan dirinya yang amat mungil terlupakan di tengah-tengah. "Jadi... ada yang bisa memberitahu caranya kembali ke Akademi, karena aku tersesat?" ia melontarkan pertanyaannya sekali lagi sambil mengacungkan jadi telunjuknya.

Tiba-tiba saja Araki menyambung pembicaraan, berbicara pada Kazahaya tentang senioritas dirinya, "Bukan, bukan bosan melihatmu. Tapi tahu kau juga akan kesini aku tidak akan susah payah keluar dari hutan itu. Yaa... hanya sedikit menyesal saja," komentarnya pendek.

Quote :

Kemudian bicaranya terhenti ketika Hayashi dan Daichi saling bicara, seakan dirinya yang amat mungil terlupakan di tengah-tengah. "Jadi... ada yang bisa memberitahu caranya kembali ke Akademi, karena aku tersesat?" ia melontarkan pertanyaannya sekali lagi sambil mengacungkan jadi telunjuknya.

"Ah..." Hayashi lupa kalau Kazahaya sebenarnya ingin bertanya jalan sejak ca ngepost thread ini ia menemukannya kebingungan.

"Ehm, dari sini, jalan saja lurus ke depan. Di situ ada pertigaan, belok ke kiri." jawabnya.

"Hanya saja, apa...?" Daichi mengernyitkan alis. Tidak biasanya Hayashi seaneh ini. Biasanya ia selalu spontan.

Quote :

"Jadi... ada yang bisa memberitahu caranya kembali ke Akademi, karena aku tersesat?"

Ia jadi sadar ada seonggok makhluk mini di antara mereka. Dan ia kini mengocehkan sesuatu yang berkaitan dengan akademi.

"Hah ? Memangnya kau ini anak TK ? Tuh, kelihatan !" Ujarnya sambil menunjuk bangunan tinggi sekitar 50 meter di depan mereka.Tinggal jalan sedikit dan berbelok, pasti sampai.

"Dan kau...apa yang kau lakukan di sini ?" Kelakarnya kepada Araki yang dengan letoinya telah berada di antara mereka.