Let's play together XD

"Kakak siapa?"

Ah, Nampaknya kalau anak kecil memang sukar mencari info tentang orang yang tidak terlalu dikenalnya. Kotori hanya tersenyum tipis kearah Canon lalu melepaskan tangannya dari kepala Canon. Ya, bocah seperti itu nampaknya lebih baik dibaiki saja daripada menjadi seorang anak yang kurang ajar.

"Namaku, Kotori, Guru Somatic"

Kotori lalu melepaskan kacamatanya lalu memasukannya kedalam saku dibajunya itu. Lalu Kotori menjajarkan kepalanya sejajar dengan Canon. Menatap kewajahnya yang pada saat itu menanyakan tentang pedophil. Urgh, ternyata Kotori salah bicara, lebih baik tidak bicara hal seperti itu didepan anak kecil.

"Ah, iya Canon mau permen?" Ujarnya sambil mengeluarkan permen dari sakunya

Selagi tengah menangis, dia mendengar suara seorang wanita (Kotori) yang tiba-tiba menyapa Canon. Suika menoleh ke arah sumber suara itu dan menemukan seorang wanita berambut pirang sedang berbicara dengan Canon dan menawarkan permen kepadanya.

"Ma-ma?", tanya Suika kepada Kotori.

"Ma-ma?"

Mama?

He... Me?


Mama, Kotori tersenyum kearah gadis tersebut, biarkan lah dia mau berkata apa. Kotori hanya akan mengikuti permainannya saja. Well, Kotori itu bukanlah orang jahat, apalagi terhadap anak kecil. Kotori mengeluarkan permen dari sakunya dan menawarkan kearah anak tersebut.

Suika rite? Anak Technical

"Suika ayo kesini, Mau permen?" Ujarnya dengan senyuman ramah kearah gadis tersebut sambil membuka tangannya kearah gadis kecil tersebut.

Wanita yang dipanggil Mama oleh Suika itu tersenyum dan menawarkan sebuah permen. Dia tersenyum dengan ramah sambil membuka kedua tangannya. Apa kali ini Suika tidak salah panggil? Jadi wanita itu memang Mamanya? Suika berlari ke arah wanita tersebut dan memeluknya.

"Mama? Ini betul Mama kan? Suika kangen sama Mama", kata Suika dengan senang.

Well Mama Eh?

Bagaimana ya... Kotori tidak tega kalau mengatakan kalau Suika itu bukan anaknya. Ya iyalah ya, semenjak Kotori itu belum menikah bagaimana bisa punya anak coba? Kotori hanya tersenyum tipis dan memeluk Suika

"Ini Papa kan? Apa paman bukan Papanya Suika?"

”A-Ah! Bukan maksudku begitu, tapi--” Chopin semakin bingung dengan keadaannya sekarang. Mungkin ia dapat kabur saja dari situ dan kembali ke rumahnya namun gadis kecil tersebut menangis...adanya kalau Chopin kabur ia akan diingat oleh gadis itu dan juga temannya si bocah berambut pirang lalu ia dituduh dengan tuduhan membuat anak kecil menangis, dan, dan...! Ehem! Anda sebagai pembaca bisa tebak sendiri tentunya. Jawaban yang ingin Chopin lontarkan adalah ia bukanlah papa dari sang anak berambut pink panjang tersebut akan tetapi keadaan tak memungkinkan saat temannya ikut memaksa bahwa Chopin berbohong. Na na na~ Superhero VS Kiddies! Susah sih memang menjadi pembela kebenaran apalagi Chopin sedang tidak niat. Karena situasi ini Chopin langsung menghembuskan nafasnya lalu tersenyum hangat dengan mata tertutup.

”Hei, aku mau tanya kepadamu. Sudah jangan menangis, dan dengarkan...bila memang aku adalah ayahmu-- Apakah kau akan senang?” Tanya Chopin kepada gadis tersebut sambil mengelap air mata yang bergerak dari matanya hingga ke pipinya. Huh...menjadi guru memang susah ya? Pantas saja guru disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Dalam masalah seperti ini mungkin ia harus-- NO!! Waktu yang tidak tepat sekali! Apa yang saya bicarakan? Tak lain dari seseorang yang datang dengan tiba-tiba ke halaman sekolah. Siapakah itu? Kotori! Ah, entahlah apa yang akan terjadi sekarang apalagi Chopin sudah mengecap Kotori sebagai anggota The Brotherhood of Unjustice! Benar-benar sial ya hari ini? Chopin hanya bisa pasrah dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi kepada Kotori yang pastinya menyalahpahamkan situasi ini.

