Good Old Times

((OOC: Open for all. Setting: Lorong depan kelas-kelas, malam hari sekitar pukul 8 PM))

Kosong.

Matanya menatap lorong depan kelas yang kosong, cat tembok yang berwarna cerah memantulkan cahaya bulan yang memancar dari luar. Tangannya menyentuh dinding yang dingin tersebut. Sambil terus berjalan menyusuri lorong-lorong, melihat ke arah luar.

Kelas yang dulu ia tempati, sekarang kosong. Malam hari memang jarang, tidak ada malah, yang datang ke sekolah. Peraturan asrama kan melarang anak-anak keluar malam, well, kecuali ada ijin khusus (dan kabur sepertinya dulu).

Augusta menyenderkan tubuhnya, melihat keluar dari jendela kelas yg ia buka.

Laiko berjalan ke gedung sekolahnya dulu. Memang tempat inilah yang membuat Laiko berhenti sebagai model dan memutuskan untuk menjadi staff. Akademi khusus anak-anak yang mempunyai kemampuan khusus. Termasuk dirinya.

Laiko mengelilingi tempat tersebut, sampai matanya menangkap sosok bayangan yang kurang jelas.

"Humn? Murid? Kurasa murid tidak boleh ke kelas pada malam hari..." Laiko memutuskan untuk mendekat. Sampai ia bisa melihat wajah Augusta dengan jelas.

"A-- Augusta?" Tanyanya, agak tidak percaya, sambil menunjuk Augusta dari luar jendela.

"Come si chiama?"

Terdengar sebuah ucapan dalam bahasa Italia dari kejauhan. Seorang gadis berambut ungu dan memakai eyepatch berjalan di lorong gelap, memakai piyama. Entah kenapa dia berkeliaran malam hari begitu. Belajar bahasa Italia lagi. Menurutnya, kalau belajar di tempat yang gelap lebih efektif. Lagipula Mitsu adalah Triple Star, boleh kan berkeliaran malam....?

"Sei una studentessa, non è vero? "

Sebuah kalimat meluncur dari bibirnya, walau ucapannya belum terlalu lancar. Maklum lidah Jepang. Andaikan ada yang bisa memberinya les gratis...adakah? Gadis itu membuka-buka halaman lain dengan malas, berjalan agak sempoyongan. Lama-lama dia menganggap kegiatannya tidak ada gunanya. Siapa juga yang bicara Italia disini. Bahasa negara asal Cassanova itu memang jarang digunakan. Yang ada juga Prancis. Walau begitu tidak dapat disangkal itu bahasa yang lumayan romantis. Mitsu sendiri ingin suatu saat pergi kesana. Terutama Venice. Naik gondola with the loved one. Kelihatannya sangat menyenangkan. Lalu berfoto di Piazza San Marco, mencari sarapan di pagi hari. Masakan Italia juga enak.

"Mi annoio..." bisiknya lirih. Dia terus berjalan menyisiri lorong. Insomnia akut. Nggak bisa tidur. Latihan bahasa tadi cuma alasan. Beberapa hari ini gadis itu memang tidak bisa tidur, entah kenapa. Mungkin kaget dengan kehidupan akademi? Tidur malam bangun pagi. Mitsu paling tidak bisa. Biasanya dia tidur awal bangun lama. Di Rumah sakit enggak ada yang bisa dilakukan. Guru privat juga datangnya siang hari sekali. Ketika berjalan tanpa tujuan, dilihatnya sesosok guru --- patrol malam?

Apakah Mitsu dalam masalah?

Tap tap tap...!!

"TAH! Hah...hampir saja aku ditangkap oleh para Watchers. Membela kebenaran memang melelahkan! Tapi untungnya aku sekarang bisa pulang dan menikmati segelas teh hangat~ Yum!" Chopin berjalan dengan cepat melewati lorong bangunan High School. Ia melepaskan topengnya dan lalu memasukkan jubahnya ke dalam tas ranselnya dan mulai menarik nafas dalam-dalam. Ia berjalan lagi melewati lorong-lorong sampai akhirnya ia melwati suatu kelas.

"Ladida~ Chop-X the Great, Chop-- Eh? Tadi sepertinya..." Chopin bergumam sendiri, bernyanyi memuji dirinya sebagai Chop-X sampai ia menyadari kalau di dalam kelas yang tadi ia lewati. Ada seseorang bukan? Jendela pun terbuka dan sinar bulan...JANGAN-JANGAN! Chopin pun melangkah kebelakang dan melihat ke dalam kelas. Ternyata memang ada orang di dalam! Dan orang itu...Augusta?

