Nothing To Do

"Canon anak Papa kok.."


Senyum Canon semakin mengembang karena bahagia. Ia benar-benar tidak menyangka kalau bisa bertemu dengan ayahnya dan ayahnya begitu baik dengannya. Entah sudah berapa lama Canon tidak mendapatkan tangan besar dan hangat yang mengelus kepalanya. Tangan kecil Canon memegang salah satu tangan ayahnya itu, memegangnya dengan erat seolah tidak mau berpisah dengan ayahnya itu.


"Papa juga sayang dengan Canon..."


"Papaa~~" seru Canon bahagia. Tanpa perlu menahan lama, Canon segera memeluk ayahnya itu dengan wajah yang amat sangat senang. Mendekap tubuh ayahnya itu dengan erat. nempel kayak prangko "Canon sayang banget ama papa~" Pelayan-pelayan yang melihat juga ikut bahagia.

*langsung PM ion* ion~ *koprol ke depan, peluk canon* tega!! *nangis liat canon*

Waduh. Canon, Canon, jangan bikin kita yang reply RP-nya speechless donk. PM kasian liat Canon sampe-sampe mesti semedi dulu untuk reply (dan setelah protes langsung dengan PM Canon tentunya). Mm, sekarang PM putar otak. Ini udah yang kesekian kalinya PM Canon bikin saya bingung reply.

OK. Dah dapet ide meski idenya otak udang.



Kedua bola mata Kyou menatap Canon dan Byakuran silih berganti. Sementara kupu-kupu Alicenya masih terbang kesana-kemari dengan kepakan sayapnya yang loyo, hal lain dapat mencuri perhatian gadis itu. Kasihan. Bingung. Speechless. Hal itulah yang dirasakan Kyou dan PM-nya saat ini.

Tangan putihnya meraih Strawberry Cheese Cake yang terhidang di atas meja dan menikmati cake itu sedikit demi sedikit, dari pada bengong.

Sekian.

"Canon sayang banget ama papa~" seru Canon tanpa melepaskan pelukan eratnya dari tubuh Byakuran. Cowok yang menjabat guru Special ability ini tersenyum lembut pada Canon. Well... bingung ingin melakukan apalagi sepertinya. Setelah diam selama beberapa menit, BYakuran mendekatkan kepalanya di kepala Canon... sehingga dahi mereka bersentuhan. Mata biru mereka berdua bertatapan langsung, menimbulkan decak kagum diantara pelayan yang melihat mereka. Saking terharunya mungkin.

"Papa janji tidak akan meninggalkan Canon dan akan menjaga kamu selama kamu disini..." ujarnya pelan disertai tatapan teduh di mata biru Canon, lalu Ia terdiam kembali selama beberapa detik sebelum menjauhkan kepalanya dari Canon, lalu melanjutkan kata-katanya kembali di dalam hati.

"Walaupun... Kita bukan ayah dan anak yang 'sebenarnya'..." batinnya sambil kembali mengalihkan mata birunya ke kolam hiu.

oot : sry aneh... Wb pagi2 x3;;

"Papa janji tidak akan meninggalkan Canon dan akan menjaga kamu selama kamu disini..."


Ayahnya itu tersenyum lembut kepada Canon. Senyum yang sudah lama tidak dilihat oleh Canon. Pelukan yang begitu hangat, yang sudah lama dirindukan seorang anak. Ayahnya itu mendekatkan kepalanya, membuat dahi mereka bersentuhan. Mengatakan sesuatu yang membuat kegelisahan dan rasa khawatir anak berambut pirang itu hilang, lenyap tak berbekas. Canon tidak akan kehilangan ayahnya lagi, ia tidak akan sendirian lagi seperti dulu.

Seperti ada yang meledak keluar dari hati Canon. Perasaan kesepian seorang anak dan berusaha untuk berjuang meski ia tidak pernah melihat ayahnya lagi. Tanpa sadar air mata Canon perlahan menetes. Ia tidak tahu mengapa ia menangis. Tapi ia merasa lega dan bersyukur ia bisa bertemu dengan ayahnya lagi. Dan tidak pernah terpisahkan lagi. Ayahnya akan selalu ada bersamanya di akademi ini.

