Get Well Soon :3

Hayashi hanya diam saja ketika Nacht bangun karena begitu banyak orang yang mengkhawatirkannya dan mengerubunginya. Ketika beberapa orang selesai dengan urusannya dan pergi keluar dari situ, barulah Hayashi membuka mulutnya.

"Syukurlah Nacht, kamu ga apa-apa..tadi saya dah takut ajah ngeliat kamu lebam-lebam gini"

UUKH! Pengen ngehajar Orang yang ngakunya SATPAM tadi

Karena Misaki merasa urusannya sudha selesai, ditambah dengan Nacht yang sudah mulai membaik, Misaki akhirnya memutuskan untuk keluar dari tempat ini. Toh, kalau juga tinggal tidak ada yang bisa dia lakukan. Sejenak dia berdiri, mengecek handphonenya dan membaca kembali sms yang dikirimkan G.G ke dirinya, setelah itu dia masukkan lagi. Tak lebih dari satu detik, Misaki menghilang dari pandangan seluruh orang dengan teleport alice-nya, mencari tempat lain.

[out]

Sepertinya sudah terlalu lama Hime meninggalkan ruang kerjanya sampai wanita berambut pink itu tidak menyadari kalau beberapa ruangan terisi pasien. Ngga tanggung jawab juga orang satu ini ^^;;. Mata hijaunya menatap beberapa ruangan yang tampak ramai dan memutuskan untuk melihat ke dalamnya, Byakuran dan.. Misaki keluar dari ruangan tersebut.

Kedua bola matanya membulat melihat Nacht yang lebam disana-sini. Dengan langkah yang terburu-buru Hime menghampiri bocah 8 tahun tersebut sambil menggunakan Alicenya pada Nacht.

"..Kenapa sampai anak kecil lebam seperti ini?" tanyanya pada siapa saja yang ada disana. Miris melihat keadaan bocah kecil itu.

"Apa ia berkelahi dengan temannya..?"

Hime masih terus menggunakan Healing Alicenya, rona lebam pada Nacht perlahan menghilang namun belum sepenuhnya.

Misaki, yang ternyata malah balik lagi ke Rumah Sakit gara-gara kecerobohannya menggunakan alice, alias tidak berkonsentrasi akan tempat yang akan dituju. Walau sudah tujuh tahun berlalu, tapi kecerobohannya sama sekali tidak berkurang, kebegoannya juga tidak berkurang.

Tapi kecerobohannya itu ternyata membawa berkah, saat dia memasuki kembali kamar Nacht yang sakit, perempuan berambut pink panjang yang sudah sangat diketahui oleh Misaki ada di ruangan tersebut. "Hime!" Tanpa sadar, Misaki berteriak sambil berlari ke arah perempuan berambut pink panjang itu. Entah, mungkin karena saking gambirannya dia sampai berbuat seperti itu.

Oh, jadi namamu Nacht ya? Maaf kalau tadi aku memanggilmu dengan sebutan 'bocah' atau 'anak kecil' saja. Eh, kalau nama lengkapku Keigo Fuuji, orang cakep dari Saitama yang sekarang berumur 17 tahun

"Salam kenal.... Kak Keigo..." Nacht berusaha untuk tersenyum riang seperti biasa, namun sia-sia. Lebam di pipinya membuatnya err.. susah untuk tersenyum.


"Syukurlah Nacht, kamu ga apa-apa..tadi saya dah takut ajah ngeliat kamu lebam-lebam gini"

Nacht mengangguk, kemudian datang seorang guru[?] yang pernah Nacht lihat beberapa hari yang lalu. Umm.. kalau tidak salah namanya Osaki Hime. Trade-marknya jelas, rambut panjang berwarna pinknya. Dan kemudian, gadis itu menyembuhkan beberapa lebam di tubuh kecilnya, membuat anak kecil ini menatapnya dengan kagum.

"Wahhh...." serunya kagum.

OOT: michin~ *nemplok* x33 *diinjeg*

"Hime!"

Kedua bola mata hijaunya melirik ke arah suara yang familiar tersebut. Tiba-tiba saja Misaki sudah ada di ruangan itu padahal sebelumnya ia melihat gadis tomboy ini pergi.

