Let's play together XD

OOC :
* Sangat disarankan utk chara anak-anak, terutama umur 8 thn, utk mengikuti RP ini. huahahahahahha!! *dihajar massa*
* No Violence! RP ini dibuat bkn utk dibuat rusuh. Cobalah utk bersikap friendly
* Semua member boleh ikut ber-RP ria. [Asal jgn kebanyakan saja..]

Theme : Siang menuju ke Sore, halaman sekolah.
________________________________________________________________
Sebuah buku bergambar dengan judul A-C berada dalam pelukan anak laki-laki berambut pirang bernama Canon. Wajahnya yang polos terlihat bahagia hari ini, entah karena kenapa. Kedua kaki kecilnya berjalan menelusuri lorong sekolah yang cukup panjang dan sampai ke halaman sekolah. Canon-pun duduk di sebuah pohon sekedar berteduh dari sinar matahari yang agak menyengat, sembari membaca buku bergambar tidak jelas yang dibawanya itu dan juga menikmati ketenangan dibawah pohon, menikmati angin sepoi-sepoi yang nyaman.

"Da-hu-lu kala, hi-dup se-orang pu-tri da-ri Alde Baran ya-ng ber-na-ma C-y-ri-lla..." Canon sedikit menarik nafas karena kata-kata di buku bergambar itu cukup sulit ia baca. Membaca satu kalimat saja sudah menguras tenaga, apalagi membaca habis seluruh buku bergambar itu. "Susah..." ringis Canon.
----
(C) [FF] A-C, Iris`Aegis-Silver`Luna/Luna_Aegis, Ragnafilia, 2008.

Siang yang cerah membuat Suika ingin berjemur dibawah matahari siang. Memang sih seharusnya dia berjemur pada pagi hari, tapi berhubung dia tidak sempat jadi sekarang saja. Suika berjalan ke arah halaman sekolah sambil membawa Momo, boneka kesayangannya dan sebuah buku yang sangat tebal dan sedikit kumal untuk ukuran anak seusianya. Entah kenapa dia membawa buku itu ke sekolahnya padahal dia bisa membacanya di kamarnya sendiri.

Suika mencari pohon yang rindang agar dia bisa bersantai dibawah bayangannya dan dia menemukan sebuah pohon yang strategis. Seorang anak kecil berambut pirang sedang duduk disana sambil membaca sebuah buku yang tidak kalah tebal dengan buku yang dibawanya.

"Permisi, Namamu siapa? Boleh Suika ikut duduk disini? ", tanya Suika kepada anak kecil itu.

Quote :

"Permisi, Namamu siapa? Boleh Suika ikut duduk disini? "

"Hooee..." Canon hanya melongo dengan mulut yang hampir berbentuk segitiga menatap sosok yang seumuran dengannya, seorang anak perempuan dengan boneka dan buku tebal yang dibawanya. Ia pun tersadar dari 'melongo'-nya. Buru-buru ia menggeser agar anak perempuan itu bisa duduk dibawah pohon juga. "Canon, namaku Canon. Kamu boleh duduk disini." sahut Canon tersenyum polos kepada anak perempuan itu.

Anak kecil itu bengong sesaat ketika disapa oleh Suika. Kenapa ya kira-kira dia sampai bengong seperti itu? Suika bingung melihatnya. "Canon, namaku Canon. Kamu boleh duduk disini.", ujar Canon memperkenalkan diri. Suika pun duduk di sebelah Canon dan mulai membuka buku tersebut di atas rumput karena bukunya terlalu berat kalau harus dipegang terus-terusan oleh Suika. Dia mulai mencari-cari sesuatu dan kemudian menemukan sehelai daun yang jatuh. Suika memegang daun tersebut dengan kedua tangannya.

"Jadi boneka!", dan daun itu kemudian melebar dan berubah bentuk. Suika meletakan bukunya diatas boneka daun tersebut dan mulai membaca bukunya yang berjudul "Sacrevilla" dengan santai.
------
Sacrevilla created by Shinjin from Ragnafilia

Quote :

"Jadi boneka!"