"Papa..." bisiknya pelan sambil terisak. Butiran-butiran air bening membasahi wajah anak itu. Ia semakin terisak. Canon tidak pernah mengalami hal ini sebelumnya. Tangan kecilnya mengenggam erat baju ayahnya dan membenamkan wajahnya ke dada ayahnya yang hangat itu. "Papa... Papa..."

"Canon! Suka binatang apa?" tanya Kyou tiba-tiba dengan suara lantang pada bocah berusia 8 tahun tersebut. Tidak enak juga melihat seseorang menangis di depanmu, meskipun Kyou sedikit panik namun sorot matanya berusaha dibuatnya seramah mungkin.

"Suka origami? Mm, mau kubuatkan sesuatu dari kertas lipat? Kebetulan aku bawa kertas origami." lanjutnya riang.

"Papa... Papa..." seru Canon berulangkali sambil menangis, air mata yang keluar dari mata birunya membasahi kemeja putih Byakuran. BYakuran sendiri hanya bisa melingkarkan tangannya di punggung Canon seraya mendekapkannya lebih erat di dadanya. Ia berbisik kembali pada Canon dengan suara yang sedikit khawatir...

"Canon jangan menangis...." bisiknya pelan di telinga Canon sambil melepaskan pelukan Canon dengan sebuah gerakan pelan, Ia mengambil sapu tangan dari sakunya lalu menyeka air mata yang mengalir di pipi Canon perlahan sampai air mata tersebut berhenti mengalir dari pipinya.

"Canon anak yang kuatkan? Usahakan jangan terlalu sering menangis..." bisiknya kembali tersenyum lembut pada anak ini.

"Soalnya kalau Canon menangis... Papa akan ikut sedih..." lanjutnya dengan nada khawatir dan wajah yang seperti --> =3;; sambil mengusap-usap pelan kepala Canon dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya memasukkan kembali sapu tangannya yang sudah basah oleh air mata itu ke dalam sakunya. Lalu, Ia mengalihkan perhatiannya sebentar pada Kyou yang menanyakan sesuatu mengenai origami dan binatang kesukaan Canon lalu kembali pada Canon.

"Canon suka origami?" tanya Byakuran tenang, mengulang kata-kata Kyou.

oot : wb.... x3;;

"man, this is boring" Allen yang sedaritadi menjadi penonton acara peduli kasih tersebut akhirnya berbunyi


"gotta jet, bye" lanjutnya sembari bangkit dari tempat duduknya dan meluncur menuju pintu kafe, melupakan segelas susu yang tadi dipesannya


>OUT!<

"Canon! Suka binatang apa?"


Suara pertanyaan Kyouka setidaknya membuat Canon untuk berhenti terisak sejenak, tapi air matanya masih mengalir. Ia menatap ke arah Kyouka dengan kedua tangan kecilnya yang masih mengenggam erat pakaian ayahnya itu. Sementara pikirannya sendiri belum tersambung dengan pertanyaan Kyouka karena kebanyakan menangis.


"Suka origami? Mm, mau kubuatkan sesuatu dari kertas lipat? Kebetulan aku bawa kertas origami."


"..bangau..." sahut Canon lirih yang sesekali masih terisak kepada Kyouka. Ia ingat dengan cerita membuat bangau dari kertas sampai seribu maka permohonannya akan dikabulkan.


"Canon jangan menangis...."


Mendengar ayahnya berkata begitu, tangan Canon berusaha menghapus air matanya. Setidaknya air matanya sudah mulai berhenti mengalir. Ayahnya mengambil sapu tangan lalu menghapus air mata yang masih membasahi wajah anaknya itu dengan lembut.


"Canon anak yang kuatkan? Usahakan jangan terlalu sering menangis..."
"Soalnya kalau Canon menangis... Papa akan ikut sedih..."


Canon mengangguk pelan. Ia juga tidak ingin melihat wajah ayah tercintanya itu menjadi sedih. Ada sebuah senyum bahagia terukir di wajah Canon. Kalau Canon senang, bukankah ayahnya juga akan ikut senang. Melihat orang yang disayanginya senang, hati Canon juga pasti akan senang.


"Canon suka origami?"


"Umm.. suka." jawab Canon tersenyum polos kepada ayahnya itu. "Papa suka?"

