Moon under the Full Moon

Quote :

"Tidak juga."

"Hum... Begitu." balas Canon pendek. Bola matanya berwarna biru menatap dua sosok yang di depannya dengan polos. Canon duduk disamping gadis berambut biru itu dan meletakkan buku bergambar yang dibawanya di atas pangkuannya. Kepalanya menatap gadis berambut biru itu. "Kakak siapa? Saya Canon." Canon tersenyum polos kepada gadis itu.

Sosok manusia yang satu lagi adalah pemuda dengan rambut putih. Tangan Canon yang kecil menarik-narik lembut rambut putih milik pemuda yang tengah tertidur di pangkuan gadis berambut biru itu.

"Mffmm..." Chopin sedikit bergerak-gerik kesana sini tak sadarkan diri bahwa kepalanya sekarang berada di atas paha Lunar dan tidak lagi di bahunya. Hembusan angin sepoi-sepoi mulai menghembuskan tubuh Chopin yang sekarang sudah dipastikan tidak lagi keringatan. Yang pasti jangan sampai ia ketiduran disitu juga apalagi Lunar mana mau tanggung jawab Chopin untuk diangkut ke asrama? Lagipula gadis berambut biru tersebut pastinya benci harus repot sendiri karena orang yang baru ia saja kenal.

"EXTREME!! AKU MEMENANGKAN PIALA DUNIA!! HOREE!! Terlintas cuplikkan mimpi Chopin saat ia sedang tidur. Di dalam mimpinya ia memegang piala dan berdiri di atas platform yang lebih tinggi dari platform yang ditempati lawan imaginarinya. Karena mimpi tersebut tangan Chopin mulai bergerak-gerak ke atas dan lalu...

"EXTREME!!" Chopin berseru dengan kencang bersamaan tangannya menonjok buku Lunar jauh-jauh entah kemana. WAH! UNEXTREME!! Bagi Chopin nanti. Bisa-bisa ia yang kena amukkan! Yang pasti sekarang dirinya belum terbangun dan seseorang mendatangi Lunar dan Chopin dengan Chopin tak menyadari kehadiran orang yang baru datang tersebut namun karena merasa rambutnya ditarik-tarik Chopin langsung membuka matanya otomatis seakan rambutnya bila ditarik menjadi sebuah tuas untuk membangunkannya.

"TO THE EXTREME!!" Chopin bangun kembali dengan aura EXTREME!!-nya itu sekarang lebih besar daripada sebelumnya.

"Namaku... Lunar Dominus." Jawab Lunar pelan ke Canon. Sebenarnya dia tidak begitu peduli akan nama anak kecil yang datang tidak diundang itu, tapi tidak sopan namanya apabila tidak menghiraukan orang yang sedang berbicara dengannya... Chopin tidak masuk hitungan 'orang' deh bagi Lunar, terlalu mengganggu sih. Apalagi mulai mengganggu karena gerak-gerak seenaknya, konsentrasi Lunar jadi buyar kan? =A=? Untung Lunar kalem, kalau tidak, dia sudah ditimpuk dengan buku 'Fire Dragon' karangannya Fidra tepat di muka kali...

BUAGH!

Kali ini dengan sukses tangan Chopin menonjok buku 'Blue Orchid' yang sedang dibaca oleh Lunar. Saat itu terlihat seperti slow-motion di mata Lunar. Buku miliknya-- Yang kabarnya sudah tidak dipublikasikan lagi, menghilang begitu saja. Lunar langsung saja mengambil buku 'Fire Dragon' yang sudah dijelaskan di atas yang tebalnya tidak kalah dengan buku Harry Potter ke-5 [Ya saya tahu itu hiperbola, tapi kayaknya bener, iya ga ris?] yang digunakan untuk menjitak kepala Chopin serasa dari Star Gladiator. Lalu berlari ke arah kira-kira kemana ada bukunya terbang, tanpa sepatah katapun keluar dari mulutnya.

---

Fire Dragon (c) Fire_Dragon @ Ragnafilia

Quote :

"Namaku... Lunar Dominus."