"Michin, berisik. Ini rumah sakit." cengirnya swt, tapi jelas sekali pandangannya kangen berat sama salah satu sahabatnya ini, seorang gadis yang dulunya cerewet dan usil, ngga bisa diem, berisik, ceroboh, dan seterusnya yang herannya meskipun begitu Misaki ngga pernah membuatnya bosan.

..Err, datangnya Misaki membuat Hime sedikit ngga konsen dengan kerjaannya langsung pingin main. WTH!? char anda itu 22 taun, neng ^^;.

"Sedikit lagi, Nacht." senyum Hime pada bocah itu, anak yang kuat karena tidak menangis meski lebam seperti ini. ".Kenapa bisa lebam seperti ini," tanya Hime dengan suara pelan, sedikit tertahan dan menginterogasi.

"..Kenapa sampai anak kecil lebam seperti ini?"

"Tadi ada satpam predator nista nan gila dan psikopat yang menyiksa Nacht karena dia tidak tahu dimana lokasi Rumah Sakit" jawab Keigo, tiba-tiba kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulutnya. Dan kata-kata tentang satpam yang memakai topeng predator itupun di-variasikan di mulut Keigo.

"Sedikit lagi, Nacht."

"Iya..."

Angguknya sambil sedikit meringis ketika lebam-lebam di tubuhnya disembuhkan dengan kecepatan penyembuhan yang mustahi jika meminum obat-obatan atau meng-compressnya dengan air dingin dan perban.

".Kenapa bisa lebam seperti ini,"

"Ahh.. umm... tadi... " Nacht berusaha untuk menghindari fakta kalau Eiji lah yang menyebabkannya seperti ini. Ia tak ingin disebut sebagai anak yang tukang mengadu atau anak cengeng dan sejenisnya. Dan kali ini.. Ia terpaksa berbohong..

"Ta-Tadi aku jatuh... makanya seperti ini..." bohongnya sambil menunduk. Tidak sanggup menatap Hime. Dan kemudian, suara Keigo yang cukup keras masuk ke telinganya.

"Tadi ada satpam predator nista nan gila dan psikopat yang menyiksa Nacht karena dia tidak tahu dimana lokasi Rumah Sakit"

"Ahh.. tidak... itu... mu-mungkin kakak salah lihat..." ujarnya sambil menggelengkan kepalanya dengan cepat.

Seorang gadis yang kelihatannya adalah seorang guru masuk dan menyembuhkan luka-luka milik Nacht dengan alicenya. Mungkin gadis inilah yang merupakan 'dokter' disini. Luke yang hendak pergi menjadi tidak jadi mendengar kata-kata Nacht yang terlihat menyembunyikan sesuatu. Dari wajah Nacht terpantul semuanya. Anak-anak memang tidak pandai berbohong.

Quote :

"Ahh.. umm... tadi... "
"Ta-Tadi aku jatuh... makanya seperti ini..."
"Ahh.. tidak... itu... mu-mungkin kakak salah lihat..."

"Nacht, kenapa kamu berbohong?" tanya Luke lembut kepada Nacht. Tangan Luke mengusap-usap kepala kecil Nacht yang tertunduk. "Kalau benar katakan benar, kalau salah katakan salah. Jujur itu lebih baik daripada berbohong."

"Michin, berisik. Ini rumah sakit." ucap Hime, wajar sih dia mengatakan hal seperti itu, memang Misaki ini bertindak sebelum berpikir, jadi saat dia meneriakkan kata-kata Hime, dia langsung reflek berteriak.

"Ugh, Sori. Reflek nih" ucap Misaki meminta maaf, karena saking kangennya dia itu mungkin yang membuatnya lupa diri. Well, namanya juga sudah tujuh tahun berpisah kan? Percakapan demi percakapan masuk ke telinga Misaki, membuatnya terdiam.

"Ta-Tadi aku jatuh... makanya seperti ini..." ucap Nacht, anak kecil yang sakit itu. Kelihatannya Nacht sedang berbohong, padahal tadi saat Misaki mengumpulkan informasi dari para murid, mereka mengatakan kalau Nacht menjadi seperti ini karena disakiti oleh seorang satpam.