"Chopin... Apa yang kau lakukan terhadap gadis kecil itu? Kau Pedhopil"

”Ck! Aku tak apa-apakan gadis kecil ini kok-- Lagipula masa kau mencurigakan seorang guru seperti aku? Liat nih! Mana mungkin aku pedophil dengan semua bukti penyiksaan di muka dan badanku.” Chopin langsung menyangkal apa yang dikatakan Kotori, pasrah, menggerakkan sedikit ayunan yang sedang ia duduki. Yang benar saja...Chopin pedophil? Itu kan sangat, sangat tidak berbau JUSTICE! Ia juga menunjuk muka dan sekaligus badannya yang nampak masih ada lem, kertas berludah, dan kayu-kayu kecil disana sini. Bukti ia disiksa waktu di kelas. Kalau begini bagaimana Chopin pedophil? Ia saja setelah pengalaman itu saja menjadi takut sendiri dengan anak-anak Elementary...dalam jumlah besar tentunya. Kotori, kemudian menawarkan permen ke kedua anak yang sebelumnya Chopin temui. Ia hanya diam saja. Tumben, padahal kalau ia sedang mood ia akan mengatakan sesuatu seperti, Hei! Jangan makan permen itu! Itu Racun! RACUN!! atau semacamnya yang sangat Chopin. Tapi yang lebih mengejutkan adalah bahwa anak berambut pink yang ternyata bernama Suika itu memanggil Kotori...Mama!? Chopin langsung di dalam hatinya seperti tersambar geledek! Papa + Mama = Anak dan rumus ini menjadi...Chopin + Kotori = Suika. NOOOOOOOOOOO!!!!!!

”Hei, aku mau tanya kepadamu. Sudah jangan menangis, dan dengarkan...bila memang aku adalah ayahmu-- Apakah kau akan senang?”, tanya pria itu kepada Suika sambil menghapus bekas air mata Suika. Suika hanya mengangguk tanda mengiyakan sambil masih tengah dipeluk oleh Kotori. Tentu saja dia senang kalau pria yang berada di depannya itu adalah Papanya.

"Apa paman Papanya Suika?", tanya Suika lagi dengan polos sambil menatap Chopin dalam-dalam. Dia sangat berharap kalau pria di depannya itu adalah Papanya.

Kotori melepaskan pelukannya dari Suika lalu berdiri dan melihat kearah Chopin sambil mengelus elus kepala Suika, tatapan puppy eyes dan senyuman ramah menatap kearah Chopin. Maksud dari Kotori adalah Gyahahahaha, Ayo chopin mari kita bermain, ayo apa yang kau pikirkan, bisakah kau keluar dari semua ini? Ayo, Kutantang kau Chopin, atau perlukah aku yang memulai sandiwara inia?

"Chop? Kau baik baik saja?" Ujar Kotori sambil mengeluarkan sapu tangan dari sakunya lalu mengelap wajah Chopin yang terlihat kotor tersebut, selagi dihadapan Chopin, Kotori hanya menyeringai Chopin dengan wajah yang bisa dibilang polos.

"Apa paman Papanya Suika?"

"Bukan..." Jawab Chopin masih tersenyum hangat menatap ke arah gadis tersebut. Jawabannya pasti bukan yang gadis itu mau dengar, apalagi dia sudah memaksakan diri bahwa Chopin adalah papanya. Chopin membuka matanya masih tersenyum dan menarik nafas. "Tapi, kau bisa menganggap aku ayahmu. Bagaimana? Setidaknya, kau senang bukan bila begitu? Ya...tak sehebat ayah aslimu tapi setidaknya kamu tahu kau selalu punya aku-- ehem! Bapak sebagai penjagamu selama kamu masih bersekolah disini." Chopin!? Benarkah kau mengatakan itu!? WAW! Tak terduga juga Chopin mengatakan sesuatu seperti itu tanpa niat menjadikan gadis berambut pink tersebut menjadi sidekicknya ataupun yang lainnya! Panggil CNN, Cek & Ricek, sekaligus panggil Presiden Amerika! Siapa sangka seorang Chopin bisa menjadi figur bapak untuk anak yang baru saja ia kenal. Unexpected sekali.