"Kakak.. Luna.. Lunar?" ulang Canon lirih. Ia berpikir sejenak, menyimpan nama itu kedalam memori otaknya. Dan buku yang tengah dibaca oleh Lunar diterbangkan oleh pemuda berambut putih yang tengah mengingau dengan kepalan tangannya. Spontan mata biru Canon mengikuti arah buku yang terbang entah kemana itu. "Bukunya..."

Lunar mengeluarkan satu buku lagi yang tebal, dan setebal buku harry poter yang berjudul Fire Dragon. Buku itu digunakan untuk memukul pemuda berambut putih yang menerbangkan buku yang tengah dibaca oleh Lunar tadi. Ya, buku yang sangat tebal dan berat. Kalau dipakai untuk memukul, pasti akan sakit rasanya.

"Kakak, tidak apa-apa?" tanya Canon menarik-narik pakaian bagian bawah pemuda berambut putih itu. Lunar segera berlalu dari mereka untuk mencari buku yang sudah terbang entah kemana itu. Canon berdiri dengan buku bergambar yang dibawanya, dan mengikuti Lunar. "Kakak Luna..!"

"Bukuku... Bukuku..." Gumam Lunar sambil mencari-cari bukunya. Lunar sama sekali belum menamatkan buku novel satu itu @A@;; Kedatangan Chopin bagaikan kedatangan dewa pengganggu bagi Lunar. Lunar menyesal sudah berbaik hati dengan Chopin, pokoknya habis ini dia memutuskan untuk tidak berurusan lagi dengan pria-berambut-putih-berisik itu. "Novel itu sudah tidak dipublikasikan lagi... @A@;; Aku penasaran dengan kelanjutannya, bagaimana nasib Ren? Atau Kimi??"

Seharusnya Lunar langsung menjauh saat 'hal-yang-dibencinya' datang, tapi tidak ada gunanya menyesalinya.

Quote :

"Bukuku... Bukuku..."

"Kakak... tunggu...!" Baru saja Canon mau memanggil Lunar yang sudah berada jauh di depannya, kaki kecilnya tersandung sesuatu, membuatnya terjatuh. Canon perlahan bangun dengan susah payah, dan mengenali benda yang disandungnya itu adalah buku milik Lunar yang terbang tadi. Canon mengambil buku itu dan membersihkannya dengan kedua tangan kecilnya. "Kakak Luna, ini bukunya." Canon sedikit berlari meski kakinya sakit karena terjatuh tadi. Buku bergambarnya masih dalam kepitannya.

Quote :

"Kakak Luna, ini bukunya."

Langkah Lunar terhenti karena suara Canon. Ia menoleh dan melihat buku tersayangnya itu ada di tangan Canon. Lunar mengambilnya dan berkata, "Terima kasih." dengan ekspresi datar ke Canon. Lalu ia melihat buku yang dikepit oleh Canon. Wujudnya mirip dengan... Ooh!! Jangan bilang itu buku [A-C]?! Walaupun tidak tampak seperti itu, Lunar adalah seorang pengkoleksi buku. Buku bergambar yang sekarang dipegang Canon itu sama langkanya dengan 'Blue Orchid', dengan hati-hati dia bertanya.

"Canon... Itu buku bergambar... A-C?"

Quote :

"Terima kasih."
"Canon... Itu buku bergambar... A-C?"

"Sama-sama~" balas Canon tersenyum polos. Meskipun Lunar menganggapinya dengan sesuatu yang biasa, namun Canon ingin berpikiran positif dengan hal-hal yang dialaminya. Wajah Lunar sedikit berubah ketika melihat buku bergambar yang dibawa olehnya tadi. Canon mengambil buku yang dikepitnya, membiarkan sinar rembulan menerangi buku bergambar [A-C] itu. "Iya, ini buku bergambar A-C. Ada apa, kak Luna?" tanya Canon heran karena ia tidak tahu seberapa berharganya buku bergambar itu bagi Lunar.
---------------
OOC : A-C...? Berharga?? *brb sakit perut krn kebykan ngakak*

"@A@!!"

"Kau tidak tahu buku itu sempat diberhentikan karena membuat keributan? Buku ini sangat langka, apalagi ini hasil kolaborasi dua penulis gendeng yang sampai sekarang tidak diketahui identitasnya." Jelas Lunar, baru kali ini dia bisa bicara panjang lebar. "Aku dulu sempat melihatnya di situs buku, tapi begitu kucari sudah tidak ada @A@ Maukah kau memberikannya padaku??" Tanya Lunar memohon pada Canon agar menyumbangkan buku bergambar itu.

