Welcome To The Black Parade

Kaki rampingnya terus melangkah menyusuri jalan setapak yang sedikit tertutupi oleh rerumputan. Cuaca hari ini cerah, sedikit berangin namun tidak mengganggu. Kedua bola mata hijaunya terus mencari, ingatannya mengatakan kalau tempat itu tidak jauh dari sini. Sedikit rasa takut berjalan sendirian di tengah hutan, meskipun belum gelap, namun wanita berambut pink itu memang sedikit penakut. Berjalan cukup jauh membuatnya sedikit lelah, sampai kedua daun telinganya menangkap suara gemericik air tak jauh dari tempatnya berdiri dan hal tersebut membuatnya mempercepat ayunan langkahnya dan semakin mendekap erat beberapa kotak barang yang dibawanya.

Sesungging senyum lega tampak pada wajah wanita itu. Lega karena ia telah sampai pada tempat tujuan, lega karena ia sudah merasa aman, dan lega karena ia akan segera menjalankan rencananya. Matanya menatap pada papan kayu yang bergantung dekat pintu masuk; Forest Cafe

Tangan putihnya meraih gagang pintu coklat yang terbuat dari kayu, dentingan lonceng mungil berbunyi bersamaan dengan decit pintu yang dibuka. Sebuah tempat yang sejuk dan nyaman, cafe dengan desain minimalis dimana hampir dari seluruh propertinya terbuat dari kayu dan warna-warna coklat yang hangat. Hime melangkah ke belakang meja bar dan meletakkan barang bawaannya di atas meja dengan seenaknya, maklum, karena tempat itu memang telah dipesannya jauh-jauh hari. Tempat yang tak sengaja ditemukannya beberapa tahun yang lalu.

"Mm, desain ruangan sudah hampir selesai," gumamnya sambil memperhatikan tata ruang tersebut sambil sesekali kedua bola mata hijaunya menatap keluar jendela.

Miyu berjalan dengan santainya, lelah tepatnya setelah tadi berlari dari Central Town. Sebenarnya bisa saja lebih cepat jika dia mengubah sesuatau, tapi Miyu terlalu malas menggunakan Alicenya.

"Katanya di sekitar sini...Mana yah?" Miyu melirik ke kiri kanan. "Hummm...Kucoba deh." Miyu mengeluarkan sebuah teropong yang cukup canggih, dilengkapi sensor suhu, bahkan bisa membuat sesuatu terlihat transparan. Entah kapan dibelinya, namun yg jelas sangat menarik perhatian Miyu. Miyu pun meletakkan teropongnya itu di depan mata dan mencari-cari tempat 'itu'. "Aha!!Tidak jauh dari sini. Di sana rupanya." gumamnya, kemudian berjalan masih dengan teropong terpasang di depan matanya.

Akhirnya sampailah Miyu di depan tempat 'itu'. Tertulis "Forest Cafe" sesuai dengan informasi yang didapatnya. "Hmm, ada apa di sini? Oh, iya. Soal itu. Tapi kenapa di tengah hutan begini?" gumamnya. Miyu memasukkan teropong itu kembali ke tas kecilnya yang melingkar di bahu kirinya.

Kleneng...Krieett..

Suara decit pintu yang sudah tua, menggesek lantai bersamaan dengan bunyi lonceng kecil di atas pintu menandakan bahwa cafe ini sangat sederhana.

"Ah, apa belum ada orang?" Miyu duduk di salah satu kursi, dan tidak menyadari kehadiran Hime.

Geez..sekali lagi, kaki Miku melangkah masuk kedalam hutan sembari membawa sebuah kardus cukup besar dan berat juga tentunya. Untung saja cuacanya cerah dan terang, jadi tidak terlalu membuat Miku takut. Yah memang, hutan yang gelap selalu saja identik dengan 'sesuatu' entah apapun itu. Yang pasti bisa saja mengagetkan bukan? Yah, perlu diketahui, rasa takut Miku ini sangat besar, bahkan bisa dibilang sangatlah besar.
" Bukankah seharusnya disekitar sini ? " ucapnya perlahan sambil menatap kesekelingnya. Yah, Miku nampak seperti anak kecil yang tersesat sekarang. Tersesat di tengah hutan. Yang mungkin bisa membahayakan nyawanya.