Okay! Masalah itu selesai namun, sesuatu yang lain membuat Chopin sweatdropped dan ingin balas dendam dengan segala rasa Justice di dalam dirinya! Ke siapa? Ke Mami-Mamian Suika yang tak lain dari si Kotori. Seakan ada kejutan listrik di antara mereka, Chopin langsung mendapat asumsi tatapan Kotori adalah tatapan Gyahahahaha, Ayo chopin mari kita bermain, ayo apa yang kau pikirkan, bisakah kau keluar dari semua ini? Ayo, Kutantang kau Chopin, atau perlukah aku yang memulai sandiwara ini? ZZZ!! Chopin hanya bisa kembali tersenyum, merogoh sakunya, dan mengetik SMS tanpa ia lihat HP-nya. Rencana apa yang ia pikirkan dengan HP-nya itu?

"Aku baik-baik saja~ Kamu sendiri bagaimana Sa-- Say--" Chopin ingin membalas perkataan Kotori namun langsung terhenti refleks saat pada bagian kata with the 'S'. Ia jujur tak dapat mengeluarkan kata-kata tersebut dari mulutnya. Ya Tuhan, saya doakan, Chopin Binti Rosenkrantz selamat dari situasi ini. Amin.

"Bukan", kata pria itu sesuai dugaan Suika.Suika harusnya sadar tidak mungkin dia bisa menemukan ayahnya begitu mudah."Tapi, kau bisa menganggap aku ayahmu. Bagaimana? Setidaknya, kau senang bukan bila begitu? Ya...tak sehebat ayah aslimu tapi setidaknya kamu tahu kau selalu punya aku-- ehem! Bapak sebagai penjagamu selama kamu masih bersekolah disini". Mendengar lanjutan dari kata-kata pria itu membuat Suika senang.

"Betulkah?! Boleh Suika panggil paman Papa? Nama paman siapa?", tanya Suika dengan mata berbinar-binar sambil kembali memeluk Chopin dengan senang?

Setelah berpisah dengan Luke di Dormnya, Nacht yang sedikit banyak merasa bosan dengan hanya berada di kamar kecilnya yang berwarna dominan putih dengan action figure di beberapa sudut kamarnya, memutuskan untuk berjalan keluar dari kamarnya. Umm.. sekedar mencari angin segar. Sekaligus mencari sedikit makanan kecil untuk cemilannya siang hari ini. Dan tanpa sadar, Ia berjalan memasuki pekarangan Elementary School Places yang berada tidak jauh dari dormnya.

Saat itulah, sepasang mata biru kecilnya berhenti tepat di tubuh seseorang berambut hitam, yap... Kakak dari Frederic Chopinston; Chopin Rozenkratz. Umm.. kalau tidak salah sih itulah yang tertulis di gudang data Alice academy. Dan sebaiknya, anda jangan bertanya, bagaimana anak sekecil Nacht bisa menyusup ke gudang data alice academy, itu rahasia.

Ia menatap mereka semua dari kejauhan sambil mendengarkan suara-suara mereka dengan seksama. Ngg.. gadis yang sedang bersama Chopin itu istrinya? Kalau tidak salah sih terdengar seperti itu. Entah benar atau tidak.

"Aku baik-baik saja~ Kamu sendiri bagaimana Sa-- Say--"

Kata kata tersebut keluar dari mulut Chopin dan membuat wajah Kotori memerah, Kotori sudah terbiasa membuat ekspresi wajah seperti itu dan sebagainya semenjak ia sudah dilatih pada saat ia kuliah juga. Kotori mukanya merah padam akibat perkataan Chopin lalu Kotori mengembungkan pipinya lalu menatap kearah Chopin lagi yang sekarang sudah dipeluk oleh Suika.