"Mungkin bisa kutukar dengan salah satu novelku--"

Quote :

"@A@!!"
"Kau tidak tahu buku itu sempat diberhentikan karena membuat keributan? Buku ini sangat langka, apalagi ini hasil kolaborasi dua penulis gendeng yang sampai sekarang tidak diketahui identitasnya."
"Aku dulu sempat melihatnya di situs buku, tapi begitu kucari sudah tidak ada @A@ Maukah kau memberikannya padaku??"
"Mungkin bisa kutukar dengan salah satu novelku--"

"Eeehh...?" Canon masih kebingungan karena Lunar berbicara begitu panjang dan cepat. Otak Canon belum bisa mencernanya begitu cepat. Namun, ia bisa menangkap intinya bahwa Lunar menginginkan buku bergambar yang dibawanya itu. Canon menatap buku bergambar berjudul A-C itu dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Ia tidak tahu buku itu berharga untuk Lunar karena sudah tidak ada lagi. Tapi, buku bergambar ini adalah buku yang berharga baginya. Canon agak enggan memberikan buku ini, mau ditukar juga ia merasa sayang. "Um, tapi..."

Lunar sadar kalau Canon tidak ingin memberikan buku itu, "Kalau begitu, lain kali pinjamkan aku, setidaknya-- Aku mau membaca buku itu." Ujar Lunar yang langsung berjalan ke arah dimana sinar bulan bersinar paling terang, ya temapt dia membaca tadi. Kali ini ia menjaga jarak dengan Chopin sekitar 5 meter, lalu kembali duduk dan membaca novel yang belum sempat diselesaikan...

Quote :

"Kalau begitu, lain kali pinjamkan aku, setidaknya-- Aku mau membaca buku itu."

"Umm..." Canon hanya mengikuti Lunar kembali ke tempat pemuda berambut putih itu berada. Memang rasanya sayang memberikan barang berharganya kepada orang lain. Kalau itu untuk membantu orang tersebut, kenapa tidak. Kedua tangan kecil Canon menyodorkan buku bergambar dengan sampul bercetakkan A-C di hadapan Lunar yang duduk di bawah pohon. "Untuk Kak Luna saja~ " ucapnya tersenyum.

"Aku masih punya satu lagi di rumah." sambungnya polos.

"Huaahm...!!" Chopin menguap sekali lagi, menandakan kalau dirinya sudah benar-benar bangun dari tidurnya yang cukup sebentar sebenarnya. Tidak sadar telah menonjok layang buku Lunar, Chopin mengucek-ngucek matanya lalu menoleh ke arah samping melihat Lunar yang kembali sedang membaca sesuatu yang nampak beda. Selain itu Lunar juga terlihat menjaga-jaga jarak dengan Chopin walaupun Chopin tak mengetahui ini dan polosnya langsung mendekat ke arah Lunar.

"Lun-Lan!! Aku belum selesai membaca buku tadi TO THE EXTREME!!" Seru Chopin ke arah Lunar yang sekarang baru saja membaca buku baru dekat dengan seoran bocah berambut pirang dan lebih muda dari Chopin. Setelah dekat dengan Lunar, Chopin menoleh ke kanan dan juga kiri, melihat dari depan, belakang bahkan di belakang pohon! Ia sudah melihat kalau buku yang sekarang dibaca Kana bukanlah buku 'Blue Orchid' yang sebelumnya.

"Lun-Lan! Mana bukunya yang tadi!? Oh, dan siapa anak kecil itu?" Chopin malah panik sendiri. Ia sekarang berdiri dekat dengan Lunar menanyakan keberadaan buku gadis tersebut sekaligus bertanya siapa anak yang baru saja datang. Padahal, anak itulah yang membangunkan diri Chopin dari ketidurannya.

Lunar terbengong ketika melihat Canon memberikan bukunya, apa ini surga? Ternyata di saat-saat ia kecemplung ke neraka ada malaikat yang menolongnya. Namun apa yang dirasakannya tidak tercermin di wajahnya. "Terima kasih." Ujarnya ke Canon, lalu menerima buku yang diberikan itu. Ia lalu memilih untuk membaca buku tipis itu.