Samar samar terdengar oleh Miku, suara gemercik air yang artinya 'tempat' itu berada disekitar dia berdiri bukan ? Miku langsung saja berlari, tanpa arah, mencari asal suara air tersebut. Cukup sulit juga rupanya, apalagi kardus besar yang dibawanya ini menghalangi pandangannya saja. Forest Cafe
Well, dia berada di tempat yang tepat bukan? Seingatnya informasi yang diterima olehnya 'tempat itu' dinamai dengan Forest Cafe.

Brukk !

Kardus besar yang dibawanya dia letakkan begitu saja, capek sekali rasanya. Membawa kardus besar seperti itu, berkeliling di Woods mencari tempat yang ditujunya. Seperti dalam labirin saja.Dibukanya pintu berdesain minimalis itu, bunyi lonceng kecil terdengar olehnya. 'Seharusnya semua sudah berkumpul bukan ?', kata kata itu tiba tiba saja terlintas di kepalanya.Ah ! Kardus ! Yah, hampir lupa dia membawa masuk kardusnya. Well, diangkatnya lagi kardus berat itu.

Dua orang wanita, yah jelas sekali mereka adalah guru bukan ? Mereka berdua tampak jauh lebih tua dari Miku. Diletakkannya kardus itu diatas meja. Debum agak keras tersengar lagi. Membuatnya tersentak kaget kali ini."...Sensei..ini mau diapakan ? " ucapnya tanpa arti yang begitu jelas pada kedua orang guru yang berada di dalam Cafe minimalis itu.

(( OOC : Hime, sementara jangan buka rahasia mengenai isi kardus ))

OK. Kyou sudah berputar-putar selama kurang lebih 30 menit di tempat yang sama. Gadis berambut coklat-pendek itu sedikit kesal karena tak kunjung sampai ke tempat yang dicarinya, disamping 'tugas' yang diserahkan padanya. Sebuah tugas yang, well, sebenarnya Kyou malas lakukan.

Kakinya berjalan dengan tempo yang cukup cepat, tidak beraturan, dan kasar. Ia berusaha menajamkan pendengarannya, sampai suara gemericik air terdengar yang menandakan ia sudah dekat dengan tempat tujuannya.

"Ohh," dipandangnya sebuah bangunan yang dari luar mampu memikat siapa saja untuk masuk ke dalamnya, "akhirnya.. Ck!"

BRAK!

Ia membuka pintu Cafe dengan cukup kasar, karena ingin segera meletakkan barang-barang yang dibawanya. "Gyah! Aku sempat nyasar!" cerocosnya langsung setelah meletakkan beberapa barang bawaannya di salah satu meja. "Nah, sepertinya masih ada yang belum dibereskan, eh?" lanjutnya yang memperhatikan tata ruang cafe tersebut, dan tanpa mengatakan sepatah kata Kyou membongkar isi bawaannya, memasang beberapa dekorasi yang belum selesai. Tidak didesain dengan 'wah' tapi menimbulkan kesan nyaman dan hangat.

"Ah, apa belum ada orang?"

"Sudah kutungu," senyumnya ramah melihat Miyu yang akhirnya datang. "Kurasa tinggal dua orang la--" mata hijaunya menangkap sesosok yang dikenalnya, yang tak lama masuk dan meletakkan barang-barangnya kemudian berkata, "...Sensei..ini mau diapakan?"

Hime mendekat ke arah Miku, mengintip isi kotak yang dibawanya kemudian tersenyum hangat, "well, ini sudah bagus. Thanks sudah mempersiapkannya." lanjutnya ramah pada gadis itu. "Mm, ini... letakkan saja di ruangan itu. Untuk 'mereka'." Hime menunjuk sebuah ruangan kosong, sebuah ruang ganti lebih tepatnya, yang memang sengaja disiapkan.