"Bo..neka!!" sorak Canon ketika melihat Suika merubah sehelai daun menjadi boneka. Dari kedua bola mata birunya, terpancar ketakjupan ketika melihat Suika menggunakan alice yang dimata anak-anak itu sesuatu yang bisa menimbulkan kata 'Waahhh' atau 'Oooohh'. Canon memandang boneka itu lekat-lekat, lalu ke Suika yang tengah membaca buku tebal. "Kenapa Suika bisa membuat boneka?" tanya Canon polos. anak-anak emang polos..

"Kenapa Suika bisa membuat boneka?" , tanya Canon tiba-tiba ketika Suika sedang asyik ketawa membaca bukunya. Sepertinya Canon merasa heran atau malahan kagum dengan kemampuan Alice milik Suika. Suika menghentikan membaca bukunya dan berpikir sebelum menjawab pertanyaannya Canon.

"Eto.... itu kemampuan Alice-nya Suika. Kalau Canon apa? Canon suka boneka? Oh iya, Canon sedang baca buku apa? Seru tidak?", tanya Suika kepada Canon secara beruntun.

Quote :

"Eto.... itu kemampuan Alice-nya Suika. Kalau Canon apa? Canon suka boneka? Oh iya, Canon sedang baca buku apa? Seru tidak?"

"Alicenya.. Suika? Kalau Canon.." Kata-kata Canon terputus, ia entah merasa menjadi minder karena kemampuan Alicenya tidak sekeren milik Suika yang bisa merubah boneka dari benda apa saja. Sedangkan, Alicenya mungkin malah terlihat sepele di mata anak-anak. Canon menggeleng-gelengkan kepalanya, mencoba menghilangkan rasa minder dari dirinya. "Canon juga suka boneka.. Canon sedang baca A-C. Alicenya Canon.. membuat percaya diri." Suara Canon terlihat terpaksa begitu.
----
OOC : Kasian Canon-nya... *digeplak mayu*

OOC: namanya jg anak-anak. Kan ada yang sering nanya-nanya kaya gitu *dilempar Iris*
-------------------------------------------------
Canon menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh Suika dengan nada sedikit terpaksa. Apa Suika terlalu banyak bertanya ya jadinya Canon kesal dengan Suika?

"Canon kenapa? Kok tampangnya murung? Canon kesal karena Suika banyak bertanya? Canon mau boneka?", tanya Suika beruntun lagi kepada Canon. Sepertinya memang sudah kebiasaan Suika bertanya-tanya dari dulu dan banyak yang sering tidak sabar tentang hal itu kepada Suika

Quote :

"Canon kenapa? Kok tampangnya murung? Canon kesal karena Suika banyak bertanya? Canon mau boneka?"

"Umm..." Dahinya sedikit mengerut, ia memang tidak pandai menyembunyikan perasaannya. Ya iya la, masa iya dong *ditendang* Kepala Canon sedikit menunduk, ia memainkan jarinya, tanda kalau dia sudah merasa sedih. Tapi ia tidak ingin Suika berpikiran yang lain-lain tentang dirinya. "Canon... Alicenya Canon.. tidak keren, punya Suika keren.." jawabnya sambil tetap menunduk.

"Boneka..? Mau!!" soraknya yang berubah 180 derajat begitu ditawar boneka.
------
OOC : Ya ela.. =A=;;

Canon menunduk dan memainkan jarinya, sepertinya dia merasa sedih sekali entah apa penyebabnya.

"Canon... Alicenya Canon.. tidak keren, punya Suika keren..", ujar Canon kepada Suika.

"Keren? Punya Suika tidak keren. Suika tidak bisa buat boneka hewan padahal Suika suka boneka hewan", balas Suika dengan nada polos. Memangnya apa kerennya punya Alice seperti punya Suika? Memangnya yang lain tidak punya Alice yang lebih keren dari Suika? Pasti banyak

Tiba-tiba Canon langsung girang begitu ditawarkan boneka oleh Suika. Hmm... enaknya buat boneka apa ya untuk Canon? Suika jadi ingat permen yang ada di dalam kantongnya.

"Canon mau boneka bentuk permen?"

Quote :

"Keren? Punya Suika tidak keren. Suika tidak bisa buat boneka hewan padahal Suika suka boneka hewan."
"Canon mau boneka bentuk permen?"

