Nothing To Do

"Papa kurang suka tempat yang ramai.."


"Kenapa ngga suka?" tanya Canon polos kepada 'ayah'nya itu. Sepertinya 'ayah'nya itu kurang suka keramaian entah mengapa. Canon hanya berpikir-pikir kalau ayahnya ini mungkin hikikomori sedang tidak ingin diganggu karena sudah bertemu dengan Canon. "Papa tidak makan?"


"Umm... ada yang Canon mau?"


"Canon mau nasi omelette~" jawab Canon bahagia. Tentu saja, ia sudah bersama ayahnya. Hanya kurang seorang ibu bersama mereka, ya seorang ibu.

OOT: buset, ada preman masuk maju, kus. tapi jangan sakiti canon *ditabok*

IT:
"Ohh.." Kyou mengangguk-angguk pelan atas respon Byakuran padanya. Sesekali kedua bola mata coklat hazelnya menatap Canon, merasa kasihan, buset dah.. Sini, Nak. Disitu ngga aman.

Seseorang dengan tubuh yang tinggi gelap dan besar masuk ke dalam Cafe. Sangat mencolok dan jelas mengalihkan perhatian Kyou. "..." gadis itu diam seribu bahasa. PM speechles untuk RP ini

Ho? Jadi pria itu benar-benar papa-nya Canon? Ah,Ichigo jadi makin tidak mengerti. Memang selama ini mereka terpisah? Kenapa bisa bertemu di sini?

"Unyaaaa~~ Aku pusiiiing..." ujar Ichigo sambil menggaruk kepala.

Sepertinya pertanyaan-pertanyaan di kepala Ichigo malah makin menyulitkannya sendiri.

"S**t, they're ignoring me" batin Allen sembari mengeluarkan segumpal karet, sehingga gumpalan karet itu berubah menjadi sebah bola football, lantas ia langsung mengambil pose melempar bola tersebut,mengarah ke kepalanya dan dilemparlah bola tersebut.

Namun sayang,lemparan tak sempurnanya malah menyerempet kepala Byakuran yang hendak menculik anak kecil yang tadi dipeluknya.

"oopsie" desisnya pelan.

"Kenapa ngga suka?"

"Karena sering ada orang aneh di tempat-tempat yang ramai..." jawab guru Special ability ini tenang. "Contohnya itu..." Ia menunjuk-nunjuk seorang berambut hitam dan gimbal dengan muka mirip asbak rokok yang susah untuk dibersihkan dengan air biasa. Kalau tidak salah sih Ia murid baru bernama Allen. Entah benar atau tidak.

"Papa tidak makan?"

Byakuran tersenyum kecil, Ia menyeruput seteguk Hot chocolatenya yang mahal dan tak mungkin dibeli oleh murid, lalu memakan Croissant yang diimpor langsung dari negeri bermenara Eiffel sedikit demi sedikit, dengan gaya elegan.

"Canon mau nasi omelette~"

Guru SPecial ini melirik pelayan, dan dalam sekejap, pelayan itu menganguk dan dengan tenpo beberapa puluh detik, Ia sudah kembali dengan nasi omelette yang mewah. Dan dengan senyum kecil, pelayan itu menaruhnya di meja Canon, dan segera pergi dari tempat itu, akan tetapi...

"Ahh.. Pelayan... tunggu sebentar..."

Pelayan itu menoleh kembali pada Byakuran lalu mendekat dengan hormat.

"Saya pesan Chocolate Parfait, Banana Split, Tiramisu, Black Forest, dan segala jenis kue..." ujarnya santai, dan disambut dengan anggukan kecil pelayan itu. Tujuannya sudah jelas, memprovokasi seorang murid berkulit hitam yang cuma memesan susu. Hmm.. maklumlah, guru iseng.

Duk!

Ahh.. sebuah bola softball hampir saja menyerempet kepala Byakuran yang berada di dalam VVIP Room. Tapi tak masalah, Byakuran bangkit, lalu tersenyum nista pada si Allen.

"Gak kena eh?" ujarnya sinis.

OOT: jur...itu bola putbol,bukan softball

"ah, my bad, my bad" katanya sambil menghampiri orang aneh yang suka nyulik anak kecil tersebut sembari sedikit menundukan badannya yang jangkung tinggi tersebut.