BRAK!

Pintu Cafe dibuka dengan kasar, yang tentu saja menarik siapa saja di dalamnya. "Pintunya cukup rapuh, berhati-hatilah." Hime memperingatkan Kyou dengan nada kalem, namun tegas dan memperingatkan, tidak menanggapi ocehan Kyou dan untungnya gadis berambut coklat-pendek itu langsung bergerak, melakukan tugasnya.

"Ok, aku akan mengatur mejanya."

"Pintunya cukup rapuh, berhati-hatilah."

"Maaf kalau begitu," jawab Kyou cepat dan tak lama ia sudah selesai dengan pekerjaannya itu. Cukup cepat memang, karena Kyou terburu-buru takut waktunya tidak cukup. Kakinya berlari kecil ke sisi ruangan yang lain, mengangkut kotak yang Miku bawa dan memindahkannya ke dalam ruangan yang Hime maksudkan kemudian menatanya. Menata isi kotak tersebut tidak membutuhkan waktu yang lama, dan dengan segera bibir tipisnya menanyakan, 'apa yang bisa ia kerjakan lagi?'.

Well, awalnya mungkin Kyou sedikit merasa direpotkan namun kali ini ia menikmati pekerjaannya tersebut.

"...Sensei..ini mau diapakan ? "
Miyu menoleh bersamaan dengan suara gedebum kardus yang hampir membuatnya jantungan. "Ahh, tidak bisakah kau letakkan perlahan, kaget nih....Dan lagi aku bukan sensei." lanjutnya. Miyu menatap kardus itu. "Apa ini salah satu dari benda 'itu'?"

"Sudah kutungu,"
Suara yang tidak asing lagi, memanggil Miyu. "Ah, terima kasih atas teleponnya. Umm...." Miyu mengingat-ingat sesuatu. "Err...Siapa yah?Rasanya pernah ingat dulu.. Hiku?Eh...Jime?Uhh...Hime?Ah, iya Hime!!Apa kabar?Huaa...Masih di sini toh. >3" Miyu yang akhirnya ingat akan sosok itu dan suaranya, meskipun tidak terlalu terkejut karena sudah menduga--langsung berdiri, dan memeluk Hime. "He..He..Sudah lama, ternyata daya ingatku bagus juga."

"Ok, aku akan mengatur mejanya."
"Hmm, isi kardus tadi adalah benda 'itu'? Ada yang bisa kubantu?"

"Ah, terima kasih atas teleponnya. Umm...."

Hime menunggu perkataan Miyu selesai, tampaknya gadis ini sedikit lupa padanya, padahal ia sempat mencari Hime beberapa waktu yang lalu, bukan?

"Err...Siapa yah?Rasanya pernah ingat dulu.. Hiku?Eh...Jime?Uhh...Hime?Ah, iya Hime!!Apa kabar?Huaa...Masih di sini toh. >3"

Hime tersenyum mendapati dirinya dipeluk Miyu. "Lama ngga melihatmu juga," lanjutnya kalem. Beberapa kejadian hari ini membuat tenaganya cukup terkuras dan membuatnya tidak banyak bicara, namun sebisa mungkin untuk acara ini ia ingin membuat semuanya senang dan bekerja keras. Sayang sekali bantuan tiga orang disini disia-siakan.

"Hmm, isi kardus tadi adalah benda 'itu'? Ada yang bisa kubantu?"

"Ah, bagaimana kalau bantu aku menata hidangan?" tawarnya lalu mengeluarkan cake-cake yang tampak lezat dengan bentuk yang amat menarik dari dalam kantung yang dibawanya tadi.

OOT : Tau Miyu cari Hime dr mana? Toh yg tau Kyou
----------------------------------------------------------
"Lama ngga melihatmu juga,"
"Wah, wah...Jangan kalem begitu. Cerialah." ujar Miyu dengan senyum lebarnya yang sedang gembira ini. Katanya akan ada acara menggunakan beda di dalam kardus tersebut. Miyu bertanya-tanya apakah Miyu juga harus melakukannya?