"Boneka... he-wan..." ulang Canon. Dalam pikirannya, mau tidak bisa membuat boneka hewan juga tetap keren dimata Canon. Tapi, Suika menawarkannya sebuah boneka permen. Tanpa basa-basi, Canon menganggukkan kepalanya senang karena sudah mau dibuatkan sebuah boneka. Apalagi bentuknya permen, cocok untuk dipeluk kalau tidur. "Mau-mau!" sorak Canon girang.
-----
OOC : Lama2 w jd anak2 beneran..

OOC: Whatever dah sekali-sekali degradasi otak *udah biasa di NC* . Btw, permennya itu kaya permen sugus gt, tau kan^^
-----------------------------------------------------------------
Canon langsung berteriak senang karena akan diberikan boneka oleh Suika. Dia kemudian mengeluarkan permen dari dalam sakunya dan menggenggamnya.

"Jadi boneka!", permen yang digenggam oleh Suika berubah jadi boneka yang kira-kira bisa dipeluk oleh anak seusianya.

"Ini untuk Canon", ujar Suika sambil tersenyum dan menyodorkan boneka tersebut kepada Canon.

Quote :

"Jadi boneka!"
"Ini untuk Canon"

"Uwaaahhh~" Canon bersorak ketika Suika membuat sebuah boneka dari permen yang mirip-mirip sugus entah di alice academy ada permen yg namanya sugus kaga.. *dihajar*. Suika menyodorkan boneka yang hampir seukuran tubuhnya sendiri. Canon langsung memeluknya dengan wajah bahagia seperti mendapatkan coklat dan permen gratis selama setahun. "Makasi..." ujarnya bahagia yang sepertinya sudah terbang ke dunia sendiri.
----
OOC : Makin mirip Fuuko di Clannad dah!! @A@lll

Melihat Canon yang bahagia seperti itu membuat Suika jadi ikut senang juga. Tiba-tiba Suika jadi penasaran, Canon punya orang tua tidak ya? Katanya kan yang masuk ke akademi ini tidak bisa keluar sampai dia lulus. Suika sih sudah tidak punya orang tua, jadi tidak masalah dia disini sampai lulus, tapi bagaimana dengan Canon?

"Ano... Canon masih punya orangtua?, tanya Suika tiba-tiba

Quote :

"Ano... Canon masih punya orangtua?"

"Orang tua...? Canon punya." sahut Canon sambil mengangguk. Ia sudah balik dari dunianya tepat setelah Suika bertanya kepadanya. Sementara kedua tangannya masih memeluk boneka yang diberikan Suika, tidak mau melepaskannya. Canon sedikit bingung kenapa Suika bertanya seperti itu. "Suika?" tanya Canon polos.

Canon mengangguk menjawab pertanyaan aneh dari Suika. Enaknya Canon masih punya orang tua, tidak seperti Suika. Tapi dilain pihak, Suika masih punya ibu pengurus panti dan selembar foto orang tuanya. Ibu pengurus bilang, kedua orang tua Suika masih hidup tapi sampai sekarang Suika belum pernah bertemu dengan orang tuanya lagi. Suika terakhir kali bertemu dengan keduanya pada usia 3 tahun dan hanya punya selembar foto itu ketika datang ke panti bersama Momo kesayangannya itu. Kalau dibilang ingin bertemu sih... Suika tidak tahu mau bertemu atau tidak.

"Orang tua Suika... tidak tahu ada dimana. Kata ibu pengurus panti sih mereka masih hidup tapi tidak pernah datang ke tempat Suika. Suika cuma punya selembar fotonya saja, tapi Suika tidak kesepian soalnya masih ada ibu pengurus dan teman-teman disana", ujar Suika sambil tersenyum kecil kepada Canon

Tap tap tap...

