Comfort Zone - Hibiki's Room

Hibiki memutuskan mengunjungi kamar barunya di asrama sebelum meneruskan berkeliling melihat-lihat sekolah itu. Ia menaruh tas yang ia bawa-bawa, memenuhi kamar dengan bukunya yang banyak itu, dan merebah di tempat tidur. Setelah beristirahat sejenak, bocah itu pun iseng mengisi diarinya.

Quote :

Diary,

Tidak banyak yang bisa kuceritakan karena masih banyak hal yang belum kusaksikan. Sebuah kafe menarik penuh warna hitam dan merah menjadi tempatku membaca buku yang baru kemarin dibelikan ibu.

Namun, saat aku berjalan di kota, aku tak sengaja menabrak seorang gadis dan buku itu jatuh menimpa kakinya! Untung seseorang--namanya Frederic Chopinston-san--langsung menendang menyingkirkannya, tapi bukuku...\TTATT/ ~Huu...

Ah, tapi itu juga salahku sih. Apa mau dikata...

Ngomong-ngomong, hari ini juga pertama kalinya aku melihat dalaman cewek...ah aku tak mau mengingat itu lagi, rasanya kok licik sekali! >_<; Lupakan, Hibi, lupakan...

Ia menutup diari tersebut sambil menghela nafas. Lalu, bocah itu beranjak keluar membawa buku yang tertendang tadi.

[OUT]

Ketika menutup pintu kamarnya, ia langsung terduduk dan hampir saja menjatuhkan sekotak takoyaki dan buku yang dipegangnya. Ia lelah sekali, walaupun belum terlalu malam. Ah, stamina anak ini memang agak payah...

Sebelum naik ke tempat tidur dan terlelap, Hibiki mencoba menulis diarinya.

Quote :

Diary,

Aku lelah...=A=

Aku mencoba atap sekolahku untuk memabca, tapi baru saja tiba aku sudah ditodongkan pistol oleh Nakari Haruka-san!! >A<;; Haah, untung saja ia tidak benar-benar menembakku. Tapi tetap saja membuatku kaget setengah mati. Oh iya, aku juga berkenalan dengan Miyanagi Tomaru-san yang sepertinya suka mendengarkan musik Di atap, untungnya aku bisa menyelesaikan bukuku.

Karen lapar, aku mampir ke toko takoyaki di kota. Ternyata ada tumpukan buku resep masakan langka yang dilelang. Karena kasihan hanya dibiarkan di pojokan, aku pun berniat menjualnya, tapi gagal TwT Padahal aku sudah merepotkan Yamadika Kia-sa...err, Dika. Ia menyuruhku memanggilnya Dika, walaupun aku merasa tak enak memanggilnya seakrab itu, padahal kami baru saja kenal ^_^; Hahaha, sepertinya murid-murid disini cepat akrab satu sama lain. Semoga aku bisa akrab begitu.

Haaah...ngomong-ngomong, aku juga tak enak menerima takoyaki gratisan ini...Maafkan aku, tuan koki...

Ia menghela nafas dan menatap takoyaki di genggamannya. Meskipun tak enak, ia memakannya juga karena perutnya berbunyi. Meskipun dingin, tapi amat lezat...

Lalu anak itu pergi tidur.

Begitu terbangun, matahari sudah agak tinggi. Ia mencuci muka, menyikat gigi, dan pergi keluar sambil membawa buku lain berjudul "Someday's Dreamers: A Tale of A Tale". Lagipula ia masih belum menemukan tempat tenang untuk membaca. Mungkin ia akan mencoba ke hutan kali ini...

[OUT]

Hibiki agak berlari menuju kamarnya. Aw, aw, aw. Gatal, gatal~! Minyak dari krim kue yang menempel kini mulai mengganggu bocah itu. Ia lekas membersihkan badan, bagian manapun yang memang perlu dibersihkan. Setelah segar kembali, anak itu membuka diarinya dengan tak sabar.

