Let's play together XD

"Paman, jalan pedang itu apa? Nama jalan? Nama teknik?",

Jalan pedang itu apa?

Kuro menatap kembali kearah bocah kecil tersebut yang masih sejajar dengannya, menatap kearah kedua matanya yang bulat tersebut.

"Terserah kau mau sebut apa itu, Nama jalan boleh, Nama teknik juga boleh."

Quote :

"Rasanya tidak."

"Umm.." Canon menggeleng-gelengkan kepalanya dan tersenyum kepada pemuda dingin yang bernama Kuro itu. Di dalam hatinya, Canon percaya bahwa Kuro pasti kuat meski mungkin ia masih belum kuat. Dengan cukup susah, Canon melepaskan diri dari pelukan Hime. Kedua tangan kecilnya memegang salah satu tangan Kuro yang besar. "Kakak... pasti akan menjadi kuat." ucap Canon tersenyum kepada Kuro. Cahaya-cahaya kecil gemerlap berkumpul di sekitar Canon dan Kuro. Anak laki-laki itu telah menggunakan alicenya kepada Kuro.

Pertanyaan demi pertanyaan dilontarkan dua bocah berusia 8 tahun tersebut dan mendengar jawaban pemuda bernama Kuro yang seadanya... Hime hanya tersenyum simpul. Well, mungkin sebaiknya Ia biarkan saja Canon dan Suika asik berkutat dengan Kuro dan pertanyaan-pertanyaan mereka.

Bocah kecil berambut pirang tersebut kemudian turun dari gendongannya dan tindakan selanjutnya yang Ia lakukan adalah... Memeluk lengan Kuro? Cahaya-cahaya kecil tampak sekilas dalam pandangan Hime, cahaya yang entah tiba-tiba saja membuat perasaan wanita berambut pink tersebut senang dan ringan. Mungkin tanpa disadarinya Canon menggunakan Alicenya. "Sepertinya mereka tertarik denganmu." ujarnya pada Kuro.

"Kakak... pasti akan menjadi kuat."

Entah darimana rasa percaya diri Kuro menjadi semakin kuat, yeah, I GOT THE POWER, Come on Come on Come on... Skeith Kuro menjadi percaya diri sekarang, lalu menatap kearah Canon.

"Terima kasih"

"Sepertinya mereka tertarik denganmu."

"Tampaknya begitu..."

Quote :

"Terima kasih"

"Sama-sama~" Canon tersenyum polos sembari mengayun-ayunkan tangan Kuro yang masih dipegangnya, tanda Canon gembira. namanya juga anak-anak... Tapi, Canon merasa tubuhnya mendadak lemah, meski tidak sampai membuatnya lemas. Konsekuensi menggunakan alice masih harus dijaga olehnya. "Kakak Kuro, mirip papa!" tambahnya dengan polos.

"Terserah kau mau sebut apa itu, Nama jalan boleh, Nama teknik juga boleh.", jawab Kuro entah serius atau sudah pusing menghadapi Suika yang suka bertanya-tanya itu. Canon kemudian memegang tangan Kuro dan cahaya berkilauan mengelilingi mereka. Apa Canon menggunakan Alicenya ya? Terlihat sepertinya Kuro menjadi sedikit lebih senang daripada sebelumnya.

"Wah, itu Alicenya Canon? Kelihatannya menarik", ujar Suika kepada Canon. Tiba-tiba, Suika teringat dengan buku dan boneka yang sudah ditinggalkannya tadi karena bertemu dengan "Papa" Chopin. Suika akhirnya memutuskan untuk mengambil buku dan bonekanya kemudian kembali lagi ke tempat mereka.

"Maaf permisi sebentar", kata Suika sambil lari tergesa-gesa berlari ke arah pohon tempat dia duduk sebelumnya
-------------------------------------------------

(OOC: ga out, cuma gerak dikit aja XD)

"Kakak Kuro, mirip papa!"

Papa? YEAH PAPA...

"Memang aku mirip dengan papamu ya?"

Quote :

"Memang aku mirip dengan papamu ya?"