"Uah, aku tak tahan lagi...anak-anak Elementary benar-benar-- Siksaan batin dan sekaligus fisik. Ternyata aku salah memilih jadi guru!" Menenteng tas tenteng kecil dengan tangan kirinya dikebelakangkan, Chopin berjalan menyusuri lorong sekolah yang sekarang tersinari sinar Matahari yang masih terang dan sedikit memancarkan sinar kemerahan. Oh ya, lupa menjelaskan. Mengapa Chopin sebelumnya bilang ia 'tersiksa'? Ya, cerita lucunya adalah saat ia tengah mengejar kelas anak-anak Elementary ia terus dikerjakan~ Pesawat kertas menempel di rambutnya, beberapa kertas bercampur ludah juga menempel di mukanya sekaligus bajunya dan jangan bertanya dengan botol lem yang menempel di pipi kanannya dan beberapa ada yang menempel di pantatnya. Benar-benar! Ia lebih baik mengajar di High School atau Junior High daripada di kelas Elementary! Batin Superheronya tak tahan! Namun, ia masih kuat sampai saat ini karena ia berencana untuk menyebarkan idealisme 'Justice'-nya itu kepada seluruh anak Elementary sebelum mereka berubah menjadi...ENG ING ENG! VILLAINS! DUM DUM DUM!

Tak lama setelah itu, Chopin akhirnya sampai juga di halaman sekolah. Ia ingin cepat-cepat pulang ke rumah tapi sesaat ia melihat beberapa rekreasi yang ada di halaman seperti ayunan, jungkat-jungkit, putar-putaran, dan banyak lagi. Sesaat ia mengingat kembali dirinya yang dulu saat menjadi anak kecil. TK hingga SD. Betapa senangnya hari-hari itu...dapat tidur di siang hari, pelajaran tak terlalu berat dan ia juga saat itu belum mendapatkan Alice. Hidup sebagai seseorang yang normal. Ia tidak membenci Alicenya, secara pribadi, namun ia merindukan masa-masa kecilnya. Chopin tersenyum dengan lebar, mendekati arah ayunan terdekat yang ada, lalu duduk di atas bangku ayunan tersebut lalu memegang kedua pegangan yang ada di kanan dan juga kiri. Sedikit-sedikit Chopin mulai menggerakkan ayunan tersebut ke depan dan ke belakang, melepaskan botol lem yang masih menempel di pantatnya lalu melanjutkan.

"Hmm~ Suatu hari aku akan melakukannya! Aku akan-- Hmm? Anak Elementary? Bukannya mereka sudah pulang?" Chopin baru saja ingin mengatakan sesuatu tentang dominasi dunia! Eh, tapi langsung terhenti sesaat ia melihat kedua anak kecil yang ada di bawah pohon yang tak jauh dari halaman bermain. Chopin tersenyum lebar lalu melambaikan tangannya ke arah mereka berdua. "HOI! KEDUA ANAK KECIL YANG ADA DISANA!" Seru Chopin keras supaya kedua anak tersebut mendengar seruan Chopin. Entah mau mengajak atau Chopin yang kesana, ia mau mengalihkan perhatian kedua anak-anak tersebut terlebih dahulu.

Quote :

"Orang tua Suika... tidak tahu ada dimana. Kata ibu pengurus panti sih mereka masih hidup tapi tidak pernah datang ke tempat Suika. Suika cuma punya selembar fotonya saja, tapi Suika tidak kesepian soalnya masih ada ibu pengurus dan teman-teman disana"

Canon terdiam, untuk waktu yang cukup lama. Ia tidak tahu kalau ada anak seumuran dengannya yang tidak memiliki orang tua. Pasti sangat kesepian, dan Suika juga tidak pernah mengenal kedua orang tuanya. Ada perasaaan sakit yang menyerang dada Canon, ia seakan bisa mengerti perasaan Suika meski Suika mengatakan bahwa ia masih mempunyai ibu pengurus dan teman-temannya. Tapi, tidak mempunyai orang tua itu hal yang sangat sakit bagi anak-anak.

Quote :

"HOI! KEDUA ANAK KECIL YANG ADA DISANA!"

Canon terkejut seketika itu juga. Baru saja ia mau menggunakan alice-nya untuk membantu Suika menjadi terhenti seketika itu juga. Dengan sedikit takut, ia menatap ke arah suara yang meneriaki mereka berdua. Ada seorang guru yang berada jauh di depan mereka. Canon takut, apakah ia berbuat salah atau apa.