"sorry, kontrol bolanya masih buruk" katanya sembari melemaskan pergelangan tangannya.

"mungkin udara jepang tidak cocok dengan lengan saya" lanjutnya dengan lagak sopan,mengingat orang yang berada dihadapannya lebih tua daripada Allen.

"Karena sering ada orang aneh di tempat-tempat yang ramai..."
"Contohnya itu..."


Ayahnya itu menunjuk seorang pemuda berambut dan berkulit gelap. Canon memandang pemuda itu lekat-lekat, namun Canon tidak menganggapnya sebagai orang aneh. Ataukah ayah-nya Canon memang tidak suka orang yang berkulit gelap? Canon berpikir sejenak.

Seorang pelayan datang dengan sepiring omelette mewah ketika ayah-nya melirik pelayan tersebut. Canon tidak terlalu mengerti mengapa pelayan itu begitu menuruti ayahnya itu. Itu bukan menjadi masalah, Canon bersiap memakan omelette yang dipesan ayahnya untuk dirinya. Sebuah bola footbal berbentuk runcing melesat dari belakang menabrak nasi omelette yang baru mau disantap oleh Canon. Bola football itu mendarat persis di nasi omelettenya.

"Papa... ada bola.." sahut Canon menarik-narik baju ayahnya itu.


Pemuda berkulit gelap itu menghampiri mereka. Sepertinya bola football ini adalah milik pemuda itu. Tapi bolanya sudah belepotan dengan nasi dan telur omelette, bagaimana memberikannya lagi kepada pemuda itu? Canon berpikir.

"Mm," kedua bola mata coklatnya menyapu seluruh isi ruangan. Strawberry Cheese Cake-nya habis, Ice Tea-nya juga. Sesekali Kyou melirik Canon yang bersama Byakuran, cemas, Ia kurang setuju bocah 8 tahun itu berada disana.

"Kak Chiaki, bisa jadi kali ini kita makan gratis." ujarnya pelan dan sedikit ngaco, well, sebelum tempat ini hancur porak poranda bukan? () "Ah, jangan hiraukan perkataanku tadi." lanjutnya swt.

"Saya tahu anda lebih cocok di Arab sana.." ujar BYakuran santai, lalu Ia melirik kembali ke mejanya yang sudah sempit dengan makanan pesanannya. Merasa tidak mampu menghabiskannya, Ia melirik kembali pada Allen dan gadis-gadis di luar sana.

"Tertarik untuk bergabung eh? Ladies and Gentlemen?" tawar BYakuran santai pada mereka semua. Tumben orang ini baik.

"Papa... ada bola.."

Byakuran berswt melihat piring Omelet Canon yang hidangannya sudah rusak oleh bola football dari Allen. Ia menghela nafas lalu menarik Canon dengan lembut di sofanya, lalu duduk di sampingnya, bagaikan ayah dan anak.

"Tidak apa-apa Canon... Papa akan membereskan masalah bola aneh itu.." Byakuran memandanginya dengan wajah ^^a, lalu berujar kembali,

"Daripada itu... err.... Bagaimana kalau mengundang mereka untuk makan bersama kita disini? Untuk... umm..." Byakuran memalingkan pandangannya ke samping sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

"Yaa.. senang-senang saja...." lanjutnya pelan. Padahal alasan sebenarnya adalah, agar Canon merasa bahagia dikelilingi oleh orang-orang lain, selain dirinya tentu saja.

oot : jrit... telenovela beneran...

"Saya tahu anda lebih cocok di Arab sana.."


"Kakak.. orang arab? Arab itu apa?" tanya Canon kepada pemuda berkulit gelap itu dan kepada ayahnya. Canon sendiri belum belajar sampai ke negara arab. Hanya sekitar asia dan benua eropa. "Temannya papa?" tanya Canon polos kepada ayahnya itu.


"Tidak apa-apa Canon... Papa akan membereskan masalah bola aneh itu.."
"Daripada itu... err.... Bagaimana kalau mengundang mereka untuk makan bersam kita disini? Untuk... umm..."
"Yaa.. senang-senang saja...."