"..Bangau..." jawab Canon yang masih sedikit terisak namun dengan tanggap Byakuran menghapus air mata bocah berusia 8 tahun tersebut. Entah karena alasan apa Kyou menjadi sedikit lega. Tanpa mengucapkan sepatah kata lagi, Kyou mengambil beberapa kertas origami dari dari mana yah? dalam tas selempangnya, sementara seorang dewasa asing yang semula duduk bersama mereka meninggalkan Cafe.

Sebuah kalimat kemudian terlontar dari bibir mungil Canon, "Umm.. suka." Kyou hanya cengar-cengir saja sebelum ia melontarkan kalimat, "Ada banyak warna nih, mau warna apa? Ah, Ichi juga mau dibuatkan sesuatu dari origami?" tanyanya riang pada gadis kecil yang sedikit lebih tua dari Canon.

"Ada banyak warna nih, mau warna apa? Ah, Ichi juga mau dibuatkan sesuatu dari origami?"


Bola mata biru itu menatap lembaran-lembaran kertas origami yang berwarna-warni. Ada merah, putih, biru, hijau dan berbagai macam warna lainnya. Canon berpikir, namun cukup singkat karena anak-anak tidak perlu berpikir lama-lama. Jarinya menunjuk sebuah kertas origami yang dipegang oleh Kyouka, berwarna putih.

"Putih." sahut Canon singkat dengan polos. Warna putih adalah warna yang tulus. Mungkinkah Canon ingin memberikannya kepada ayahnya?

"Papa suka?"

"Begitulah.." jawab BYakuran tanpa melepaskan senyum di wajahnya. Umm.. sebetulnya Ia ingin menjawab 'tidak'. Dari kecil Ia tidak suka origami. Bentuknya yang aneh, menurut pandangan Byakuran, sedikit... err-- mengerikan. Ia menatap Canon sekilas, sebelum mengalihkan mata birunya kepada kertas-kertas yang Kyou keluarkan dari tas selempangnya. Ohh... well... lebih baik Ia menjadi pengamat saja sekarang.

"Putih? OK." senyumnya riang dan mulai melipat kertas persegi tersebut menjadi sebuah bangau-bangauan dari kertas. Tidak membutuhkan waktu yang lama, cuma 5 menit () eh, lama ding karena Kyouka sendiri bukan seorang yang terampil melipat kertas. Beda halnya kalau melipat kertas menjadi dua bagian.

"Selesai~" ujarnya kemudian memberikan bangau-bangauan tersebut kepada Canon. Kedua bola mata coklatnya melirik ke arah kupu-kupu tissue yang dibuatnya tadi, benda tersebut kini terbakar dan menghilang dengan cepat sebelum jatuh ke atas tanah; efek Alicenya habis. "Mm," gumamnya pelan. Tangan putihnya meraih selembar kertas lain dan membuat 4 burung bangau dengan ukuran yang lebih kecil, setelah Kyou menyobeknya menjadi beberapa persegi lainnya, entah untuk apa.

"Begitulah.."


Sepertinya ayahnya sedang dilanda sesuatu. Wajah ayahnya memang tersenyum, tapi Canon bisa merasakan kalau ayahnya sedang tidak senang. Canon duduk diam disamping ayahnya itu tidak berbicara apapun. Ia takut kalau-kalau akan menyinggung ayahnya itu, dan supaya tidak dimarahi juga oleh ayahnya.


"Putih? OK."


Bangau yang terlipat dari origami itu diberikan oleh Kyouka. Canon memandangnya lama. Entah sudah berapa lama ia tidak membuat bangau dari origami. Ia bisa, hanya saja ia entah mengapa merasa enggan untuk membuatnya lagi. Canon masih terdiam dengan bangau yang berada di genggamannya. Ia melanjutkan memakan tiramisu yang tadi dimakannya sampai setengah.

Cukup lama juga Kyou membuat Origaminya. Membuat Byakuran lebih leluasa melihat ekspresi Canon. Cukup jelas kalau Canon merasakan ketidaksukaan Byakuran pada Origami. Terlihat dari sikapnya yang hanya diam dan duduk di samping Byakuran saat ini. Sebetulnya, cowok ini bisa saja menanyakan mengenai kediaman Canon yang tiba-tiba ini, tapi entah kenapa Byakuran sekarang hanya bisa terdiam. speechless sepertinya.

"Umm... Tiramisunya enak tidak?" tanya BYakuran ketika Ia menyaksikan Canon mulai memakan kembali tiramisu yang ia pesan.