"Ca.. Canon tidak salah!" serunya membela diri.
--------
OOC : Chop pembully... XDD

Terdengar ada suara seorang laki-laki dewasa yang keras sepertinya memanggil Suika dan Canon. Karena terkejut, Suika langsung menoleh ke arah sumber suara tersebut. Canon sendiri merasa ketakutan karena dikira melakukan hal yang buruk oleh pria tersebut. Dari tempat mereka duduk, Suika tidak bisa melihat dengan jelas siapa orang yang memanggil mereka itu. Suika pun memutuskan untuk mendekat ke arah pria yang sudah dewasa itu.

"Canon, kesana yuk", ajak Suika sambil menarik Canon ke arah pria tersebut. Begitu sudah cukup dekat, Suika kaget melihat wajah pria tersebut. Bagaimana mungkin Suika bisa menemukannya disini??

"Papa?! Ini Papa kan?? Papa kok ada disini? Mama mana?", tanya Suika sambil memeluk pria tersebut dengan senang dan setengah bingung.

----------------------------------------------
OOC: maafkan saya Chop *siap2 kabur XD*

Quote :

"Canon, kesana yuk"
"Papa?! Ini Papa kan?? Papa kok ada disini? Mama mana?"

"Umm... Iya.." sahut Canon agak takut-takut sembari menatap pemuda yang meneriaki mereka. Canon membawa buku bergambar A-C miliknya dan boneka permen yang diberikan oleh Suika tadi. Mendengar Suika memanggil guru itu dengan sebutan 'papa', Canon menjadi terkejut karena Suika mengatakan bahwa kedua orang tua Suika sudah tidak tahu dimana. Canon mendongakkan kepala kepada Chopin, melongo, menatap sosok guru itu dengan tatapan polosnya. "Hoohhee?"

"Ca.. Canon tidak salah!"

"Eh? Siapa yang salah coba? Hah...Board of Education Rule #2, menjadi guru berarti anda mendapat posisi yang diakuti murid-murid. Kau adalah otoritas pemberantas ketidak-adilan dan berhak menghukum murid sesuai kemauan. Cih, benar-benar! Buku peraturan apa-apaan itu?" Chopin hanya bisa sweatdropeed sambil mengingat kembali apa yang tertulis dalam Handbook Borad of Education Rule yang tertulis khusus sebagai panduan guru dan ajaibnya...murid-murid memang takut dengan Chopin padahal Chopin dengan niat baik hanya menyapa mereka. Ia sama sekali tak ada semangat untuk Save the Day hari itu karena insiden siksaannya oleh anak-anak Elementary. Ia hanya ingin bersantai selagi sebagian besar anak Elementary yang ada sudah kembali ke asrama masing-masing.

"AH! Saya bukan maksud menghukum kalian kok! Sudah! Kalian berdua kesini saja!" Seru Chopin lagi, sekarang jelas mengajak kedua anak tersebut untuk bermain dengan Chopin yangs sedang kesepian itu. Kerjanya sebagai superhero memang tidak pernah berakhir apalagi sekarang ia kekurangan sidekick dan rekannya Gossip Girl sedang sibuk entah dimana. Ketika kedua anak itu mendekat dengan Chopin, Chopin langsung tersenyum...tapi langsung berubah saat satu dari kedua anak tersebut yang berambut pink mengatakan--

"Papa?! Ini Papa kan?? Papa kok ada disini? Mama mana?"

"W-WHOA!? Tak setiap anak tiba-tiba memanggilku papa seperti ini! Engg...gadis kecil, kau pasti salah orang! Aku bukan papamu! Dan kamu pirang! Jangan lihati aku seperti itu, aku bukan papanya! SUWER!!" Chopin shock sesaat. Speechless sebenarnya namun harus berbicara untuk mencegah kesalah pahaman. Lagipula bisa-bisanya ia dipanggil papa...ini menunjukkan hal pasti! Bahwa-- Chopin sudah menjadi TUA BANGKA SEHINGGA DIPANGGIL PAPA!! Dengan secara langsung, bila ada, Hit Point Chopin sekarang dalam ujungnya. Hanya satu Hit Point dan nyawanya sebentar lagi melayang karena...ya, menjadi tua~

"W-WHOA!? Tak setiap anak tiba-tiba memanggilku papa seperti ini! Engg...gadis kecil, kau pasti salah orang! Aku bukan papamu!, ujar pria (Chopin) itu sambil kaget dan gelagapan seperti ikan kekurangan air. Eh, bukan Papanya Suika? Tapi dia mirip sekali dengan yang ada di fotonya Suika.