"Umm... papa ingin bersama-sama dengan mereka?" tanya Canon, ia mengangguk mengerti. Ia berdiri di sofa, berbalik menghadap arah meja dimana murid-murid akademi yang tadi bersamanya. Tangan kecilnya melambai-lambai di udara, seolah memanggil mereka untuk bergabung bersama ayahnya. "Kak Ichi, Kak Kyou, Kak Miu, Kak Chia-ki~"

"Arab itu negara, nak" katanya sembari melirik ke arah Canon, lalu ia memalingkan wajahnya ke arah Byakuran yang duduk bagaikan seorang P-I-M-P disana.

"Dan saya tidak mengharapkan tanggapan rasis seperti itu, selain i'm came from da hood man, not from da battlefield, and you're dumb fo' sho' " cerocosnya menjelaskan asal muasalnya kepada Byakuran yang nampaknya sangat amat rasis dengan pandangan yang sudah setengah jijik padanya,namun ia masih tetap menerima undangan Byakuran dan duduk bersama mereka, siapa tahu sebenarnya mereka bukan orang jahat.

Kedua daun telinganya dapat menangkap suara kecil Canon. Bocah berambut pirang itu memanggil mereka berempat untuk duduk bersama, Kyou kembali mengedarkan pandangannya pada Miyu, Chiaki, dan Ichigo. Bibirnya terkunci rapat, Kyou tampak berpikir apakah memang sebaiknya Ia menghampiri Canon.

"Sudahlah," gumamnya pelan. Kyou menggeser sedikit kursinya seraya berkata, "Aku kesana dulu." lanjutnya dengan suara yang sedikit was was

Ia melangkahkan kakinya dengan cukup pelan sampai Kyou benar-benar tiba di meja Canon yang juga orang bertubuh besar ini ikut duduk disana. "Ada apa, Canon?" tanyanya riang. OK. Kyou sedikit menepis pikiran 'tak enak'nya tadi dan itu berhasil.

"Woh? Ada bola dari kakak itu!" seru Ichigo,takjub melihat Allen menggunakan alicenya.

Ichigo,entah berpikir apa,langsung melempar es batu buatannya ke arah Allen.

"Aku juga mau main lempar-lemparan!! Boleh?!" Ichigo nyengir lebar,sambil menggenggam es batu yang baru saja dibuatnya.

Ternyata ia melepas lagi limiternya,dan mulai menggunakan alice-nya lagi.

"Ada apa, Canon?"


"Kak Kyou~ Makan sama-sama~" sahut Canon gembira entah Kyou mengerti atau tidak dengan ucapakn Canon. Namun tangan kecilnya juga menunjuk kumpulan kue-kue indah nan menggiurkan yang memenuhi seisi meja. Tangan Canon memegang salah satu tangan Kyou karena senang. "Ayo makan sama-sama~"

Allen yang sdah biasa menghindari peluru saat lari dari kejaran gembong narkoba ketika di daerah asalnya menghindar dengan satu gerakan kepala yang enteng

"whoa!! what was that?" bentaknya kaget sembari melihat kearah Ichigo

"i'll warn you,you don't want tomess with me, girl" lanjutnya sembari menyeringai dan mengambil bola footballnya yang tadi tercemplung ke piring Omelette Canon

Tangan mungil Canon meraih tangan Kyou, bocah berumur 8 tahun itu mengajaknya makan bersama. "Ohh, iya." cengirnya pada Canon dan duduk di sofa yang disediakan. Ah, curang sekali pelayanan disini. Kenapa untuk guru mereka bisa makan gratis dan mendapat pelayanan spesial? Sebodo tuing deh. "Tidak keberatan jika Saya gabung kan, Sensei?"

Sementara sesuatu yang tampak keras meluncur cepat ke arah pria asing dewasa ini. Untungnya benda tersebut tidak mengenai kepalanya karena sepertinya keras dan dapat melukai seseorang namun pada akhirnya Kyou menyadari kalau Ichigo menggunakan Alicenya. Biar sajalah, Kyou tidak mau ikut campur, sementara kedua bola mata coklat hazelnya kembali pada Canon. "Canon yang makan. Belum sempat makan, kan?" tanyanya.

Ichigo cemberut ketika lemparannya meleset. Ia lalu berjalan ke arah Allen.

"Tadi itu es batu! Aku yang buat!" ujarnya,semangat.

"Kakak... Tadi itu alice kakak? Keren yah!" lanjut Ichigo.

Sepertinya Ichigo tidak pernah menganggap orang yang baru dilihatnya sebagai orang asing. Yah,lihat saja. Dengan santainya ia mendekati Allen kan padahal bisa saja diculik... *diinjeg*.