"Iya!" jawab Canon dengan cepat tanpa berpikir banyak. Sosok pemuda bernama Kuro ini mungkin terlihat dingin tetapi Canon tahu kalau Kuro itu perhatian, tapi tidak ditunjukkan lewat kata-kata dan perbuatannya. Tangan Canon masih memegang tangan Kuro, memain-mainkannya. "Kakak Kuro perhatian. Dan.. keren!" Anak-anak memang menyukai hal-hal yang berbau kebenaran ataupun pahlawan, terutama anak laki-laki.

"Kakak Kuro perhatian. Dan.. keren!"

Kuro hanya dingin dan melihat kearah anak tersebut yang tampak kegirangan dan masih memegang kearah Kuro, sementara apa yang dilakukan oleh wanita tua itu. entahlah.

"Haha, Begitulah."

Suika mengambil bukunya kemudian berpikir sejenak ketika melihat boneka daunnya. Apa sebaiknya dia memberikan boneka kepada Kuro dan Hime ya? Suika mengambil selembar kelopak sakura yang gugur. Kebetulan masih musim semi sehingga masih ada sakura walau sudah tidak banyak. Sepertinya boneka berbentuk kelopak sakura ini cocok untuk Hime. Dia segera mengubah kelopak tersebut jadi boneka yang kira-kira seukuran bantal kepala kecil kemudian segera kembali ke arah kerumunan orang tersebut.

"Suika mau kembali ke asrama. Ini untuk kakak Hime," ujar Suika sambil menyodorkan boneka berwarna pink kepada Hime, "Dan yang ini untuk Paman Kuro", lanjut Suika sambil menyodorkan boneka berbentuk daun berwarna hijau kepada Kuro.

"Suika pergi dulu, sampai jumpa semuanya". Suika melambaikan tangan dan segera berlari ke arah asrama sambil memeluk buku kesayangannya itu.

-out-

Quote :

"Haha, Begitulah."

Suika memberikan masing-masing satu boneka kepada Kuro dan Hime. Ternyata kedua orang dewasa itu juga dapat bagian sama seperti Canon. Wajah Canon terlihat gembira karena keduanya juga dapat boneka. Canon mengambil buku bergambar A-C dari Hime dan salah satu tangannya masih memeluk boneka empuk yang dibuat Suika untuknya. Ia memeluk Hime dengan jangkauan pelukan anak-anak lalu memeluk Kuro sebentar.

"Canon balik ke dulu. Dah mama, dah kakak Kuro~" sahut Canon melambaikan tangannya yang menggenggam boneka Suika dan berlari kecil pergi dari tempat itu dengan girangnya.

[Out]

Mendapatkan boneka dari gadis kecil tersebut lalu mereka pun pergi jadi tinggal si wanita tua dan dia sekarang. masih menggenggam boneka tersebut.

Jadi sekarang apa?

Henshin?

Kalau begitu pergi berjalan jalan lagi saja

[out]

Anak-anak kecil yang lincah. Hime terus menyimak mereka yang bercakap-cakap dengan pemuda bernama Kuro ini. "Suika mau kembali ke asrama. Ini untuk kakak Hime," ujar Suika riang dan memberikan sebuah boneka bebentuk kelopak bunga Sakura, boneka yang manis, boneka kecil yang warnanya senada dengan warna rambut Hime. Dilihatnya Suika juga memberikan boneka berbentuk daun pada Kuro. "Suika pergi dulu, sampai jumpa semuanya" sesungging senyum ramah terlukis diwajah wanita itu seraya berkata, "Hati-hati di jalan, dan terima kasih atas bonekanya." ujarnya pada Suika yang perlahan, sosoknya menghilang dari pengelihatan Hime.

Tak lama Ia dapat merasakan tangan-tangan mungil yang kembali memeluknya, tangan mungil Canon yang kemudian juga memeluk Kuro. Ekspresi Canon tampak senang. "Canon balik ke dulu. Dah mama, dah kakak Kuro~" sekarang giliran Canon yang pergi berlalu kemudian Kuro.

Hime tersenyum tipis mendapati hari ini Ia dipanggil 'Mama' oleh bocah 8 tahun tersebut. Dipeluknya bantal kelopak Sakura yang Suika berikan, "Ehm, hampir lupa dengan tujuanku sebelumnya." batinnya dan melangkahkan kaki rampingnya menuju gedung Elementary.

(out)