"Ah, bagaimana kalau bantu aku menata hidangan?"
"Wah..Wah...Hime seperti sinterklas saja yah. Nanti tambahkan kata 'hohohoho' sambil membawa bungkusan kue ini." canda Miyu yg tidak jelas itu dan membantu Hime menata kue-kue tersebut.

"Wah, wah...Jangan kalem begitu. Cerialah."

Matanya menatap Miyu ramah, seakan menjawab 'Ya' dalam diam. Gadis berambut coklat sedikit orange tersebut mengatakan sesuatu tentang Sinterkas, "well, mungkin nanti kau menemukan 'itu' di dalam sini." senyumnya usil sambil melirik kardus yang dibawa Miku sebelumnya.

Tampaknya dekorasi ruangan sudah lengkap kali ini, senyum tipis mengembang pada bibir gadis itu yang kali ini duduk disalah satu kursi. "Apa sebaiknya kita juga 'bersiap-siap' sekarang?" tanyanya pada tiga orang disana, "ah, Kyou. Maaf, mungkin aku nanti akan meminta bantuanmu menjemput mereka." lanjutnya kalem dan sedikit tidak enak pada muridnya satu ini. Well, semoga saja gadis bermata coklat itu tidak menggerutu atau menolak.

"well, mungkin nanti kau menemukan 'itu' di dalam sini."
Miyu mengangguk tanda mengerti. "Oh, betul juga."

"Apa sebaiknya kita juga 'bersiap-siap' sekarang?"
"Ah, kita juga???" Miyu agak kecewa mendengar itu, tapi dari wajahnya terlihat mengatakan 'sepertinya seru juga'. "Hime pake apa yah?Hmm, aku nanti saja, biar surprise."

"Well, ini sudah bagus. Thanks sudah mempersiapkannya."ucap sensei berambut pink panjang. Miku hanya terdiam. Dia masih --tak--habis--pikir-- mengenai barang yang ada dalam kardus itu, barang yang dia bawa. Gadis berambut coklat itu, tetap terdiam, bagai patung."Apa ini salah satu dari benda 'itu'?"ucap sensei yang lain, ehm..siapa namanya ? Miku jadi lupa. Ah ! Iya.Miyu-sensei. Hampir seperti namanya. Apa yang harus dia jawab sekarang ? Memang Miku sudah tau kalau isi kardus yang dia bawa adalah 'itu', tapi ? Bagaimana dia mengatakannya ? Tidak usah kan ? Miku hanya mengangguk kecil, tanda bahwa pernyataan Miyu-sensei itu benar.

"Apa sebaiknya kita juga 'bersiap-siap' sekarang?"

Hah ? Sekarang ? Harus bersiap siap ? Miku saja belum memikirkan sampai segitunya. Jadi ? Apakah dia juga harus 'bersiap siap' ? Mungkin lebih baik kalau dia 'bersiap siap' nanti saja, begitulah pikirnya. Soal 'itu' juga bisa dipikirkan nanti, supaya terkesan lebih surprise pula.

'Hime-sensei..Miyu-sensei...apa kita benar benar akan pakai 'itu'? 'Kata kata itu tiba tiba saja terlintas di kepalanya. Tapi sayang sekali, butuh keberanian yang cukup besar bagi Miku untuk dapat mengatakannya pad kedua sensei-nya." Sensei..apa yang bisa kulakukan ? Selain 'bersiap siap' ? " ucapnya perlahan sambil sedikit tersenyum kecil.

"Sensei..apa yang bisa kulakukan? Selain 'bersiap siap'?"

"Sepertinya sudah semua, sekarang.. Pakai kostum." senyumnya usil pada Miku sebelum melanjutkan, "kita semua juga pakai kok."