"He? Aku tak menyangka kau akan berada di sini. Sudah malam...Agus!" Ucap Chopin dari pintu depan kelas sambil menopangkan kedua tangannya di pinggangnya lalu menatap ke arah Agus, teman lama Chopin yang Chopin kenali sebagai musisi sukses akademi.

Quote :

"A-- Augusta?"

Mendengar suara tersebut, Augusta berpaling. Siapa yang mengenalinya eh? Padahal ia sudah merubah penampilannya. (Yeah, mengecat rambutnya jadi coklat, karena dijadikan bahan tertawaan terus).

Lalu ia sadar itu siapa..

"Laiko?" Ia bertanya, agak kencang. Euh, ia 'terkejut' melihat laki-laki itu kembali lagi.

Quote :

"He? Aku tak menyangka kau akan berada di sini. Sudah malam...Agus!"

Terdengar suara lagi, yang jauh lebih ribut dan heboh... dan jelas ini siapa! "Cho--" Tunggu, penampilannya berbeda. "Chopin kan?" Gus bertanya dengan tampang agak swt.

Laiko langsung tersenyum. Ia melihat Augusta.

"Well, aku kembali loh." Ujarnya sambil nyengir ke Augusta. Ia lalu melihat sosok yang berjalan pelan-pelan. Sosok murid.

"Kau, murid yang di sana." Ujar Laiko sambil menunjuk Mitsuba.

"Kemari."

"Chopin kan?"

"Yap! Satu-satunya Chopin yang-- Eh, maaf adikku kan disini jadi aku tak bisa mengakui bahwa aku Chopin yang satu-satunya." Chopin pun ingin menjawab kepada Augusta namun ia langsung menyimpang dari jawabannya sendiri karena teringat oleh adiknya. Setelah selesai berargumentasi dengan dirinya sendiri, Chopin kembali lagi pada Agus.

"Oh ya, maaf bila beda penampilan. Lihat kan? Aku memotong dan mengecat rambutku menjadi hitam! Kamu juga kan Gus?" Chopin menunjuk-nunjuk ke arah Agus yang rambutnya juga di cat dan berbeda dari dulu. Lalu, Chopin juga bergantian menunjuk-nunjuk rambutnya sendiri sambil menyengir-nyengir.

"Well, aku kembali loh."

"Eh, copot! Eh, copot! Ah! A-Aku kira tak ada orang!" Chopin langsung kaget mendengar suara seseorang yang dekat sekali dengan dirinya. Saat Chopin menoleh, ia langsung terkejut histeris melihat seseorang ada disitu. Kembali tenang ia menaikkan alisnya. "Hmm...kau seorang guru? Watcher? Atau..." Tanya Chopin kepada pria yang juga mengenali Agus namun terpotong setelah pemuda tersebut memanggil seorang murid yang ternyata ada di lorong. Sesuai peraturan sekolah, murid dilarang masuk ke dalam gedung sekolah di malam hari.

Kotori sedang berjalan jalan malam, ya sekedar berjalan jalan lah intinya. Kurang lebih berjalan untuk mencari udara malam yang segar, tidak lebih dari itu. Kotori merasa ada beberapa orang yang ada didalam lorong sekolah, karena ia melihat beberapa bayangan. Jadi Kotori memutuskan pergi melihat mereka.

Sampailah ia disana lalu ia melihat beberapa teman lama ternyata,

"Jadi eh? sedang ada reuni" Ujarnya dengan senyuman tipis di wajah umur 10 tahunnya

Quote :

"Well, aku kembali loh."

"Eeh--" Augusta sweatdropped, dan menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal. "Good to see you back, then.." Ia melihat Laiko menunjuk seorang siswi, "...and still the same." Dalam hati ia berdoa untuk siswi itu, semoga diberi ketabahan. Amin.

Quote :

"Oh ya, maaf bila beda penampilan. Lihat kan? Aku memotong dan mengecat rambutku menjadi hitam! Kamu juga kan Gus?" Chopin menunjuk-nunjuk ke arah Agus yang rambutnya juga di cat dan berbeda dari dulu. Lalu, Chopin juga bergantian menunjuk-nunjuk rambutnya sendiri sambil menyengir-nyengir.