"Nacht, kau tak perlu ragu untuk mengatakan kebenaran. Para staff dan guru disini ada untuk membantu, melindungi dan mendidik murid, jadi katakan sebenarnya. Oke?" wow, ucapan yang lumayan bijak telah terlontar dari mulut Misaki yang dulunya hanya cuek saja kalau ada keadaan seperti ini, dan mungkin kalau yang ada di sini Misaki yang dulu, dia pasti bilang. "Jangan bohong deh", atau kata-kata yang berkatian dengan itu. Tapi, waktu memang bisa membuat orang berubah, ya.

Wanita berambut pink itu diam, mendengarkan perkataan Keigo, Luke, dan Misaki, kemudian Nacht mengelak, membenarkan perkataan pemuda dari Technical Ability tersebut.

"Ta-Tadi aku jatuh... makanya seperti ini..."

"Tidak apa." jawabnya singkat dan sedikit tidak jelas namun masih dengan nada yang dibuat lembut, meski kali ini terdengar sedikit dipaksakan.

'Satpam'

Satu kata itu terus terngiang dalam benak Hime, pikirannya melayang pada satu orang yang, well, Hime tidak kenal tapi ia tahu. "..Pengawas disini banyak, tapi mungkin aku tahu salah satunya." desisnya pelan. Jika benar orang itu, ia tidak menyangka bisa berbuat sebegininya pada anak kecil, yang seharusnya sudah menjadi tugasnyalah menjaga penghuni sekolah.

Perlahan lebam pada Nacht mulai menghilang, "...mungkin masih akan terasa sedikit sakit. Masih perlu dikompres sedikit." senyum Hime ramah. Telapak tangannya yang semula digunakannya untuk mengaktifkan Healing Alicenya kini terasa sedikit berat, menyimpan sedikit rasa memar yang diderita Nacht. "...." senyum tipis misterius mengembang pada bibir Hime kemudian kakinya melangkah mengambil kain dingin untuk mengompres rasa sakit Nacht.

"..Pakai ini, nanti juga akan membaik." Hime mengusap lembut rambut perak Nacht.

"Kalau benar katakan benar, kalau salah katakan salah. Jujur itu lebih baik daripada berbohong."

"Nacht, kau tak perlu ragu untuk mengatakan kebenaran. Para staff dan guru disini ada untuk membantu, melindungi dan mendidik murid, jadi katakan sebenarnya. Oke?"

"Umm.... "

Bocah berusia 8 tahun ini hanya bisa menunduk. Kehilangan kata-kata lebih jauh untuk membantah ataupun mengiyakan pernyataan mereka. Mereka benar, dan Nacht salah. Itulah kata-kata yang terpatri di kepalanya sekarang. Dan sekarang tangan kecilnya sudah 90% sembuh dari lebam-lebam dan sebagainya, namun... ketika Ia menoleh, Refleks, Ia memperhatikan tangan hime yang sekarang sedikit memar, ahh ada apa ini?

"Kakak hime... " panggil Nacht pada wanita berambut pink itu, "Kakak tidak apa-apakan?"

"Kakak hime... " Hime menoleh pada bocah 8 tahun tersebut, "Kakak tidak apa-apakan?"

"Tidak apa, jangan khawatir." senyum Hime pada Nacht, "...ini hal yang biasa kok." lanjutnya sambil ikut mengompres tangannya yang sedikit membiru. Bagi wanita berambut pink ini adalah hal yang wajar menerima efek dari penggunaan Healing Alicenya, terlebih Hime memang berniat untuk 'mengembalikan' memar Nacht pada Satpam yang tergambar jelas dibenaknya kali ini. Tujuh tahun berada di dalam akademi tentu kemampuan Alice Hime sudah dilatih dan kini berkembang.

Entah kenapa Hime terdiam.

Quote :

"Tidak apa, jangan khawatir."
...ini hal yang biasa kok."

"Maaf nona, tapi benarkah anda tidak apa-apa?" tanya Luke ketika melihat memar biru ketika wanita berambut pink itu menyembuhkan luka-luka Nacht. Luke pernah mendengar kalau ada Alice yang mempunyai efek negatif kalau digunakan terus-menerus tanpa istirahat. Mengerbankan diri sendiri demi orang lain. "Nona tidak perlu memaksakan diri.."