"Canon yang makan. Belum sempat makan, kan?"


"Iya!" Canon menganggukkan kepalanya senang. Ia mengambil sepotong tiramisu yang lezat dan enak itu. Ia menatap Kyouka sebentar, lalu menatap tiramisu yang dipegangnya. Sepertinya tidak enak makan sendirian. Tangan kecil Canon mengambil sepotong tiramisu dan memberikannya kepada Kyouka. "Makan sama-sama~" sahutnya gembira.

OOT: canon jangan gitu! terlalu imut terlalu silau! curang ah charnya anak kecil *ditabok* *kesel2 sendiri*

"Makan sama-sama~" ujar Canon riang pada Kyouka. Bocah berusia 8 tahun tersebut menyodorkan sepotong Tiramissu yang tampak lezat namun Kyou menggeleng pelan seraya berkata, "Nanti dulu deh, masih kenyang. Tapi kalau minum kurasa masih bisa." cengirnya pada Canon yang tampak senang berada disamping Byakuran sementara Kyou menghenyakkan punggungnya pada sofa yang empuk, semoga saja jawabannya barusan tak membuat Canon kecewa.

Ehm, memangnya sesenang itu kah? Sudah cukup lama Ia berada di Akademi—meskipun tidak selama staff pengajar yang tinggal disini, tapi tampaknya hal tersebut membuatnya lupa akan perasaan yang dirasakan Canon saat ini. Kyou menggaruk pelan pipinya yang tak gatal. Makanan yang terhidang di atas meja terlampau banyak dan hampir memenuhi isi meja. Untuk apa memesan makanan sebanyak ini? Mm, perang makanan kah? Atau mau dihabiskan sendiri? Entahlah.

"Ini Canon yang pesan semua?" tanyanya, "Banyak sekali, memangnya muat?"

"Nanti dulu deh, masih kenyang. Tapi kalau minum kurasa masih bisa."



"Kak Kyo-u kenyang? Tidak apa!" sahut Canon gembira. Ia mengerti kalau Kyouka mungkin sudah menghabiskan banyak strawberry cake dan sejenisnya di meje yang tadi sebelum Canon datang. Canon meletakkan sepotong tiramisu yang tidak termakan itu kembali ke piring. Dengan perlahan dan menikmatinya pelan-plan, Canon menyantap tiramisu yang lezat itu. "Papa tidak mau?" tanya Canon kepada ayahnya.


"Ini Canon yang pesan semua?"
"Banyak sekali, memangnya muat?"


"Bukan. Papa yang memesannya." sahut Canon, ia menyeka sedikit krim yang menempel di pinggir mulutnya. Canon juga berpikir apakah ia akan bisa menghabiskan kue-kue lezat ini semua. Dan sepertinya tidak bisa. "Canon tidak bisa menghabiskannya semua.." ujar Canon sedih.

Di dalam benaknya ia tersenyum lega karena Canon tidak keberatan Kyou menolak tawaran cake-nya. Potongan Tiramissu itu kembali diletakkannya di atas piring sementara Canon menyantap hidangan yang lainnya. Kedua bola mata coklat hazelnya memandang tissue yang ada di atas meja, terlipat rapi dan masih bersih. Kyou meraih selembar, gadis itu merasa bosan dan pada akhirnya Kyou memanfaatkan Alicenya. Lembara tissue itu berubah menjadi sebuah kupu-kupu yang terbang lemah dan loyo, "Penggunaan Alicenya masih jelek ya?" batinnya sambil terus memperhatikan kupu-kupu tissue tersebut.

"Bukan. Papa yang memesannya." sahut Canon membuyarkan lamunan Kyou, "Canon tidak bisa menghabiskannya semua.." lanjutnya dengan nada bicara yang terdengar sedikit kecewa.

"Nanti kubantu menghabiskan, lagipula ada Sensei, Ichi, dan Kakak ini. Mungkin mereka mau bantu makan." ujarnya pada Canon meskipun Kyou tidak yakin akan perkataannya barusan. Ia masih merasa teramat kenyang saat ini, tapi well, itu urusan nanti deh.

OOT : Gah, gw yg sebagai TS kok malah ketinggalan jauh??? ~___~;;;
----------------------------------------------------------------------------
"Kenapa Canon imut?"
Pertanyaan yang membuat Miyu error sebentar, "Err, yah...karena kamu anak baik sih." jawab Miyu asal.