"Sa-- apa? Say?"

Kotori hanya tersenyum tipis kearah Chopin, bisa bisa kalau ia melakukan hal lebih jauh daripada itu... Bisa bisa dia diganyang oleh Mient.

Erika seorang murid baru ditempat tersebut. Sekarang Erika berjalan jalan mencari kelasnya, semenjak Erika itu bisu jadi dia tidak berani bertanya kepada siapa siapa, berjalan mencari kelasnya tetapi mengapa disekitarnya hanya ada anak kecil. Erika menjadi malu dan berlari di lorong tersebut dan.

BRAK

Erika menabrak seorang anak kecil berambut putih. Bukannya anak kecil itu yang terpental malahan Erika sendiri yang terpental dan terjatuh.

OOC: Nacht yang ditabrak

Brak!

"Aduh... x3"

Nacht yang juga ikut terpental karena tubuhnya yang kecil, mau tidak mau tersungkur di atas tanah halaman Elementary School Place. Ia terdiam sebentar di atas tanah, tidak sadar dengan apa yang menimpanya, sebelum Ia bangkit sambil setengah meringis karena lututnya sedikit tergores oleh kerikil yang ada di halaman tersebut.

Ia bergegas mengalihkan pandangannya ke belakang, menatap gadis berambut merah [Eriko] selama beberapa saat, lalu mendekatinya dengan sedikit berhati-hati. Takut dimarahi mungkin?

"Umm... Kakak tidak apa-apa kan?" tanyanya sambil mengulurkan tangan kecilnya pada gadis berambut merah yang masih tersungkur tersebut. Walaupun sudah hampir pasti kalau Nacht tidak akan kuat untuk menarik tubuh Eriko, dikarenakan tubuhnya sendiri juga kecil.

"Betulkah?! Boleh Suika panggil paman Papa? Nama paman siapa?"

"Ehem...! Papa ya? Boleh saja. Nama paman Chopin Rosenkrantz dan aku adalah guru di Elementary sini walaupun sepertinya aku tak mengajar kelasmu, Suika." Chopin memperkenalkan diriny dengan panjang lebar terhadap perempuan berambut panjang pink itu. Sebenarnya ia mau menyangkal dibilang Papa karena terkesan ia sudah tua padahal di umurnya yang dua puluh dua itu seharusnya ia tak sampai dipanggil begitu...kecuali dalam masalah kawin muda yang sama sekali tak mungkin terjadi apalagi Chopin dengan Kotori? ZZZ!! Tapi mau diapakan lagi? Chopin sudah berkata apa yang ia katakan terhadap gadis bernama Suika itu dan sebagai seorang lelaki sejati, mengingat apa yang adiknya sering katakan, tak akan pernah mengingkari kata-katanya sendiri. Menarik nafas panjang Chopin kembali pada Kotori dengan senyuman palsu nan terpaksa.

"Sa-- apa? Say?"

"Sa-- Say-- Ah, pokoknya kata itu! Kau tahu sendiri kan Koto? S-A-Y-A-N-G! Tuh! Sudah aku ejakan, sa-- Grrr!! Mama Koto!" Kata sayang memang susah diucapkan oleh Chopin apalagi kepada seseorang yang Chopin tahu adalah musuhnya. Sampai-sampai ia lebih baik ejakan saja daripada mengatakannya atau memang ia tak dapat mengatakannya secara langsung. Mama Koto? Yay! Sekarang mudah-mudahan Kotori yang akan merasa tua akan panggilan itu! Tapi entahlah. Hasilnya sekarang tergantung pada Kotori sendiri. Chopin masih menunggu 'pesannya' datang.

Bukk...!!

"Hmm? Siapa disitu?" Choin berseru ke arah kejauhan, mencari tahu darimana sumber suara itu yang ternyata disebabkan oleh seorang anak kecil nampak dari Elementary dan seorang gadis lebih dewasa. Oh? Masih ada anak yang berjalan-jalan di area sekolah toh. Chopin langsung dalam kesempatannya berjalan ke arah anak tersebut dan juga si penabrak mencoba membantu keduanya. "Hei! Kalian baik-baik saja?" Tanya Chopin sambil menunduk sedikit melihat satu anak yang berambut perak tersebut sekaligus melihat perempuan yang juga terpental yang dimana ia mengenal muka anak yang satu...rambut putih-perak dan-- Mungkinkah anak ini, anak yang dari...

