Empty Room -- Dangerous Meeting

"Oh! Salah ya, maaf" senyum Mako.

Dia memeluk Erika lagi.

"Ah, kamu imut banget~" ujarnya.

Mion melihat seorang guru yang memeluk Rika. Uuuu.... Guru tak seharusnya... kan?

"Apa yang anda lakukan, pak?"
Ucapnya, hanya menoleh dan tidak bergeming dari kursi nya

"Ah! Ini reflekku kalau melihat gadis manis!" senyum Mako ga tau malu.

"Kamu juga manis kok~" Mako memeluk Mion.

"Refleks yang menyebalkan yah" Mion tersenyum.

Guru itu kini memeluk Mion. Ow.. waspada, seekor tarantula mengincarmu.

"Hati hati digigit" Katanya datar, membiarkan guru aneh itu memeluknya

Memang refleks memeluk orang itu jelek ya?

Tulisan tersebut tertulis seakan akan Erika itu sangatlah lugu dan tolol, tetapi memang begitulah sikapnya.

Mendengar pertanyaan Erika melalui tulisan, Ayuripun menanggapi,

"Bagi lelaki genit seperti dia, sangat jelek."

Acara kumpul-kumpul ini makin lama makin tidak jelas tujuannya. Seperti arisan saja. Gus menghela nafas panjang sambil menyenderkan tubuhnya santai ke bangku sekolah tersebut, dan menguap sedikit.

"Kapan selesainya, sih..." Keluhnya pelan.

Hiino akhirnya sadar dari tidurnya. Ok, santai sekali dia tertidur sambil berdiri, dan matanya memang tidak terlihat karena ia memakai kacamata. Menggunakan Alicenya itu membuat fisiknya memburuk, sampai beberapa orang rasanya bosan, akhirnya Hiino membuka kacamatanya dan mengucek matanya.

"Ok, kita sampai mana ya?"



OOT : sip dah ketinggalan berapa halaman gw. pesan dikit, kalo mau nunggu RP lebih baik kalian gunain ID kedua kalian daripada RPnya jalan geje begini ^^;

"HOOIII!!!" Teriak Laiko sambil membuka pintu ruangan itu dengan keras. Ia mendapat pengumuman dari Hiino, tapi karena ada urusan aneh-aneh sehingga dia 'sedikit' telat. "Well, bagaimana tentang 'Host Club' ini?! Count me in!" Seru Laiko sambil menunjuk ke dirinya.

Jadi masih ada keperluan lain disini?

Erika menulis lagi dipapannya karena ia merasa sudah tidak ada lagi yang dapat dikerjakannya disini. hanya membuang waktu saja.

Shiruba memejamkan matanya;ngantuk dan malas. Ia langsung membuka matanya ketika Laiko masuk.

Astaga,tambah lagi yang datang?

Pemuda itu sudah sangat bosan.

"...siapapun,bisa tolong jelaskan kita harus ngapain lagi?" tanya Shiruba dengan suara pelan,padahal bertanya dengan kata 'siapapun'. Bodoh.

"Ok, kita sampai mana ya?"

'Brak!' Augusta terjatuh dari tempat duduknya. Astaga, pemimpin rapatnya saja ternyata tidur! "Tadi sampai... sampai penentuan Host Club, kan?" Jawabnya dengan wajah swt. Agak ragu.

Pintu terbuka kasar, menunjukkan seseorang baru memasuki ruangan tersebut. "Well, bagaimana tentang 'Host Club' ini?! Count me in!"

"Errh-- sedang dalam perencanaan, Laiko," jawab Gus sambil berdiri dari posisinya sekarang. Ia lalu membenarkan kursi yang jatuh tadi dan memutuskan untuk berdiri saja menghadap keluar jendela.

"Kau mau menemani dia?"
Tak perlu dijawab kan? Sudah jelas tadi Kazu menawarkan untuk menemani Erika.

Erika menuliskannya lagi di papan itu.

Quote :

'Terserah padamu, siapa namau lagi?'

"Kazu. Kamu?" ujarnya singkat.

Kalau begitu apakah masih ada kepentingan lain lagi?

