Sunset at woods

"Cih,sial." gerutu Amon pelan,ia sesekali melirik Misaki sambil menatap sebal.

"Haah." ia menghela napas,lalu mengambil sebungkus permen dari kantongnya.
"Hei,punya ide mengusirnya nggak?" tanyanya lagi ke Shiruba.

"apa ya?" Shiruba ikutan berpikir.

"Emm... mau cari hewan yan biasanya ditakuti perempuan?" ia bertanya,sambil berbisik pada Amon.

"Seperti apa?Katak berwarna kuning dengan kacamata berputar dan bersuara Ku ku ku?" jawab Amon setengah bercanda.

"Atau bagaimana jika kau buat seekor kelinci menggigiti dirinya sendiri sampai mati didepannya?" lanjutnya asal.

"Ah... kelinci?"

Mendadak ia terbayang seekor kelinci putih,mati berlumuran darah. Oh ya,ia sangat menyukainya.

"Uh... sepertinya menyenangkan melihat kelinci berkumuran darah. Apalagi kelinci putih..." ia tersenyum,padahal sedang mengatakan hal mengerikan begitu.

"Ternyata kau maniak juga..." gumam Amon sambil melihat ekspresi Shiruba.

Kayaknya udah jadi tipikal Anak Dangerous. Batinnya

"Terserah,asal jangan sampai membuatku kehilangan nafsu makan." lanjut Amon mengiyakan =P

"Oke,sebentar..."

Shiruba berdiri,lalu berjalan mencari calon 'korbannya'.

"Ah,ketemu!" serunya senang,lalu ia menangkap seekor kelinci putih yang sedang makan di dekat pohon.

Shiruba melepas limiternya;wrist band hitamnya. Bersamaan dengan itu ia melepaskan kelinci yang ditangkapnya.

"...well..."

Shiruba hanya tersenyum ketika kelinci itu mulai menggigiti tubuhnya,yang dapat dijangkau kelinci itu sendiri.

"Hahaha... " ia tertawa kecil saat darah kelinci itu mulai mengalir.

"Menyenangkan ya,Amon sensei?" ia bertanya sambil kembali ke samping Amon.

"Menyenangkan apanya sih?" gumam Amon membuang muka dari pemandangan sadis itu.

"Dasar,semakin lama dangerous makin berbahaya saja." gumamnya lagi sambil menghela napas.

"Eh? Tidak suka ya?" ujar Shiruba agak kecewa.

Ia lalu memakai kembali limiternya,dan kelinci yang terluka itu menghentikan 'kegiatannya'.

"Dangerous tidak seberbahaya kelihatannya kok... Masih ada anak dangerous yang polos,ya untuk sekarang ini sih..."

"Haha,baguslah." jawab Amon ke Shiruba,Amon lalu melirik jam tangannya.Ia perlahan bangkit dan beranjak dari tempat itu.

"Aku pergi dulu deh." ucapnya ke Shiruba,


[OUT]

"Dah...^^" ia tersenyum pada sensei yang baru dikenalnya itu.

"Ano,maaf aku harus pergi sekarang. Sudah ya..." pamitnya pada Misaki,lalu berjalan menjauh.

[OUT]

Daichi Kitamura memandang sungai yang diterangi merahnya matahari terbenam dengan penuh kekaguman. Sangat cantik. Ia gemar menikmati suasana tenang seperti ini. Ia berasa membuat dirinya sendiri merasa rileks dengan berbaring di atas rerumputan.

"Hiks....."
Samar-samar ia mendengar tangisan sesuatu-atau seseorang. Alice-nya yang secara refleks bekerja melihat seekor kelinci dengan tangan terluka parah. Merasa kasihan, ia membebat luka kelinci itgu seadanya sambil menggerutu 'Kurang kerjaan sekali sih...' .

Setelah selesai, ia kembali berbaring tanpa mengindahkan ucapan terima kasih si kelinci....

Sore yang membosankan,itulah yang ada di benak kyo saat berjalan mengitari hutan sesuai dengan arah angin yang berhembus ke [s]bandung,surabaya[/s] arah yang teramat acak,disana ia melihat segerombolan bocah culun sedang menggunduk dengan nistanya,ia menghampiri mereka dan bengong menatap mereka,berkat mukanya yang kram,tatapannya bak tatapan nista yang legendaris itu.

Daichi beringsut sedikit dari posisinya yang amat sangat Pewe. Ia merasa sedang diawasi. Ketika mendongak, dilihatnya kakak kelasnya yang bernama Hitonari Kyo tengah melihatnya dengan muka sangar. Wajah yang sedikit autist sedikit seram membuatnya bingung akan kesalahannya.

"Rrr...hai ?" sapanya sambil menunjukkan senyum tolol.

"ah" Kyo lantas menjawab,kini menatap daichi yang menggunduk diatas tanah dengan tatapan yang benar-benar nista,dia mengamatinya sambil berdecak kagum
"lu siapa?" tanyanya sembari bertopang tangan di dagunya tanda bingung,sembari melihat ke sekelilingnya,disana ia melihat ada orang berambut pink meninggalkan tempat itu bersama dengan kodok (?) peliharaanya

Quote :

"lu siapa?"