Eriko hanya takut melihat bocah tersebut ditambah dengan perasaan lucu, ia mau berbicara namun hal tersebut pastilah tidak bisa. Semenjak hari itu, bicara bukanlah pilihan baginya Dengan tatapan yang ramah dan merasa bersalah, Ia memberi isyarat dengan menaruh kedua telapak tangannya bersamaan dan meminta maaf kepada bocah kecil tersebut.

Nacht menatap gadis itu dengan bingung, Ia tidak membalas kata-katanya, atau... Ia tidak bisa? Nacht duduk di samping gadis yang sedang terjerembab itu dengan sedikit cemas, memandanginya dengan perasaan khawatir.

"Kakak sakit ya?" tanyanya cemas, Ia khawatir kalau suara gadis itu tercekat karena jatuh tadi.

"Hei! Kalian baik-baik saja?

Suara Chopin membuat perhatian Nacht teralih, Ia sedikit bingung dengan tatapan Chopin yang sepertnya sudah mengenalinya, atau hanya perasaan sajakah?

"Aku baik-baik saja...tapi... " Ia mengalihkan kembali mata birunya pada gadis tersebut. "Kakak... Kakak tidak apa-apakan? atau kakak marah sama aku karena tadi kutabrak?" ujarnya dengan wajah khawatir bercampur takutnya.

"Kakak sakit ya?"

Rika tidak dapat menjawab apa apa hanya menggelengkan kepalanya lalu tersenyum ramah ke anak kecil berambut silver yang sekarang duduk disebelahnya. Rika melihatnya begitu lucu dan ingin sekali ia peluk tetapi rasa takut juga menyelimuti Rika. Hasilnya, Rika hanya tersenyum kearah anak tersebut lalu menunjuk kearah kerongkongannya dan menggelengkan kepalanya.

Isyarat kalau ia tidak dapat berbicara lalu ia mengelus kepalanya dan tersenyum ramah kearahnya, mengatakan kalau ia baik baik saja dan jangan khawatir.

"Sa-- Say-- Ah, pokoknya kata itu! Kau tahu sendiri kan Koto? S-A-Y-A-N-G! Tuh! Sudah aku ejakan, sa-- Grrr!! Mama Koto!"

Mama koto?

Menarik sekali there Chop sambil tersenyum tipis kearah Chopin, Kotori mendekati Chopin yang sekarang mendekati seorang anak gadis yang baru saja datang, rambutnya merah dan tampaknya ia tidak dapat berbicara. Kotori hanya tersenyum tipis saja lalu mendekat kearah Chopin dan menggandeng tangan Chopin.

"Well, Chopin, kurasa bagaimana kalau kita peace saja."

"Hmm, apakah dia merasakannya juga? Kuharap tidak-- Kalau iya bisa-bisa anak ini menyiksaku gara-gara kejadian sendal waktu itu!" Batin Chopin mencoba tetap tersenyum ke arah bocah berambut putih-perak di hadapannya yang sedang ia cek keadaannya. Mengingat kejadian di rumah sakit akademi, Chopin tahu bahwa kalau sampai anak itu mengingatnya sebagai 'Manusia Jahat Pelempar Senda' bisa-bisa penyiksaan Chopin oleh para anak Elementary akan berlanjut lagi diluar jam pembelajaran sekolah dimana sesuai peraturan Board of Education #177 menyatakan, Anak yang berada di luar sekolah atau sudah diluar jam pembelajaran yang merupakan tanggung jawab sekolah, anak tersebut tak dapat dikenakan sanksi, dianaya, dilecehkan, ataupun ditindas secara sengaja atau tak sengaja oleh para guru.