"Tidak usah,nggak apa kok. Ehehe... Yang jelas pasti alice Kak Miyu keren!"

"Gah, baiklah." entah Miyu malah lega atau kecewa mendengar hal itu.

Apalagi sekarang? Oke, reuni ayah dan anak eh?

"Hei, Ranran, masa dia anakmu sih?" tanya Miyu sok kenal. Dan faktanya memang sih dia kenal dengan Byakuran karena mereka sama-sama staff di sini.

Another one, seorang pemuda eh? Yang lagaknya berlebihan melempar bola ke arah Byakuran. Miyu malah cuek saja dan sekarang pesanannya sudah habis semua.

"Papa tidak mau?"

BYakuran menggeleng pelan sambil mengelus pelan rambut Canon, tatapan mata birunya yang teduh menatap Canon dalam-dalam, Entah kenapa.. Ia menyaksikan dirinya sendiri di masa kecil pada diri salah satu muridnya ini. Ia mengalihkan pandangannya pada kue-kue yang tersisa di atas meja ketika Canon mengutarakan ketidak mampuannya untuk menghabiskan makanan di depannya. Umm.. wajar sih.

"Tidak apa-apa Canon... " sahut Byakuran lembut padanya. Kemudian, Ia memalingkan pandangannya ke arah akuarium Hiu di dinding, memandangi hiu-hiu ganas yang ada di dalamnya dengan pandangan agak' aneh. Sedih mungkin... well... siapa yang tahu?

"Hei, Ranran, masa dia anakmu sih?" tanya seorang guru yang kalau tidak salah bernama Kunogi Miyu. Cukup lama juga Ia tidak bertemu dengan Watcher yang satu ini.

Byakuran menoleh lemah pada miyu lalu menjawab pertanyaann dengan perlahan..

"Bisa dibilang begitu..." jawabnya santai sambil ber-swt ketika melihat pesanannya sudah dihabiskan [?] oleh Miyu.

"Err, yah...karena kamu anak baik sih."


"Canon... anak baik? Canon selalu sikat gigi sebelum dah sesudah tidur.." sahut Canon polos. Entah kenapa anak baik selalu dihubungkan dengan penyikatan gigi teratur sebelum dan sesudah tidur. Apakah supaya gigi Canon tidak berlubang nantinya setelah dewasa dan kebanyakan makan yang manis-manis? *digeplak*


"Hei, Ranran, masa dia anakmu sih?"


"Canon.. bukan anaknya ayah...?" tanya Canon dengan mata yang sudah berkaca-kaca karena mendengar ucapan dari gadis yang dipanggil 'Kak Miu' itu.


Ayahnya menggeleng pelan ketika Canon menawarkan tiramisu kepadanya. Wajah Canon sedikit syok. Ia berusaha untuk tidak berpikiran negatif kepada ayahnya itu. Tangan lembut ayahnya mengusap-usap kepalanya pelan. Wajah Canon yang tadinya sudah mulai sedih berubah menjadi bahagia. Tangan yang sudah amat lama dirindukannya itu.

"Canon sayang papa!" ucapnya gembira.

"Canon.. bukan anaknya ayah...?"

"Canon anak Papa kok.." jawab Byakuran sambil mengelus kepala Canon lembut, dari wajahnya, sudah terlihat kalau cowok ini sedikit kaget juga melihat reaksi Canon ketika Ia mendengar ucapan Miyu. Ia tak menyangka anak kecil bisa memperlihatkan reaksi seperti itu. [berkaca-kaca maksudnya]

Tak berapa lama kemudian, ketika Byakuran selesai mengelus lembut kepala Canon, cowok ini dikagetkan dengan sebuah senyum bahagia yang terulas di wajah Canon. Terlebih lagi ketika mendengar ucapan Canon yang tulus tersebut. Ahh... entah kenapa Ia malah mengingat masa lalunya.

Ia mendekatkan kepalanya ke telinga Canon lalu berbisik pelan, sehingga tak seorang pun akan mendengarnya kecuali Canon dan dirinya.

"Papa juga sayang dengan Canon..." ujarnya pelan dengan wajah =3 sambil menjauhkan kepalanya dari telinga kecil anak itu.