"Iya juga sih," Tetapi tetap saja penampilannya jauh lebih berbeda. Sigh. Dasar Chopin~

Quote :

"Jadi eh? sedang ada reuni" Ujarnya dengan senyuman tipis di wajah umur 10 tahunnya

Augusta berpaling ke suara tersebut, lalu melihat seorang anak kecil berdiri di ambang pintu. "Waa~ ada anak kecil~" Ia berjalan ke anak itu dan mengelus kepalanya, sambil tersenyum, ia berkata, "Kan ga boleh keluar asrama malam-malam~"

Syukurlah Watcher itu tidak menyadari keberadaan Mitsuba. Gadis itu bersembunyi di balik tembok. Sayang, seorang watcher yang lain menyadari keberadaannya. Gawat, apakah Mitsu akan dihukum...? Semoga tidak. Gadis itu paling takut dengan yang namanya hukuman. Tapi kan, dia hanya berjalan malam karena tidak bisa tidur. Seharusnya mereka akan mengerti...semoga. Mitsuba memeluk buku bahasa Italianya yang tebal.

Quote :

"Kau, murid yang di sana." Ujar Laiko sambil menunjuk Mitsuba.

"Kemari."

Gadis bereyepatch itu mendekati kedua Watcher...dan seorang guru bernama Chopin, yang pernah ditemuinya bersama Tokiya di hutan. Ah, Tappuchinno-sensei. Mitsuba kembali memandang watcher yang menyuruhnya mendekat, agak takut-takut. Kepalanya lagi-lagi membayangkan "what ifs" yang mungkin terjadi nanti. Gadis itu mendekat kearah jendela, wajahnya kelihatan jelas sekarang.

"...Ya?"

Quote :

"Eh, copot! Eh, copot! Ah! A-Aku kira tak ada orang!" Chopin langsung kaget mendengar suara seseorang yang dekat sekali dengan dirinya.

Laiko ber-sweatdropped melihat Chopin yang kaget, orang aneh, pikirnya.

Quote :

"Hmm...kau seorang guru? Watcher? Atau..."

"Watcher-- Ah, kurang keren. Aku Guardian." Ujarnya ke Chopin yang bertanya tentang statusnya.

Quote :

"Jadi eh? sedang ada reuni" Ujarnya dengan senyuman tipis di wajah umur 10 tahunnya.

"Yah, anak kecil..." Batin Laiko yang kecewa, cuma anak kecil...

Lalu ia melihat Augusta yang menghampiri Kotori, dan Laiko pun menghampiri Augusta.

Laiko memeluk Augusta, seperti biasa 8D. "Teman lama datang bukannya disamperin dulu...~"

Akhirnya Mitsuba menyadari panggilannya dan menghampiri Laiko, Laiko berdiri dan berjalan ke depan Mitsuba. "Well... Ada murid di sini, apa boleh murid berkeliaran di sekolah- malam-malam?" Tanyanya ke Mitsuba.

Quote :

"Waa~ ada anak kecil~" Ia berjalan ke anak itu dan mengelus kepalanya, sambil tersenyum, ia berkata, "Kan ga boleh keluar asrama malam-malam~"

Eh? Nampaknya augus masih sama. Masih pedo.

Kotori tersenyum polos kepada Augus, lalu berkata dengan tatapan ramahnya anak kecil

"Eh? Kakak, tidak apa apa bukan?" Ya kenapa tidak mumpung dia masih belum sadar, melihat kearah murid somaticnya lalu ia tersenyum.

"Tidak apa apa koq, kau takan dihukum koq" Ujarnya kearah Mitsuba yang membuatnya tenang.

I'm in a deep.........

Mitsuba memeluk buku bahasa Italianya, ketakutan di bawah pandangan Watcher yang tampak galak itu. What to do? Gadis itu tampak bingung. Mau bilang kalau dia tidak bisa tidur? Para watcher itu pasti sudah biasa dengan alasan kacangan macam begitu, walau Mitsu sama sekali tidak berbohong. Gadis itu memutar-mutar ujung piama berwarna ungunya. Sementara watcher itu memeluk temannya yang berambut cokelat. Ada apa dengan Akademi dan persahabatan tak wajar antar sesama?

"Maaf, saya tidak bisa tidur, makanya...,"

Yah, jujur saja deh. Toh berbohong juga tidak ada gunanya. Whatever may come...apapun itu. Seorang anak gadis kecil berkata pada Mitsuba kalau dia takkan dihukum. Eh, benarkah?