Kedua bola mata hijaunya menatap Miyu yang mengatakan 'akan memakai kostumnya nanti', "...memangnya apa yang akan Miyu pakai?" tanya Hime penasaran sambil sesekali melirik isi kotak yang Miku bawa.

"ah, Kyou. Maaf, mungkin aku nanti akan meminta bantuanmu menjemput mereka."

"Tidak masalah," jawabnya pendek pada Hime. Mendengar mereka akan 'mengenakan' sesuatu, Kyou terdiam, ia sempat berpikir jika ide itu hanya angin lalu, tapi well ternyata wanita berambut pink ini benar-benar akan menjalankan rencananya.

Tangan putihnya buru-buru mencari sebuah kostum yang... well, mungkin tidak terlalu menarik perhatian? Uhh, selama mengacak-acak isi kotak tersebut, Kyou tidak menemukan kostum yang bisa dibilang 'wajar'. "Dari mana Miku-san mendapatkan ini semua?" herannya dalam hati, dan tak lama tangannya menarik sebuah jubah hitam, lengkap dengan topi yang runcing di ujungnya.

"Aku ambil ini, sekalian mau sebar undangan."

(out)

Krriiieeet

"Ada orang?" sebuah suara kecil yang lembut terdengar di depan pintu.

Mitsuba masuk ke sebuah ruangan asing, karena tertarik dengan undangan itu. Baru kali ini dia pergi ke suatu tempat dengan inisiatif sendiri. Tapi, sepertinya itu hal yang cukup menarik. Pesta kostum! Akhirnya dia bisa memakai kostum itu juga. Sudah lama sekali dia menunggu kesempatan sepeerti itu mengingat dia menghabiskan waktu di rumah sakit untuk membuatnya. Walaupun tidak terlalu bagus biarlah. Mitsu memeluk kantong berisi kostum buatannya sendiri. Di dalam ruangan itu ada guru Kesehatan berambut pink yang sedang menata ruangan. Mitsu pernah bertemu dengannya dulu...bersama Itsuki kalau tidak salah.

Selain itu ada juga gadis lain yang membantunya. Tapi mana yang lain? Apakah hanya segini yang ikutan? Semoga tidak, karena pesta itu main banyak orang makin baik! Pasti banyak kostum yang bagus, pikir gadis ber-eyepatch itu. Semoga dia tidak ditertawakan. Kostumnya memang agak kekanakkan, diliriknya lagi isi kantong itu.

Minagi masuk kesana, semenjak mendengar gossip soal cosu party. Dia cosplay jadi Kamio Misuzu dari Air.

"Gao.....Masih sepi kah?" Minagi lirik kanan-kiri.

"Ada orang?"

Kedua mata hijaunya menatap Mitsu ramah dengan kedua tangannya yang memeluk sebuah kantung yang entah apa itu isinya. Bukan salah satu dari 'tokoh utama', memang, tapi dengan tak sabar Hime menarik lembut tangan gadis itu seraya berkata,

"Selamata datang." sesungging senyum terlukis di wajah Hime, "sepertinya undangan sudah disebar. Bawa kostum?" tanyanya ramah.

"Gao.....Masih sepi kah?"

"Well, tamu baru rupanya." wanita berambut pink tersebut menatap Minagi, "masuklah." ajaknya antusias.

Quote :

"Well, tamu baru rupanya." wanita berambut pink tersebut menatap Minagi, "masuklah." ajaknya antusias.

"Wahuu! Tentu!" ujar Minagi hyper.

Dia melangkah masuk.

Hari yang cerah, burung-burung berkicau dengan riangnya, angin segar berhembus, rumput-rumput melambai-lambai karena ditiup angin, seakan ini hari yang membahagiakan bagi mereka semua. Seorang pemuda melangkah kearah padang rumput dengan menoleh kanan kiri seakan kebingungan mencari sesuatu. Mata coklatnya menangkap sebuah perkumpulan gadis yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Lalu dia berjalan mendekat ke perkumpulan gadis-gadis itu.

"Maaf mengganggu bolehkah saya bertanya pada kalian ?"tanya pemuda itu sopan.