"...ini hal yang biasa kok."

"....."
Nacht turun dari tempat tidurnya, dan berjalan dengan sedikit perlahan mendekati Hime, ada sedikit rasa sakit di kakinya yang tanpa alas tsb setiap Ia melangkah, tapi... Itu tak terlalu ia perdulikan. Ia menyentuh tangan Hime dengan tangan kecilnya, kemudian..

"Kakak... benar tidak apa-apa?" tanyanya khawatir.

Sekarang karena sudah ada Hime yang menyembuhkan Nacht, Misaki akhirnya beranjak karena dia masih ingin mencari informasi tentang Gossip girls. "Hime, kau benar-benar tidak apa-apa? Jangan memaksakan diri. Ohya, aku duluan. Jaa naa" ucap Misaki, yang sekaraligus mengkhawatirkan lebam pada tangan Hime, yang akhirnya pergi dengan cara teleport dengan alicenya.

[out]

Karena luka lebam Nacht sudah mulai hilang, Keigo merasa lega akan hal tersebut. Tetapi perempuan berambut pink panjang yang menyembuhkan luka Nacht mengalami lebam-lebam di tangannya, yang tentu membuat Keigo beralih perhatian ke Hime. "Anda benar-benar tidak apa-apa?" tanya Keigo denagn sopan, mendekat sedikit ke Hime. Sebenarnya sekarang dia ingin kembali ke asrama, tetapi dia masih prihatin dengan nacht dan juga perempuan yang tadi sempat dipanggil oleh watcher berambut hitam panjang itu dengan sebutan Hime.

Hime tersenyum dalam diam, merasa tidak enak dikhawatirkan seperti itu sementara kedua tangannya mengangkat tubuh kecil Nacht yang ringan, menggendongnya kembali pada tempat tidur UKS seraya mendudukkannya.

"Sudah kubilang tidak apa," senyumnya ramah, "ini lebih penting." lanjutnya sambil menggunakan Healing Alice-nya lagi pada kaki Nacht, menyadari sebelumnya Nacht berjalan dengan sedikit kesulitan.

Hime-san yang tadi masuk langsung mendekati Nacht dan mengobatinya. hayashi melihat luka-luka di Nacht sudah mulai hilang tapi belum sepenuhnya.

"Aah..alice Hime-san memang hebat. " kata hayashi sambil melihat Hime-san melanjutkan menyembuhkan kaki Nacht.

Quote :

"Sudah kubilang tidak apa,"
"ini lebih penting."

Meskipun gadis berambut pink tersebut mengatakan hal demikian, tetap saja Luke tidak setuju kalau sampai harus memaksakan diri seprrti itu. Tapi dia juga tidak bisa memaksakan kehendaknya kepada orang lain. Melihat Nacht yang sepertinya sudah baikan banyak, Luke berpikir untuk pergi dari tempat itu. Ia ingin kembali ke asrama dan beristirahat.

"Nacht, semoga luka-mu cepat sembuh." Tangan Luke mengusap-usap kepala kecil Nacht dan sedikit menunduk untuk menyamakan ketinggian tubuhnya dengan tubuh Nacht yang kecil. "Kapan-kapan kita akan bertemu lagi. Dan saat itu aku akan memberi jawaban atas pertanyaanmu tadi yang belum sempat kujawab. Jadilah kuat bukan karena kebencian, tapi karena kamu ingin melindungi orang yang kamu sayangi." Luke tersenyum pada Nacht, menepuk pelan kepala Nacht.

"Permisi semuanya." sahut Luke meninggalkan ruangan itu.


[Out]

"Orang ganteng blonde ini juga ingin pergi dulu. Semoga cepat sembuh ya, Nacht" ucap Keigo, yang sekarang keluar rumah sakit itu walau sebenarnya dia sendiri bingung mau kemana, namanya juga murid baru, jalanpun tak tahu.