Erika menulis untuk memastikan apakah ada yang masih perlu ia lakukan disana.

Quote :

Kalau begitu apakah masih ada kepentingan lain lagi?

"Bersabarlah." ujar Kazu singkat. Jujur dia sudah tidak betah. Ke mana perginya si nanas bodoh yang belum datang juga sampai sekarang? Dia pikir semua yang ada di sini pengangguran apa?

"Jadi apakah sudah selesai? Kalau sudah, kami pergi."

Mukuro melangkahkan kakinya menuju ruang rapat para Dangerous Ability. Hahaha, dia sadar kalau dia sendiri amat sangat telat, tapi bodo amat? Memang sih, dia yang mengusulkan mengenai ‘atraksi’ pada Dangerous untuk Fest kali ini, tapi malah dia sendiri yang telat. Tertawa pelan dalam hatinya, Mukuro pun mencoba memikirkan apa yang kira-kira akan dikatakan Hiino dan yang lainnya ketika dia datang. Aih, haruskah dia beralasan kalau dia tadi menolong adik kecilnya? Bah, jangan, jangan. Hiino sudah tahu soal adiknya tadi, lebih baik jangan dipakai alasan.

Pria berambut biru tua pineapple itu lalu membuka pintu ruangan dan melihat kalau semua anggota Dangerous sudah ada di sana. Semua. Senyum lebarnya kembali terpampang di wajah dan dia tertawa pelan, seolah dia sama sekali tidak takut pada yang ada di sana. Atau mungkin memang tidak takut.

“Maaf, maaf aku terlambat. Aku ada sedikit—”

Perkataan Mukuro terhenti melihat seseorang yang berambut coklat, yang berdiri di sebelah Hiino. Augusta, huh? Senyum lebar Mukuro turun dan digantikan seringai licik sedingin es miliknya, dan mata birunya yang biasanya begitu ceria dan jahil kini dingin bagaikan es. Dan begitu membuka mulutnya, suara Mukuro benar-benar seperti dipenuhi racun.

“Oh, pantas udaranya sesak. Ada kau rupanya, Kinomiya-kun.”

Penggunaan nama marga tidak biasa dilakukan Mukuro kecuali orang itu tidak dia kenal dekat...atau orang yang dia benci. Dulu dia memang memanggil Augusta dengan sebutan Augusta-kun,, bahkan dari pertemuan pertama mereka tapi sekarang...tidak ada gunanya lagi.

Mukuro mengalihkan perhatiannya dari Augusta dan kali ini menoleh pada semua anggota Dangerous. Aura dinginnya mendadak hilang dan senyum jahilnya kembali di wajah. Mukuro tertawa pelan dan menatap semua anggota Dangerous (kecuali Augusta, entah kenapa) dan membuka mulutnya lagi.

“Baiklah, para Dangerous Ability yang terhormat. Aku sudah mengusulkan pada Hiino-kun di sini tentang atraksi kita di Fest...” Mukuro menunjuk Hiino dengan jempolnya. “Usulku, Host Club dan sepertinya dia setuju, eh? Baiklah, aku akan menjelaskan sistemnya. Hikarichi-san, tidak keberatan jadi sekretaris kan?”

Tanpa menunggu jawaban dari Ayuri, Mukuro meneruskan penjelasannya.

“Baiklah, pelanggan akan memesan melalui Hikarichi-san. Untuk pelanggan awal, dia diberi kebebasan memilih Host yang disukainya. Yang selanjutnya bisa memilih dari yang tersisa, hingga waktunya habis. Daftar harga bisa dilihat di sini, minuman juga mereka yang bayar,” Mukuro menarik keluar secarik kertas dari kantong celananya dan memberikannya pada Ayuri. “Setiap Host akan menemani tamu di sebuah ruangan. Lakukan apapun supaya mereka puas tapi INGAT! Pelukan diizinkan ciuman paling jauh di pipi dan tidak boleh lebih jauh daripada itu. Kalau sampai ketahuan kalian melakukan ‘sesuatu’ dengan tamu maka...”

Mukuro tersenyum setan sejenak, lalu kembali dengan senyum manis-tapi-menakutkan ala Sebastian Michaelis kakak kembarnya dan melanjutkan penjelasannya, seolah tadi hanya sekadar memastikan mereka mengerti ancamannya.