"Kau serius..?" bisik Mitsuba kepada gadis kecil berambut pirang itu agak sumringah.

"Kau serius..?"

Kotori hanya mengangguk tipis tetapi menatap tajam kearah Laiko sekarang yang menyuruhnya untuk tidak melakukan apa apa.

"Well, seharusnya triple star sih tidak dihukum ya, apalagi kalau yang berwenang tidak mengijinkannya"

Seharusnya Laiko sadar tetapi entahlah.

Quote :

Laiko memeluk Augusta, seperti biasa 8D. "Teman lama datang bukannya disamperin dulu...~"

Augusta yang sedang menyapa anak kecil itu kaget, tiba-tiba dipeluk oleh Laiko. Sebenernya udah biasa sih. Mukanya memerah sedikit, ternyata kebiasaan anak ini belum berubah,.. Gus hanya sweatdropped gara-gara dipeluk tadi.

Quote :

"Eh? Kakak, tidak apa apa bukan?"

Anak itu berkata, wa~ anak yang manis~ "Tentu saja~" Ia tersenyum lebar pada anak itu.

Quote :

"Tidak apa apa koq, kau takan dihukum koq"

"Eh.." Ia sweatdropped. "tahu dari mana kau?"

Quote :

"Kau serius..?"

Anak perempuan itu sepertinya sudah senang duluan karena diberi tahu seperti itu. Gus lalu berpaling padanya sebentar, dan tersenyum, "Ah... tidak mungkin tidak dihukum. Yah, paling hukumannya ringan bagi triple star sepertimu. Mungkin memberi makan Piyo di hutan~" Jawabnya santai, seakan hal itu 'menyenangkan'.

"Kau yakin dia tidak akan kena hukuman?" Tanya Laiko agak menantang ke Kotori.

Ia melihat wajah Mitsu yang menurutnya cukup manis, apalagi wajahnya tiba-tiba senang. Laiko memegang dagu Mitsuba.

"Well, kau bisa lolos dari hukuman sih." Lanjut Laiko sambil berpikir, lalu.

*cup*

Laiko mengecup pipi Mitsuba. Ia tersenyum.

"Yap, kau memang tidak akan kena hukuman, karena aku suka gadis manis yang melanggar peraturan sepertimu," ucap Laiko.

"Hah... Hah... Kemana dia? Mahluk kurang ajar itu" Ujar Chrno kesal sambil mengambil napasnya

Sejak tadi dia mencari cari orang yang menciumnya dengan emosi. Luapan amarahnya masih tak terbendung dari tadi, ingin sekali menghajar manusia keparat yang menciumnya tadi. Geram rasanya dan ia berjalan terus, sampai akhirnya ia sampai di gedung sekolah yang lorongnya terang.

Sosok yang dikenalnya Laiko, Chrno langsung saja berlari cepat kearah lorong tersebut.

"LAIKOOOOOOOOOOOOOOOOO KAUUUUUUUUUUUUUUU" Ujarnya keras sambil berlari dan memasang ancang ancang tinju kearah muka Laiko

"KEPARAT" Tinju dilancarkan kemuka Laiko

"A-Apa?"

Memberi makan Piyo di hutan? Kedengarannya memang menyenangkan. Tapi, masa dihukum seperti itu untuk Triple Star?

Kemudian watcher itu...mengecup pipinya? Waoh D: Begitulah wajah Mitsu di kala itu. Yang pernah sedekat itu dengannya hanya Leon, makanya Mitsuba jadi salting sendiri. Wajahnya memerah bak kepiting rebus.

"A...,"

"WADAAAAWWW!!!!" Seru Laiko. Ia berusaha menghindar, namun tidak bisa 100%, sehingga Chrno menyibak rambut bagian kanan Laiko. Sinar bulan memantul ke orb merah Laiko sehingga terlihat jelas bahwa mata kanannya itu bukan bola mata.

Laiko langsung buru-buru menutup mata kanannya, semoga tidak ada yang melihat.

"Chrno... Kenapa marah sekali sih?? Kan HANYA ciuman..." Ujarnya ke Chrno.

"Graah! Ada Kotori!! Ck, aku tak bisa membuka identitasku sebagai Chop-X sekarang...mana ada Watcher yang mengaku-ngaku Guardian lagi!" Batin Chopin melirik ke arah gadis kecil yang hanya Chopin ketahui jati dirinya diantara banyaknya kerumunan orang disitu. Matanya hanya menatap tajam ke arah Kotori kecil.