Quote :

Diary,

AKU TERJEBAK TADI!!! OAO;;

Kukira dengan pergi ke hutan dapat menemukan ketenangan, ternyata aku malah terjebak dalam pesta kostum yang berlanjut jadi ajang lempar-lemparan kue!!

Seseorang memakaikan kostum--seingatku kostum Roxas KH2 katanya?--padaku. Sepertinya aku tak kenal orang itu, tapi kenapa dia iseng begitu? o_o?

Hmm, coba kuingat, aku berkenalan dengan Avequilla-san lalu Kyouka-sa...umm, rasanya aku memang belum terbiasa cepat akrab dengan orang lain seperti mereka semua. Tapi yah, aku memang tak pernah memegang tangan (dia yang memegangku lho ngomong-ngomong -A-) perempuan...*haaah~*

Lalu, lalu, aku kan ingin membaca, jadi aku memojokkan diri. Eh...mendadak datang seseorang yang menemplokkan kue bulat-bulat ke mukaku!

UNTUNG BUKUKU SELAMAT~!!! TTwTT

Haduh, kalau buku ini sampai kena...matilah aku...Untung tadi juga kumasukkan ke dalam buku kue lain yang mengarah padaku. Haah...bahaya sekali memang orang-orang itu. Akhirnya aku berhasil pergi dengan menyelinap diam-diam TwT

Mungkin untuk beberapa saat ini, aku akan menghindari kafe di hutan itu...

Hibiki meletakkan pulpennya di atas halaman yang ia tulisi. Ia beristirahat sebentar sebelum pergi lagi keluar. Kali ini tanpa membawa salah satu bukunya. Bocah itu tak mau lagi ambil resiko.

[OUT]

Anak itu masuk dengan wajah masih sedikit merah. Sepertinya daya tahannya diuji coba hari ini. Ia cepat-cepat membuka diarinya untuk curhat.

Quote :

Diary,

Banyak yang harus kuceritakan padamu. Pertama-tama, aku mencari makan di kedai ramen. Disana aku berkenalan dengan Cyalle-chan dan Yoshikuni Asuka-san. Kami bertiga sama-sama berambut pirang dan bermata biru, duduk berjejer memakan ramen, seperti saudara saja! ^_^

Lalu datang Shizuka-san dan Hanamura Sakurai-san. Karena melihat Shizuka-san menembak Asuka, aku spontan menarik lengannya. Umm...///-A-/// Bu-bukan maksudku menyentuhnya dengan tidak sopan begitu! Aku cuma tidak mau dia celaka kok!! Ta-tapi, begitu sadar aku memeganginya, aku langsung kabur dan melupakan uang kembalianku. --a

Karena lari tak tentu arah, aku tersasar ke kelas dan bertemu Chopin-san--yang sepertinya sempat melupakan namaku--dan seorang gadis yang aku tak sempat kenalan.

Begitu keluar, aku bertemu dengan Shiho-san dan...dua orang Asuka! @_@ Ah betapa kagetnya saat salah satu Asuka menyatakan dirinya Shizuka-san. Pasti ada hubungannya dengan penembakan di kedai ramen tadi. Lalu muncul seekor kelinci biru--yang ternyata cowok--bernama Noa-san. Noa-san memperlakukan aku seperti ancaman, kenapa ya? TwT

Mendadak Shizuka-san menembak dirinya sendiri, kembali ke wujud asal, dan pingsan. Segera saja kubawa ke rumah sakit. Dan disana, umm...ASUKA MEMEGANG TANGANKU!! @A@;; Haduh, aku jadi bingung sekali saat ia mempererat pegangannya padahal aku minta untuk dilepaskan.

Sekarang aku jadi tak tahu harus berwajah seperti apa kalau aku bertemu dengannya lagi ///-A-/// Malunya~

Hibiki menutup mukanya dengan kedua tangan. Malu sendiri saat membaca tulisannya. Entah kenapa, ia langsung teringat wajah Asuka ketika menulis kejadian tadi. Dan setiap kali wajahnya terbayang, muncul rasa tidak nyaman di dadanya. Ia tidak suka ini. Rasanya ada hal yang mengganjal...