"Yah, tapi kalau ada tamu yang kurang ajar dan macam-macam... Silahkan beri pelajaran, asal jangan sampai mati saja. Repot nanti ngurus mayat dan surat-suratnya. Dan...tidak menyenangkan kalau tidak ada tantangan. Kita akan pakai sistem reward and punishment... Yang paling disukai pelanggan diberi kebebasan untuk meminta siapapun di antara kita melakukan yang diinginkannya, dan yang paling tidak laku silahkan...menjadi pelayan dari kita semua selama 3 hari.”

Mukuro tersenyum lagi dan mengeluarkan paket perlengkapan pakaian host dan hostess yang disimpannya.

“Yak, ada pertanyaan?”

HA?! Jadi aku nanti harus...harus... Melayani para cewek?!

Pemuda bermata biru gelap ini mengacungkan tangan,yep. Ia perlu bertanya rasanya.

"...berapa lama batas waktu seorang pelanggan?" tanya Shiruba.

Kalau melayani sampai pelanggan puas,bisa-bisa ia pingsan di tempat. Untung ada batas waktu,tapi seingatnya,ia paling lama bisa stay cool di depan cewek hanya 20 menit. Ah,biasa. Cewek memang kelemahan terbesarnya.

Quote :

"...berapa lama batas waktu seorang pelanggan?"

"Pertanyaan bagus, Shiruba. Itu semua berdasarkan paket yang diambil pelanggan. Ada paket setengah jam, satu jam, dua jam. Tarifnya berbeda, memang...oh iya."

Mukuro mengeluarkan secarik kertas lusuh dari dalam kantongnya dan juga pulpen. Dia pun mencari meja terdekat, duduk di atasnya dan bersiap menulis.

"Diskusi soal tarif dimulai. Berapa tarif per paket sebaiknya?"

Quote :

"...Ada paket setengah jam, satu jam, dua jam. Tarifnya berbeda, memang..."

Strike.
Semuanya melebihi 20 menit. Shiruba,Shiruba...malang nian nasibmu.

"...tak adakah yang kurang dari 20 menit...?" gumamnya,sangat pelan dan putus asa.

Yah,apakah festival nanti akan menghancurkan imagenya? Yah,lihat saja.

Akhirnya si pembuat rencana Host Club ini datang juga. Sebenarnya Ayuri sudah berniat untuk keluar dari tempat jika sudah tidak ada yang perlu dilakukan. Lagipula, keadaan wanita ini bisa dibilang di dalam kondisi yang tidak begitu prima disebabkan luka2 yang diperban pada tubuhnya. Sebenarnya apa yang terjadi kemarin malam?

“Usulku, Host Club dan sepertinya dia setuju, eh? Baiklah, aku akan menjelaskan sistemnya. Hikarichi-san, tidak keberatan jadi sekretaris kan?

Ayuri hanya merespon diam sewaktu Mukuro memintanya sebagai sekretaris. Wah, tambah pekerjaan saja setelah dia harus menjadi hostess dari bagian perencanaan ini. Tapi apa boleh buat...

Setelah mendengar penjelasan lebih lanjut mengenai Host Club dari Mukuro, lelaki bermodel rambut nanas tersebut memberikan secarik kertas kepada wanita berkacamata itu.

"...Apa ini?" tanya Ayuri sambil melihat kertas tersebut.

Quote :

"...tak adakah yang kurang dari 20 menit...?" gumamnya,sangat pelan dan putus asa.

"Nope, itu terlalu singkat, Shiruba-kun. Huhu, tidak ada gunanya kita mengadakan Host Club kalau hanya 20 menit, sama sekali sedikit!" kata Mukuro sambil tersenyum, smirknya yang biasa dan tawa pelan meluncur dari bibirnya.

Quote :

"...Apa ini?" tanya Ayuri sambil melihat kertas tersebut.

Mukuro buru-buru memberikan pulpen pada Ayuri dan berkata lagi,

"Yak, nanti tolong tuliskan harga yang disepakati dan juga daftar Hostnya, Hikarichi-san."