"Oh ya gadis--" Chopin baru saja akan menegur gadis berambut nappo yang pernah Chopin temui sebelumnya. Ya, Ceweknya Leon! Chopin langsung mau bilang sesuatu namun terpotong ketika melihat Laiko mengecup pipi gadis tersebut.

"Ehem...Mitsu bukan? Sudah tak usah dihukum, lagipula aku kenal dia kok. Kan dia salah satu orang yang membantuku mencari Tappuchino~ Iya kan Ceweknya Leon?" Ucap Chopin membuat cover untuk Mitsu supaya ia tidak dihukum. Lagipula, ia juga Triple Star jadi sepertinya bukan masalah.

Kotori hanya tertawa kecil melihat sikap Laiko yang juga tidak berubah, gadis somatic tersebut memang tidak dihukum tetapi dicium oleh Laiko, well memang hukuman yang sering diberikan Laiko dulu, semenjak title mereka berdua sama sama tukang sosor.

Tiba tiba ada seorang anak lelaki berambut hitam jabrik dengan mata merah datang lalu Laiko hanya menghindar dan berkata kepadanya mengapa begitu marah karena suatu ciuman? Ya iyalah ya... masa ya iyadong...

Sementara itu Kotori melihat kearah sisanya Mitsu masih seperti kepiting rebus.

"Ah, jadinya kenapa hal ini bisa terjadi eh? Laiko?"

Berhasil menghindar eh? dan tanya mengapa begitu marah karena suatu ciuman?

"Hmph... Begitu"

Menarik sekali there, mr. Laiko, menarik sungguh menarik, mungkin mencoba beberapa langkah untuk menghajar wajah topengmu(?) disini akan menarik nampaknya. Oh menarik sekali ternyata Kuro sedang marah yang membuatnya mengeluarkan energi 120 persen dari biasanya.

Chrno sekarang mengeluarkan sebuah jarum lagi dari sakunya lalu berkata

"Henshin"

NEEDLE FORM

Pakaian dari Chrno sudah siap untuk bertarung sekarang

Dengan memasang ancang ancang untuk berkelahi ia sudah bersiap untuk menganyang Laiko sampai babak belur.

"Kotori, kalau kau mau menghentikannya, akan kuceritakan seluruhnya." Ujar Laiko yang memasang ancang-ancang kabur kalau dikejer sama Chrno.

"Euh... Mana aku harus berhadapan dengan maniak tokusatsu lagi... Apa 'salam perkenalan'nya kurang?" Tanyanya ke Chrno.

Quote :

"Yap, kau memang tidak akan kena hukuman, karena aku suka gadis manis yang melanggar peraturan sepertimu," ucap Laiko.

Gus melepas tangannya dari kepala anak kecil yang tadi ia elus dan langsung sweatdropped (kuadrat) dengan posisi ---> OTL. Dasar, orang ini memang benar-benar tidak berubah...

Dan sekarang datang pemuda aneh yang tiba-tiba menyerang Laiko, dan tiba-tiba pula, kostumnya berubah menjadi kostum perang. Oh great, akan ada perang di sini. "He-hei... jangan sampai aku panggil guru ke sini..."

Wait, dia sendiri guru kan?

Augusta hanya dapat sweatdropped melihat murid tersebut. Biarkan saja berantem, daripada ia yang luka?

"Ehei, mungkin ini akan menyenangkan untuk ditonton!" Ucap Chopin melangkahkan kakinya jauh-jauh dari Watcher yang ia dengar-dengar beranama Laiko itu dan temannya yang sekarang memakai baju perang. Sekarang posisi Chopin dekat dengan Agus.

"Gus, mau kopi? Aku ada kopi instan, kopi manis, kopi krim, kopi double krim, kopi-kopi, kopiko, kopi teh manis campur, kopi putih, kopi hitam, dan warkop. Mau yang mana?" Tanya Chopin iseng sambil membuka Magical Bagnya yang sedang dalam masa aktifnya.

"Oh ya~ Ceweknya Leon! Sini juga! Ayo bareng-bareng nonton Laiko berantem! Popcorn?" Chopin juga mengajak Mitsu dekat dengan dirinya dan Agus supaya sedikit berjauhan dari Laiko dan temannya. Mudah-mudahan gedung ini tak hancur gara-gara ulah Watcher yang satu itu dan temannya.