"Umm... Tiramisunya enak tidak?"


"Enak.." Canon memagut-magut, menghabisi potongan tiramisu mahal itu. Kepalanya perlahan bersandar pada lengan ayahnya yang menenangkan itu. Terbengong untuk sebentar dan kelopak matanya terasa berat. Rasa kantuk mulai menyerangnya. "Papa.." gumam Canon lirih berusaha mengusir rasa kantuknya.

Cukup lama ia bertarung dengan rasa ingin tidur itu. Tangannya menarik boneka permen yang berikan Suika dan memeluknya. Itu benar-benar perbuatan yang salah kalau ingin mengusir rasa kantuk. Boneka empuk itu malah semakin membuatnya tidak bisa menahannya untuk tidur. Perlahan kelopak matanya tertutup dan ia terlelap dengan boneka permen dipelukannya. Sementara kepalanya masih bersandar pada lengan ayahnya.

"Tertidur ya.."

Byakuran tersenyum kecil, memandangi wajah Canon yang polos, apalagi ketika Ia tertidur. Cowok ini menghela nafas, kemudian bangkit dari sofanya yang empuk lalu mengangkat Canon yang tertidur pulas di punggungnya dengan sebuah gerakan pelan. Ok, time to go. Ia memandnagi pelayan, memberikan sedikit anggukan yang diiyakan oleh pelayan. Kode kecil yang menandakan kalau semua pesanannya sudah dibayar oleh Sekolah, aka Gratis.

"Well... kalau begitu saya harus pergi..." ujar BYakuran pelan sambil berjalan keluar dari tempat tersebut. "Ahh Kyou-san... terima kasih atas Origaminya.." gumam guru ini sambil tersenyum kecil sebelum menghilang di kejauhan, dengan membawa Canon tentu saja. *diculik x3*

[out with Canon]

"Well... kalau begitu saya harus pergi..." ujar guru dari Special Class tersebut, Kyou mendapati Canon yang kini sudah tertidur pulas. "Ahh Kyou-san... terima kasih atas Origaminya.." Kyou tersenyum riang sementara 4 origami mininya selesai dibuat.

CTIK!

Dengan satu jentikan jari saja, bangau-bangau kertas tersebut melayang ke arah Miyu, Chiaki dan Ichigo sementara satu bangau terakhir terbang mengikuti Kyouka. "Untuk kalian," senyumnya riang pada ketiga gadis itu, "terima kasih atas traktirannya yah, Kak Chiaki. Aku pergi dulu. Bye y'all~"

(out)

OMG GA BACA KALO UDAH PADA OUT!!!!!! oAo;;;; *panik, lgsg edt*
=====================
Dengan tampang agak error, Miyu berdiri dari kursinya dan pergi tanpa berkata apa-apa.

(out)

"Haa?"

Ichigo terpana melihat bangau-bangau kertas yang terbang ke arahnya. Ia menangkap satu, lalu tersenyum ketika Kyouka pergi.

"Dadaaah Kak Kyou...!" Serunya dengan senyum lebar.

Ichigo memandangi bangau kertas di tangannya. Ini alice Kyouka, bukan? Seperti sulap.

"Naa... Kak Miyu, Kak Chiaki, aku pergi dulu. Terima kasih traktirannya !" pamit Ichigo, dengan senyum ceria.

Lalu Ichigo berjalan keluar dari kafe itu,sambil melompat-lompat kecil.

[OUT]

OOT : Nyaha *ketinggalan jauh, ditabok*

---

Chiaki hanya bisa bengong menatap semua kejadian yang terjadi di sana. Adegan pertemuan ayah dan anak, eh? Yah, semua bisa terjadi di akademi ini. Mulai dari penculikkan oleh panda, seorang monyet tersesat ke dalam akademi, sampai pertemuan yang mengharukan antara ayah dan anak. Oh well, dunia ini luas ya?

Chiaki beranjak dari bangkunya dan berjalan menuju kasir, membayar seluruh bill-nya yang tadi di pesan. Keren. Harga di cafe ini rupanya lumayan mahal juga. Habis sudah uang saku yang Chiaki sisihkan untuk minggu ini. Kesimpulannya, Chiaki tidak boleh jajan apa-apa lagi. Titik.

Kemudian, dia berjalan keluar dari cafe tersebut.

[Out]