Hibiki memutuskan untuk tidur dalam usahanya melupakan kejadian itu. Beberapa jam kemudian, ia bangun dan membawa bukunya yang tadi ia tinggalkan. Ia pun pergi.

[OUT]

Setelah mengantar Ryuu sampai lobi asrama, Hibiki berpisah dengannya lalu langsung pergi ke kamarnya sendiri. Ia berkali-kali menguap karena bagian dalam asrama jauh lebih hangat dari angin malam di luar tadi.

Sesampainya di kamar, Hibiki menambahkan catatan pada halaman buku diarinya yang tadi.

Quote :

Berjalan keluar malam-malam = bad idea -w- Hampir saja aku mati kedinginan. Tapi syukurlah aku bisa membantu Kiyohara Ryuu-san menemukan jalan ke asrama. Sekarang aku mau tidur...Fuaaah~ =A=

Tak lama anak itu menggumpal dalam selimutnya dan tertidur lelap. Keesokan pagi, ia, seperti hari-hari lainnya, keluar dengan buku dongengnya.

[OUT]

Hibiki menghela nafas seraya memakai pakaian kering di kamarnya. Tadi begitu sampai, ia menaruh buku yang ia bawa di atas meja belajar. Meskipun pandangan matanya mengarah pada buku, pikirannya sama sekali tidak ada disana.

Apa yang sudah kulakukan? batinnya. Kenapa aku tiba-tiba saja...Aku tidak bermaksud...Apa aku... Tidak berani meneruskan pemikirannya, bocah itu menggeleng, membuangnya begitu saja dari kepalanya.

Ia berjalan seperti orang tak sadar mendekati lemari pakaian. Berkali-kali anak itu tersandung tumpukan buku-bukunya yang tersebar di lantai, membuat kamarnya yang semula cukup rapi menjadi seperti kapal pecah. Ketika akhirnya ia membuka lemari pakaian, Hibiki mengambil kemeja hitam serta celana panjang katun warna putih agak menjurus abu-abu kemudian mengenakannya.

Lalu apa?

Ia terdiam. Saat melirik meja belajar, ada diarinya disitu. Ia mengambil buku itu dan membawanya ke lantai. Dengan punggung bersandar pada kayu bagian bawah tempat tidur, dikelilingi lautan buku, Hibiki membuka diarinya.

Quote :

Diary,

...

Entah aku harus menulis apa kali ini. Pikiranku kosong dan rasa mengganjal itu kembali lagi. Entahlah aku bingung...

Seharusnya aku senang karena, setelah sekian lama, akhirnya aku menemukan tempat menyepi di sekolah yang ramai ini dan bisa masuk lagi ke dalam buku. Tapi gadis itu, Asuka maksudku, datang dan....

Entahlah...Rasanya semua berjalan terlalu cepat. Aku sendiri tak mengerti kenapa aku mencium keningnya seperti itu...

Di huruf terakhir ada garis pena yang turun ke bawah, pertanda tangan penulisnya melemas. Hibiki menutup diarinya, tidak melanjutkan. Perasaannya tak enak. Ia juga tak tidur untuk menghilangkannya. Hibiki hanya bersandar disana sambil memandang langit biru dari jendela kamarnya yang terbuka.

Awan berarak membentuk berbagai macam bentuk dan imajinasi anak itu kemudian mengambil alih. Untuk beberapa saat, ia asyik memandang langit. Lalu, setelah bosan, ia membaca salah satu bukunya.

Sore menjelang malam, anak itu telah menyelesaikan dua buku. Hibiki baru menyadari ia belum makan dari pagi ketika perutnya berbunyi. Hmm...saatnya melihat apa yang ada di kota...

[OUT]