Quote :

Lun-Lan! Mana bukunya yang tadi!? Oh, dan siapa anak kecil itu?" Chopin malah panik sendiri. Ia sekarang berdiri dekat dengan Lunar menanyakan keberadaan buku gadis tersebut sekaligus bertanya siapa anak yang baru saja datang. Padahal, anak itulah yang membangunkan diri Chopin dari ketidurannya.

"Buku novel itu sudah kusimpan, aku tidak mau kau menerbangkannya lagi. Untung ada Canon yang menemukannya." Jawab Lunar yang ngambek[?] dengan Chopin. "Nama anak itu Canon, yang membantuku mencari buku novelku."

Quote :

"Terima kasih."

"Sama-sama, kakak Luna~" Canon tersenyum polos kepada Lunar yang kelihatannya begitu bahagia begitu menerima buku bergambar A-C yang diberikannya. Setidaknya, hal-hal kecil bisa membuat orang lain merasa tertolong. Canon mendongakkan kepalanya, menatap Chopin yang barusan bangun tanpa tahu kejadian yang sesungguhnya. Tangan kecilnya kembali menarik baju bagian bawah yang dipakai Chopin, menatap sosok yang lebih tinggi darinya itu dengan tatapan polos. "Kakak... siapa?"

"Orang tua...?" tanya Canon kembali, dan tidak bermaksud untuk menyinggung pemuda berambut putih dihadapannya. Ia hanya mengeluarkan apa yang ada di dalam pikirannya. "Bukan yah?"

"Buku novel itu sudah kusimpan, aku tidak mau kau menerbangkannya lagi. Untung ada Canon yang menemukannya."

"Menerbangkannya!? Memangnya aku tadi menerbangkan bukumu Lun-Lan? Kan daritadi aku-- EH!? AKU LUPA APA YANG TERAKHIR KALI AKU LAKUKAN TO THE EXTREME!! Pokoknya! Tadi yang terakhir aku lakukan adalah membaca bukumu tadi!" Chopin langsung menanggapi Lunar dengan sedikit lugu dan tidak tahu apa-apa dengan buku novelnya yang tadi terlayangkan. Kemudian, sikap Chopin langsung histeris karena dirinya sendiri lupa apa yang ia lakukan setelah membaca buku milik Lunar.

Chopin melirik ke arah anak bernama Canon, sesuai dengan bagaimana Lunar mengenalinya. Ah! Seorang anak Elementary nampaknya! Chopin yang cukup menyukai kehadiran anak-anak yang lebih muda dari dirinya langsung tersenyum hangat dan sedikit menunduk untuk juga memperkenalkan dirinya kepada anak tersebut.

"AH! Salam kenal Ca-- Canan? Kanan? Kiri? Siapa lagi namamu? Pokoknya salam kenal, nama kakak Frederic Chopinston atau kau boleh panggil kakak Chopin saja!" Chopin menaikkan tangannya tinggi-tinggi, memperkenalkan dirinya dengan sangat bersemangat terhadap anak kecil tersebut. Tak lupa sekalian senyuman lebarnya, menunjukkan gigi Chopin yang mengisyaratkan dirinya yang senang melihat adik kelas.

Quote :

"Orang tua...?" tanya Canon kembali, dan tidak bermaksud untuk menyinggung pemuda berambut putih dihadapannya. Ia hanya mengeluarkan apa yang ada di dalam pikirannya. "Bukan yah?"

"Humph..." Lunar tampak menahan tawanya. Ditambah lagi karena kisah 'Kegelapan' yang merupakan tokoh di buku karangan Iris Aegis dan Luna Aegis, memang dua bersaudara ini pantas untuk menimbulkan keributan, apalagi setelah memasukkan skandal tentang pengarang 'Sacrevilla', Shinjin. Buku ini tidak dipublikasikan laig karena menghentikan penerbitan jilid baru 'Sacrevilla'...

Quote :

"Menerbangkannya!? Memangnya aku tadi menerbangkan bukumu Lun-Lan? Kan daritadi aku-- EH!? AKU LUPA APA YANG TERAKHIR KALI AKU LAKUKAN TO THE EXTREME!! Pokoknya! Tadi yang terakhir aku lakukan adalah membaca bukumu tadi!"