" Daichi Kitamura, A-class, special ability. Kamu? " Jawabnya pendek.

Ia masih bingung dengan sikap orang di depannya ini. Berusaha bersikap sopan dan menjaga jarak, karena ia takut ditelan kalau bersikap salah sedikit

"gw? nama tidaklah penting" jawab Kyo singkat sembari terus mengobservasi daichi,kini wajahnya tampak seperti orang yang ungun membedah manusia lainnya dengan senang hati dan riang gembira
"special class,b,Kyo...apa ya? lupa nama belakangnya,yasudah Kyo aja." lanjutnya sembari memperkenalkan diri yang ironisnya,sebelumnya ia menolak untuk memperkenalkan diri,ia melihat sekelilingnya lagi dan melihat ada makhluk yang bengong saja,cukup jauh dari mereka berdua,sementara si rambut pink dan kodoknya sudah menghilang ditelan bumi di kejauhan.

Sedikit banyak ia merasa risi juga diobservasi oleh seorang pemuda bertampang autist ala homo begini.

"Dasar...aneh..." Katanya pelan. Ia merasa agak terganggu dengan intimidasi tak langsung yang dilakukan oleh kyo.

"Apa yang kau lakukan sini?" tanyanya iseng. lumayan lah dapat teman, meskipun agak seram.

Sedikit banyak ia merasa risi juga diobservasi oleh seorang pemuda bertampang autist ala homo begini.

"Dasar...aneh..." Katanya pelan. Ia merasa agak terganggu dengan intimidasi tak langsung yang dilakukan oleh kyo.

"Apa yang kau lakukan sini?" tanyanya iseng. lumayan lah dapat teman, meskipun agak seram.

"siapa yang aneh,tolol" balasnya terhadap orang yang masih menggunduk diatas tanah tersebut sembari duduk dibawah sebuah pohon cemara,menjauhi orang berkupluk dengan tampang homo menyeramkan tersebut,ia lantas menatapnya dengan penuh nista

"yang gw lakukan?" lanjutnya lagi menanggapi pertanyaan daichi yang tak berguna seolah geeks yang sedang mencari teman berbicara karena kesepian sejak lahir temannya buku terus

"ga tau" jawabnya singkat.

Ampun.....gw LOL bgt nih
_____________________________________

Lama-lama Daichi merasa bahwa Kyo adalah gangguan tak menyenangkan yang cukup nista untuk disingkirkan. Melihat orang bermata coklat itu bersandar di pohon cemara, ia mendapatkan akal.

"kalau tidak tahu ya pergi saja sana...pohon itu bilang kau mengganggu" Katanya pada Kyo dengan tampang datar. Nyatanya ia tidak bohong, karena pohon itu bilang Kyo sudah menginjak akarnya.

"Pohon?" Kyo kebingungan mendegar daichi yang bicara tak karuan bak orang sedang kumur-kumur sebelum imasak,lantas ia menoleh kebelakangnya,dilihatnya sebiah pohon sebesar alaihim yang menjadi topangannya

"Pohon apa?" lanjutnya lagi dengan bebalnya sembari memasang tampang datar sedatar piring porselen,dengan tatapan yang semakin nista tiap detiknya

"tidak tahu apa?" lanjutnya mengujani Daichi yang tampaknya merasa terganggu dengan penampakannya disini.

"Pohon ya pohon !! Yang kau jadikan sandaran itu !! Alice-ku bilang, dia keberatan.Rumput yang kau duduki juga. Semuanya bilang kau mengganggu !! Pergi sana !!" Ujarnya, tanpa sengaja berteriak .

Mendadak kepalanya pusing, ia bingung orang ini berpura-pura tolol atau memang tolol.

"Mengerti?"

"mengerti" jawabnya pelan sembari menatap pohon di balekangnya memastikan bahwa itu adalah benar-benar pohon.

"kau menganggu??" Kyo juga kebingungan mendengar Daichi yang teriak-teriak seperti mbah dukun komat-kamit baca mantera,dia lalu menatapnya dengan tatapan kosong

"yasudah,pergi sana" ia meneruskannya dengan nada yang menohok,membalikan kata-kata daichi ke orang yang mengucapkannya tadi

"dasar penganggu,hush hush.." lanjutnya dengan gerakan tangan seperti mengusir anjing piaraan

________________________

Melihat reaksi yang sama sekali jauh dari harapan itu, dia pun hanya pasang muka lelah dan kembali melihat sungai di depannya.

"Sudahlah, sesukamu saja.....ini areaku, dan itu punyamu.Jangan ganggu !!" katanya sambil berusaha rileks -lagi-.

"oh..." Kyo terdiam,berpikir dan terbengong selama beberapa saat untuk mencerna dan menterjemahkan bahasa abal-abal Daichi ke bahasa manusia sesungguhnya,bukan bahasa manusia nomaden yang tak dikenalinya

"area ini milik lu?" lanjutnya ragu-ragu ,wajahnya tetap datar seperti biasanya.

"belinya berapa duit?" tanyanya dengan tampang datar,mungkin dia salah mengartikan kata-kata Daichi yang mengklaim area itu miliknya

"dan sejak kapan gw punya tanah disini?" lanjutnya lagi.