Mukuro datang, tentu saja dengan senyuman jahilnya, namun tiba-tiba berubah.Laiko yang tidak menyadari permusuhan antara Mukuro dan Augusta tidak mempedulikannya, memang tabiatnya tidak mempedulikan hal-hal yang tidak ada hubungan dengan dirinya. Laiko berpindah tempat duduk ke sebelah Augusta. "Datang juga makhluk ini." Ujar Laiko dengan senyumnya yang biasa. Laiko melihat mata Mukuro yang menatap semua orang namun Augusta, baru Laiko sadar kalau ada yang aneh, tapi dia tidak mau mengutarakannya, merasa itu bukan urusannya.

Mendengar penjelasannya, terlebih syarat-syarat perlakuan ke host, Laiko langsung mengutarakan pertanyaannya. "Kenapa tidak boleh lebih dari pipi? Lagipula siapa tahu mereka mau membayar lebih mahal, bukan?" Tanya Laiko, dan lagi-lagi memang tabiatnya yang mata duitan +_+ "Kurasa tidak akan ada tamu yang berani macam-macam, siapa sih yang berani dengan Dangerous? Kecuali mereka memang mau mati..."

Nah, penjelasan tentang reward! Seharusnya Mukuro tahu bahwa Laiko bisa menggunakan keuntungan dari Alicenya yang merupakan mind-setter. Apalagi setelah mengetahui punishmentnya, itu pasti membuat Laiko 100% menggunakan alice miliknya.

"Owh, satu pertanyaan lagi... Apa di sini satu-satu atau bisa keroyokan?" Tanya Laiko, kalau satu-satu sih Laiko akan mempunyai keuntungan terbesar agar tidak diberi hukuman, tapi kalau satu host bisa melayani beberapa tamu +_+ Alicenya tidak begitu berguna deh.

oot: webe pake mako, lanjut pake Tomo aja y =3

----

"...apa aku terlambat?" Tomomi tersenyum.

"Menurutku sih......jangan lebih dari cium pipi, Laiko-san. Stand kita bisa ditutup yang berwenang dan lagipula...."

Menatap Mako dan memerah, Tomomi berkata.

"...ada yang sudah menikah disini" ujarnya menunjuk jari manisnya.

"Ohya, saranku sih jangan mahal juga. Bisa-bisa tak ada yang datang...."

"aaaaa dia dataaang......" nada suara Hiino seperti mengeluh, walaupun wajahnya datar datar saja. Mukuro akhirnyamenjelaskan semua sedetail detailnya, dan Hiino mengambil tempat duduk dan duduk dengan posisi tempat duduk terbalik sambil mendengarkan. Haha, Shiruba terlihat malu-malu, rasanya bocah itu punya kelemahan yang sama.

Nyaris saja tertidur lagi. Datang perempuan berambut panjang yang belum dikenalnya. Err... Hiino punya firasat yang aneh aneh.

Quote :

"...ada yang sudah menikah disini"

Aww sial. Ini istri siapa sih?! 22 tahun memang belum usianya menikah, dalam hati Hiino membela diri. Hiino menopang dagu kesal. Buka menikah, tapi selama ini dia baru punya pengalaman satu kali pacaran. Itu saja yang bisa dibanggakan. Gadis shinobi itu.

Akhirnya sang perencana host club itu, si nanas datang juga. Well, lama sekali? Padahal akalau dia telat semenit lagi, Kazu akan langsung keluar tanpa banyak bicara lagi, sambil menarik Erika mungkin?

Bla...Bla...Bla...Oh, yeah, Kazu tidak mendengarkan semuanya dengan serius, meskipun jujur ada beberapa kalimat yang membuatnya terbelalak terutama soal 'melayani' itu. Memang sih, host club tugasnya apalagi selain 'melayani'. Dan soal batas waktu itu, tidak bisakah lebih singkat dari 20 menit? 10 menit itu masuk jangka sangaaatttt lama untuk Kazu.

“Yak, ada pertanyaan?”

Kazu berdiri dari duduknya dan berjalan mendekati Mukuro, "Bagaimana kalau aku tidak ikutan, nanas?" tanyanya dengan suara dingin.