"Tapi paman mirip dengan wajah Papa", ujar Suika mengeluarkan selembar foto yang sudah lusuh dari dalam tasnya dan menunjukkannya kepada Chopin. Pada foto tersebut terlihat gambar Suika dan kedua orangtuanya dimana Suika sedang digendong oleh Papa dan Mamanya.

"Ini Papa kan? Apa paman bukan Papanya Suika?", tanya Suika sambil sedikit cemberut. Sepertinya Suika harus menerima kenyataan kalau orang yang ada di depannya itu bukan Papa Suika yang sebenarnya. Harusnya Suika sadar kalau tidak mungkin dia menemukan orang tuanya di tempat seperti ini. Apa memang kedua orangtua Suika sudah tidak peduli lagi kepada Suika? Tanpa sadar, Suika mulai menangis.

Quote :

"AH! Saya bukan maksud menghukum kalian kok! Sudah! Kalian berdua kesini saja!"

"Be..narkah?" tanya Canon ragu kepada Chopin. Karena anak-anak tidak begitu mudah mencurigai orang lama, terutama setelah Suika memanggil Chopin dengan sebutan papa. Canon hanya bengong menonton pembicaraan 'ayah'-anak antara Suika dan Chopin. Ia menarik-narik pakaian bawah Chopin [lagi]. "Paman jangan berbohong kepada Suika.." sahut Canon polos.

Ah, Elementary school.

Tugas Kotori sebagai guru yang multifungsi memaksa Kotori untuk mengajar di Elementary School, mungkin menjadi seorang guru Elementary tidak ada salahnya juga. Kotori berjalan menyusuri lorong Elementary sambil menggunakan kacamata dan membawa sebuah buku. Pakaiannya yang putih dan rok hitam membuatnya seperti seorang guru yang ketat tidak lebih dari itu.

HUWA...

Suara tangisan terdengar dari perapatan lorong yang ada didepan Kotori. Suara tangisan anak kecil tampaknya, nampaknya ada manusia nista yang membuat anak orang menangis lagi Kotori berjalan kearah sumber suara tersebut sampai diperapatan dan melihat kearah sumber suara tersebut. Ternyata Chopin, oh wow, Chopin membuat anak orang menangis lagi ternyata, mungkin ini bisa untuk memojokannya, tetapi... Lebih baik tidak bisa bisa Kotori membayangkan dirinya di bomb oleh Mient karena merampas Chopin kesayangannya. Kotori hanya mengangguk saja sambil berpikir tentang hal tersebut.

Kotori berjalan pelan kearah mereka. salah satu dari anak kecil tersebut ternyata Canon, salah satu anak somatic yang menjadi anak didiknya. Kotori mendengar perkataan dari Canon yang berkata kalau Chopin membohongi Suika. Suika siapakah dia? Tampaknya gadis kecil yang berambut merah muda panjang itu bernama Suika. Kotori hanya tersenyum kecil melihat Chopin yang kewalahan itu.

"Canon ada apa ini?" Ujarnya dengan ramah kepada Canon lalu menaruh tangannya keatas kepala Canon dan mengusap kepalanya.

"Chopin... Apa yang kau lakukan terhadap gadis kecil itu? Kau Pedhopil"

Quote :

"Canon ada apa ini?"

"Uuh?" Seorang wanita berjalan mendekati mereka. Canon tidak mengenali wanita itu. ya iya la Namun wajahnya terkesan ramah dan tangannya mengelus-elus kepala Canon lembut. Bola mata Canon yang polos menatap sosok yang baru datang itu. "Kakak siapa?" tanya-nya polos kepada Kotori. anggap aja belum kenal

Quote :

"Chopin... Apa yang kau lakukan terhadap gadis kecil itu? Kau Pedophile."

"Pe-doph-ile...?" ulang Canon atas perkataan Kotori. "Pe-doph-ile itu apa..?"