"Pokoknya kau tidur seenaknya, lalu mengigau dan menerbangkan bukuku. Jangan terlalu bersemangat di dekatku, aku tidak mau kehilangan buku ini." Ujar Lunar yang menatap tajam Chopin dengan pandangan dingin dan tak bersahabat. "Cobalah contoh Canon sedikit."

---

Lupa D: Sacrevilla (c) Shinjin @ Ragnafilia

Quote :

"AH! Salam kenal Ca-- Canan? Kanan? Kiri? Siapa lagi namamu? Pokoknya salam kenal, nama kakak Frederic Chopinston atau kau boleh panggil kakak Chopin saja!"

"Hooeh..?" Canon hanya melongo menatap Chopin yang menaikkan tangannya tinggi-tinggi, memperkenalkan dirinya dengan sangat bersemangat terhadap Canon dan tidak lupa memberikan Canon senyuman khas milik Chopin. Dan tanggapan Canon hanya sebuah senyuman polos dari anak itu. "Canon, Canon S... Alt..air..." ucap Canon susah payah. Sepertinya nama keluarganya terlalu susah diucapkan anak kecil.

"Pokoknya kau tidur seenaknya, lalu mengigau dan menerbangkan bukuku. Jangan terlalu bersemangat di dekatku, aku tidak mau kehilangan buku ini."

"AH!? Kalau begitu itu bukan seluruhnya kesalahanku bukan!? Itu kan berarti aku tidak sepenuhnya sadar dengan pergerakkan tubuhku! Jadi, kau tak berhak membenciku untuk sesuatu yang aku lakukan dengan tidak sadar!" Balas Chopin kepada Lunar sambil menunjuk orangnya dengan tangan kenannya yang sebelumnya dinaikkan ke atas dan tatapan matanya langsung terarah pada gadis berambut biru tersebut. Tajam. Ya, tajam dalam arti tajam yang tak dingin, tajam yang penuh dengan semangat.

"Contoh Canon!? HAH! Bagaiman kalau kau sendiri yang mencontoh Canon sekalian Lun-Lan si UNEXTREME!!" Lanjut Chopin lagi sekarang mukanya menatap Lunar dan seakan seperti ada kejutan listrik di antara tatapan mereka. Uh! Permusuhan!? Ya, itu mungkin saja terjadi apalagi sifat kedua belah pihak sangatlah jauh berbeda satu sama lain.

"OKEY! Canon! Benar kan Canon? Senang bertemu denganmu!" Balik balas Chopin kepada Canon sambil memberinya hormat sejenak kepada anak yang lebih muda tersebut. Ia lalu melirik-lirik ke arah Lunar lagi setelah selesai dengan Canon.

Quote :

"AH!? Kalau begitu itu bukan seluruhnya kesalahanku bukan!? Itu kan berarti aku tidak sepenuhnya sadar dengan pergerakkan tubuhku! Jadi, kau tak berhak membenciku untuk sesuatu yang aku lakukan dengan tidak sadar!"

"Aku tidak pernah bilang membencimu, aku hanya tidak suka gayamu yang terlalu bersemangat, andaikan buku itu hilang dan tidak ditemukan memangnya kau mau menggantinya?" Jawab Lunar dengan nada santai. Ia membalas tatapan Chopin dengan tatapan dingin, berbeda dengan Chopin, tatapan matanya sama sekali tidak tajam, hanya saja... Dingin.

Quote :

"Contoh Canon!? HAH! Bagaiman kalau kau sendiri yang mencontoh Canon sekalian Lun-Lan si UNEXTREME!!"

"Tidak ada hal dariku yang perlu diubah karena aku daritadi tidak merugikan siapa-siapa." Balas Lunar dengan nada yang tidak berubah. Apalagi ketika Chopin melirik ke arah Lunar, Lunar malah melanjutkan membaca buku A-C karangan Iris Aegis dan Luna Aegis itu.