OOT: kita ada di forest cafe ^^ karena kyran ngga pake kostum, nanti kita cosplay ya ^^ akhirnya ada mangsa

IT:
Hime tersenyum mendapati Minagi yang tampak bersemangat. Tak lama seorang pemuda lain mendekat ke arah mereka, mungkin ia tersesat? Entahlah, Hime hanya menatapnya sebelum pemuda itu mulai membuka mulutnya,

"Maaf mengganggu bolehkah saya bertanya pada kalian ?"

"..Ya?" jawab wanita berambut pink ini pendek, sekarang Hime benar-benar berpikir jika Kyran sedang tersesat. "Ada yang bisa kami bantu?" lanjutnya ramah.

Baru pertama kali ini dia melihat wanita/gadis yang sangat ramah padanya mengingat saat pertama kali masuk kesekolah ini sudah ada seorang wanita yang tida dikenal hampir menghajarnya.

"Saya mau bertanya letak gedung SMA diaman ya ?" kata Kyran terbangun dai lamunan panjangnya sambil mata coklatnya menatap seorang perempuan berambut pink yang sepertinya seorang guru.

[IN]

Akihiko melompati pohon-pohon dan melihat cafe,melihat Hime didepannya,dan melihat anak berambut pirang yang sedang mengobrol,-sepertinya sih,begitu.

"ooi,Osaki! dimana konser MCR nya?"teriak Akihiko sambil jongkok diatas pohon.

Kedua bola mata hijaunya memandang keluar Forest Cafe, mencari-cari dan menunggu meskipun sudah beberapa menit, cukup lama, tapi wanita berambut pink ini tidak merasa bosan sedikit pun sampai Kyran melanjutkan pertanyaannya.

"Saya mau bertanya letak gedung SMA dimana ya?"

Ternyata benar, pemuda dengan warna bola mata coklat ini memang tersesat. Hime menggaruk pipinya yang tidak gatal, bingung juga karena letak Cafe ini berada di tengah-tengah hutan, salah-salah Kyran kembali tersesat. "Mm, ikuti saja jalan setapak di sebelah sana, jalan ini jalan tercepat menuju Central Town." Hime menunjuk jalan setapak kecil, tidak terlalu jelas karena sedikit terhalang oleh rerumputan. Disisi lain, tidak enak juga kalau ia membiarkan anak didiknya di dalam hutan.

"Ooi, Osaki! Dimana konser MCR nya?"

Bola mata hijaunya menoleh kesana-kemari, mencari-cari dimana sumber suara yang dikenalnya tersebut hingga ia menangkap sosok Akihiko Sakurai. Sesungging senyum ramah terlukis diwajahnya kemudian berkata,

"Memangnya siapa yang mau konser, hah?" tanyanya setengah berteriak pada Akihiko yang berada di atas pohon. Seingatnya tidak ada konser apapun di dekat sini, terlebih lagi... MCR? Entah dari mana Akihiko mendapat berita tersebut, yang wanita dengan rambut pink-panjang ini tidak sadar, Kyou menuliskan 'Welcome To The Black Parade' pada surat undangannya.

"eh?"Akihiko keheranan,dan melompat kebawah.

"disini ditulis Welcome to the Black Parade...Konser MCR kan?"ujar Akihiko sambil memperlihatkan surat yang bertuliskan Welcome to the Black Parade itu,ah,well,kelihatannya Akihiko terlalu senang sampai-sampai tidak memperhatikan tulisan dibawahnya,eh?

Hime menatap undangan yang Akihiko bawa, "...." pandangannya kini terarah pada pemilik Alice Ninja Movement tersebut.

"Ehm, dapat dari mana undangan ini?" tanyanya heran karena undangan ini sampai di tangan Akihiko, tapi ia tidak membawa seorang dari Laten. "Ini untuk Laten class," lanjutnya tersenyum swt, "tapi terbuka untuk umum kok. Jadi kalau mau ikut, silakan." Hime tersenyum ramah.