"Kau benar tidak apa-apa, Silver Hair? Kamu juga Rambut Merah! Sebaiknya lain kali hati-hati. Untung saja si kecil disini tak apa-apa. Oh ya, apa yang dilakukan seorang siswa Junior-- Atau High School di area Elementary Building?" Chopin sekali lagi bertanya untuk meyakinkan bahwa kedua orang tersebut tak apa-apa. Tersenyum dan masih memperhatikan anak kecil yang tadi tertabrak, Chopin beralih pada gadis yang tadi nampak tak sengaja menabrak siu Silver Hair. Ada benarnya juga mengapa seorang gadis lebih tua disini kecuali para pihak sekolah seperti guru.

"Well, Chopin, kurasa bagaimana kalau kita peace saja."

"Ah? Kau masih-- Peace ya? Baiklah! Tapi asal kau tahu Mama Koto, ini hanya sementara oke? Saat aku kembali menjadi alter ego di dalam diriku kemungkinan pendeklerasian damai ini akan putus. Jadi?" Chopin menoleh ke arah Kotori yang menyatakan damai. Chopin yang sekali lagi dalam moodnya yang se-pasrah-pasrahnya sudah tak dapat berkata. Ia dengan senang hati menerima pernyataan damai tersebut walaupun dengan syarat ada kemungkinan pernyataan tersebut putus saat Chopin kembali menjadi Chop-X. Entahlah. Segala sesuatu dapat berubah.

"Ah? Kau masih-- Peace ya? Baiklah! Tapi asal kau tahu Mama Koto, ini hanya sementara oke? Saat aku kembali menjadi alter ego di dalam diriku kemungkinan pendeklerasian damai ini akan putus. Jadi?"

Kotori hanya tersenyum tipis mendengar perkataan dari Chopin tersebut, lalu melepaskan genggaman tangannya dari Chopin. Lalu menatap kearah anak anak tersebut lalu memandangi mereka satu persatu dengan tatapan ramah.

"Oh iya tahukah kalian, kalau Guru satu ini adalah super hero? Kalian tahu apa? Dia itu Chop-X seorang pembela kebenaran dan keadilan yang berasaskan dengan kekuatan Cinta"

Quote :

"Ah, iya Canon mau permen?"

"Umm.." Canon menggeleng-gelengkan kepalanya ketika Kotori menawarkan permen kepadanya. Kedua tangan kecilnya memperlihatkan boneka permen yang dibuat oleh Suika dengan senang kepada Kotori. "Canon sudah punya boneka permen!" balas Canon entah apa maksudnya.

"Papa-nya Suika?" tanya Canon sambil menunjuk Chopin dengan telunjuk kecilnya. Lalu telunjuk kecilnya beralih kepada Kotori. "Mama-nya Suika?" tanya Canon lagi.

Boneka permen yang diberikan oleh Suika dipeluknya erat. Ia menatap kedua orang dewasa dihadapannya, Chopin dan Kotori. Lalu ikut mengalihkan perhatiannya pada suara tabrakan dan suara mengaduh. Ada dua orang anak akademi disana. Canon berjalan mendekati mereka berdua, menatap keduanya dengan polos tanpa berbicara apapun. *Jiiiiiitt*

"Oh iya tahukah kalian, kalau Guru satu ini adalah super hero? Kalian tahu apa? Dia itu Chop-X seorang pembela kebenaran dan keadilan yang berasaskan dengan kekuatan Cinta"

DHUAARR!!

Seakan Chopin baru saja tersambar geledek yang sangat-sangat dahsyat atau terkena ledakkan yang kekuatannya sebanding dengan bom nuklir yang meledakkan Jepang dulu saat masa-masa perang, sesuai seperti yang Chopin pernah baca. Kotori = Pure Evil dan itu T-E-R-B-U-K-T-I!! Terbuktinya tentu dari apa yang baru saja perempuan berambut pirang itu katakan atau lebih tepatnya membeberkan tentang identitas asli Chop-X yang sebenarnya adalah Chopin sendiri. Biasanya, bila ia memakai kostumnya ini tak masalah karena ia berada samaran kostum yang hanya berupa topeng dan jubahnya namun di saat ia tidak dalam kostumnya yang benar saja! Tujuan kostum adalah supaya saat Chopin menyelamatkan dunia...ehem! Sesuatu dari genggaman seorang villain, maka sewaktu villain itu kalah dan nantinya ingin balas dendam ke Chopin, villain tersebut kalau tak tahu identitas asli Chop-X maka ia tidak akan mengejar orang terdekat dan yang tercintai oleh Chopin dan peraturan itu masih berlaku. Hingga sekarang.