[out]

"Kapan-kapan kita akan bertemu lagi. Dan saat itu aku akan memberi jawaban atas pertanyaanmu tadi yang belum sempat kujawab. Jadilah kuat bukan karena kebencian, tapi karena kamu ingin melindungi orang yang kamu sayangi." ucap Luke sambil menepuk kepala Nacht. Membuat mata Nacht sedikit menyipit karena beberapa helai rambutnya sempat menusuk-nusuk mata birunya.

"Baik..." ucap Nacht singkat sambil mengangguk kecil. Kemudian Ia menundukkan kepalanya, menatap Hime yang sekarang sibuk menyembuhkan kakinya dengan Alicenya. Entah nama alicenya apa, yang pasti fungsinya untuk menyembuhkan atau mungkin mentransfer rasa sakit? Ahh... mungkin dugaan yang terakhirlah yang paling tepat.

Tidak berapa lama kemudian, Nacht sudah dapat merasakan kakinya mulai dapat digerakkan seperti sedia kala, walaupun ada sedikit rasa pegal namun secara keseluruhan tidak masalah. Ia meloncat dari tempat tidurnya, entah membuat Hime terkejut atau tidak dengan kelakuannya, lalu dengan wajah khawatir memeluk Hime erat-erat.

"Terima Kasih Kakak Hime...." bisiknya pelan pada Hime sambil tersenyum kecil. Ia tak ingin lagi merepotkan Hime dengan keadaan tubuhnya saat ini. Setelah memeluknya selama beberapa saat, Nacht melepaskannya kemudian memakai sepatu kecilnya dan berjalan ke arah pintu keluar ruang kesehatan.

"Kakak Hime, Cyalle, dan umm... Kakak Single Star [Hayakashi] Aku duluan ya.." ujarnya sambil berbalik untuk pergi dari tempat itu, dan baru saja beberapa langkah berjalan, Ia terserempet kakinya sendiri dan..

Bruk!!

Jatuh di lantai Ruang kesehatan yang cukup keras. Umm.. Walaupun begitu, Ia bangkit dan mengusap-usap kakinya yang sekarang memar kembali karena jatuhnya, kemudian berlari kecil untuk pergi dari tempat itu, tentu saja dengan melambaikan tangannya pada mereka semua sesaat di kejauhan.

[out]

Hime hanya tersenyum kecil melihat Nacht yang tiba-tiba saja melompat turun sesudah tangan kecilnya memeluk wanita berambut pink tersebut dan terjatuh, kedua bola mata hijaunya dapat melihat kaki Nacht yang sedikit memar akibat kejadian barusan. kasian, tapi buset.. imutnyaa!! x33 *disambit*

Sesungging senyum tak lepas dari ekspresi Hime. Seorang anak kecil yang membahayakan dirinya sendiri, namun disaat yang sama banyak orang yang mengkhawatirkannya. Anak kecil yang memiliki daya tarik tersendiri, well, karena Hime dulunya tinggal dengan seorang kerabat sebelum ia benar-benar sendiri, namun perasaan itu dapat ditepisnya perlahan ketika mengingat sahabat-sahabatnya meski tidak semua dari mereka merasakan hal yang sama seperti yang Hime rasakan.

"...."

Pandangannya kini beralih pada Hayashi dan Cyalle. "Well, gadis kecil? Ada yang bisa kubantu?" tanyanya ramah pada gadis kecil yang membuat Hime gemas melihatnya. Pita yang dikenakan Cyalle menambah kesan imut yang ada dan entah kenapa, anak kecil selalu bisa menarik perhatian Hime.

"Kenalan Yashi?" tatapnya ramah pada salah satu muridnya dari divisi yang sama dengan Hime.

Kedua bola mata hijaunya melirik pada jam dinding di ruangan tersebut. "Mm, aku tidak bisa lama-lama disini." senyumnya pada Cyalle dan Yashi, wanita berambut pink tersebut tampak ingin mengatakan sesuatu pada salah satu orang disana namun tak jadi, digantikan dengan sesungging senyum ramah dan ekspresi tertarik akan sesuatu. "..Aku duluan, bye."

(out)

"Daag!!" ujarnya yang juga keluar dari tempat.

(out)

aku sepertinya sudah tidak ada urusan lagi disini.

Hayashi keluar dari tempat itu

[out]