---

Sebelon lupa... [FF]A-C (c) Iris`Aegis & Silver`Luna / luna_aegis @ Ragnafilia

Keributan terjadi diantara Lunar dengan Chopin karena masalah buku dan masalah-masalah lainnya. Canon tidak begitu mengerti pembicaraan mereka. Keduanya sama-sama memunculkan aura tidak menyenangkan yaitu aura permusuhan satu dengan yang lain. Suara Chopin yang keras membuat Canon sedikit tersentak dan ketakutan karena ia seakan seperti dimarahi karena berbuat salah.

"Ca.. Canon... Maaf..." Bola mata biru Canon mulai berkaca-kaca.

"Aku tidak pernah bilang membencimu, aku hanya tidak suka gayamu yang terlalu bersemangat, andaikan buku itu hilang dan tidak ditemukan memangnya kau mau menggantinya?"

"ARGH! Menjadi semangat seperti ini adalah diriku yang sebenarnya, dan aku tidak akan bisa mengubah itu! Diriku adalah diriku!" Tanggap Chopin yang sekarang berdiri, menunjukkan dirinya sendiri dengan jempol tangan kanannya dengan seruan sedikit kencang namun dengan alasan apapun suara tersebut tak membuatnya menjadi ditakuti namun terdengar gagah.

"Bukumu? Bila memang bukumu itu hilang maka aku pasti janji bertanggung jawab TO THE EXTREME!! Lagipula, sebagai laki-laki...bukan! Laki-laki yang dewasa, aku tak akan pernah mengingkari perkataanku maupun tanggung jawab yang sudah aku janjikan!" Lanjut Chopin lagi kepada Lunar. Aneh bukan? Terkadang Chopin bodoh dan lugu, namun terkadang ia bisa menjadi orang yang bijaksana tapi juga sekaligus menjadi figur yang dapat dicontoh...hanya saat dia menjadi seperti itu saja yang pasti.

"Ca.. Canon... Maaf..."

Chopin yang tengah berkonfrontasi dengan Lunar, akhirnya mendengarkan suara anak kecil menangis di sampingnya. Canon? Pasti anak yang baru dikenal Chopin itu. Chopin dengan cepat langsung mengalihkan perhatian sepenuhnya kepada Canon, menunduk untuk bisa melihat anak itu dengan jelas.

"Ah, Canon! Kau tak apa-apa? Kenapa kau menangis!?" Tanya Chopin ikut khawatir mengapa bocah berambut pirang tersebut dapat menangis dan apa yang menyebabkannya. Chopin mencoba tersenyum dan melihat Canon lurus, dengan pikiran tentang Lunar disingkirkan terlebih dahulu.

Quote :

"Ah, Canon! Kau tak apa-apa? Kenapa kau menangis!?"

"...Maaf... Maafkan.. Canon..." ucap Canon terisak, ia merasa penyebab Lunar dan Chopin bertengkar adalah karena dirinya. Ditambah lagi, suara Chopin yang semakin menggelegar. Dimata Canon, Chopin seperti beruang putih yang siap memangsa siapa saja yang mendekat. Tangan kecil Canon mengusap air matanya. "..Maafkan... Canon..."

"ARGH! Menjadi semangat seperti ini adalah diriku yang sebenarnya, dan aku tidak akan bisa mengubah itu! Diriku adalah diriku!"
"Bukumu? Bila memang bukumu itu hilang maka aku pasti janji bertanggung jawab TO THE EXTREME!! Lagipula, sebagai laki-laki...bukan! Laki-laki yang dewasa, aku tak akan pernah mengingkari perkataanku maupun tanggung jawab yang sudah aku janjikan!"

"Bertanggung jawab? Mau menggantinya? Kalau buku itu memang masih dipublikasikan aku tidak akan khawatir kehilangan buku itu." Jawab Lunar singkat. Lalu ia mendengar suara Canon yang sepertinya menangis. Ia menghampiri Canon.

"Kau... Kenapa?" Tanya Lunar ke Canon lembut, tidak seperti saat ia berbicara pada Chopin.

Quote :

"Kau... Kenapa?"

"...Maafkan.. Canon... Karena Canon... Kakak berdua jadi bertengkar.." jawab Canon terputus-putus karena ia masih menangis. Padahal masalah sebenarnya terjadi bukan karena kesalahan Canon, tapi entah mengapa Canon menganggapnya begitu. Canon berusaha menghentikan air matanya, tapi entah mengapa, tidak mau berhenti. "...maaf..." ucapnya lirih.