"K-O-T-O-R-I...jangan paksakan. Kau tahu bahwa itu adalah rahasia pribadi!" Ucap Chopin sambil menggerakkan jari-jarinya, siap nampaknya untuk meremas-remas tangan Kotori atau bahkan membekepnya saja. Untung saja sebentar lagi rencana cadangan akan datang~ Yeehaaw! Eits! Masalah belum benar-benar selesai ketika Chopin mendapatkan anak berambut pirang yang adalah temannya Suika itu menunjuk-nunjuk Chopin sebagai Papanya Suika. DENG!! Chopin hanya tersenyum sambil sweatdropped, kedua tangan diangkat dan dilebarka diikuti dengan gelengan kepala. "Bukan Papa! Aku hanya sebagai seorang...pengganti Papa Suika sementara! Ya! Itu!" Jawab Chopin panik kepada anak tersebut. Ia tak mau dipanggil Papa Suika secara resmi karena dengan alasan membuatnya merasa tua.

BIP BIP!

"AH! Handphoneku! Benar-benar tak disangka dan tak terencanakan ya handphoneku tiba-tiba berdering di waktu seperti ini? Ahahaha! Ahahaha! AHAHAHA!!" Whoa...entah mengapa Chopin bisa begini. Mungkin benar-benar sangking tersiksa dirinya hari itu, kemahirannya dalam menjadi Pembela Kebenaran mulai pudar padahal rencananya adalah mengirim SMS ke handphonenya Chopin sendiri supaya ia bisa kabur tapi faktanya ia dapat membuat Kotori, yang pasti sekarang curiga jadi lebih curiga. Merogoh sakunya, Chopin mengeluarkan handphonenya lalu melihat SMS yang hanya berisi kata-kata, KABUR! TO THE SECRET HIDEOUT! Chopin tersenyum kepada semua yang ada disana dan melambaikan tangannya. "Semuanya! Dengan sangat disayangkan aku harus pergi dulu. Aku ada urusan lain yan harus diurus di lain tempat--" Ucap Chopin lalu menenteng tasnya. "Kalau begitu semuanya, anak-anak, Rambut Merah, KOTORI! Sampai jumpa~" Dengan kata-kata terakhir Chopin yang penuh arti, ia berpisah dengan semua yang ada disana dengan sangat liciknya. Ya, ia benar-benar ada urusan lain saat itu yang berkaitan dengan...Gossip Girl!

To be continued...

[Out]

===

OOT: Sudah ya Saya harus urus si GG dulu soalnya >3 *melayang*

Yeah, Hell rite.

Kotori hanya menatap kepergian Chopin yang bisa dibilang sangatlah TIDAK JELAS ITU sementara itu hanya Kotori dan para anak kecil, Oh yeah, Snow white and the four dwarf eh? Not so rite. Karena disitu masih ada seorang anak remaja yang berambut merah itu disana. Hmm jadi apa yang akan Kotori lakukan sekarang? Kabur tentu saja bukan? Itulah pilihan yang paling bijak bagi Kotori sekarang.

"Erhm... Suika, Mama pergi dulu ya" Ujar Kotori dengan senyuman "Canon, Jaga Suika baik baik ya, Nacht juga jangan nakal, sebagai kakak yang paling tua(?) Kau jaga mereka ya"

Yeah, Kotori kau memang tidak bertanggung jawab tapi peduli amat gitu ya, anak kotori bukan peduli amat.

Kotori lalu berdiri dan berjalan pergi meninggalkan tempat tersebut

Ciasu TBC

[out]

Ahh.. ada seorang senpai yang memandanginya dengan tatapan seram. x3;;, melihat hal itu, Nacht hanya bisa tersenyum kecil, lalu berjalan menjauhi mereka dan menghilang dikejauhan.

[out]

oot : sry.. ada rapat denjer x3;;